22 | Tangan Banda

345 26 6
                                    

"Pembantu di rumah ini tidak bisa kasih kamu makan atau apa? Lihat, wajahmu munai seperti mayat hidup saja." Perkataan mama sebelum tangannya menyimpan gelas berisi air minum di nakasku. "Sakit begini, menyusahkan saja. Aku jadi ditelepon sekolah gara-gara mereka nanyain kamu terus! Aku kan sudah kasih nomor bi Iyam. Bisa-bisanya mereka menghubungiku.

"Minum sendiri obat ini setelah habiskan makananmu. Tuhan! Aku benar-benar sibuk, pelayan-pelayan di sini tidak ada yang berguna satu pun. Mengurus satu anak saja harus aku juga yang turun tangan, untuk apa mas Rasy membayar mereka kalau tidak berguna. Sialan!

"Cepat habiskan makananmu! Malah menatap saja. Benar-benar seperti mayat hidup. Tubuh kurusmu bahkan sungguh mengerikan seperti hantu yang pernah aku lihat minggu lalu. Astaga! Bisa-bisanya aku melahirkan anak seperti ini."

Netraku menatap lurus memperhatikan gerak bibir mama yang terus bicara tanpa henti. Sekalinya dia berbicara banyak, perkataan yang terlontar hanya kata-kata menyakitkan untukku. Dari semenjak pulang di indekos Gemi Sampai hari ini, benar-benar tak ada gairah dalam diriku. Belum lagi, ucapan-ucapan mama tadi membuat gairah itu semakin lenyap.

Semalam aku pingsan di ambang pintu kamarku sendiri, pagi ini aku mendapati mama sudah berada di kamar dengan menu sarapan pun obat-obatan juga pisuhannya.

"Demi Tuhan! Sejak kapan kamu diet? Aku menemukan banyak sekali obat-obatan diet juga teh diet yang tidak jelas. Kamu ingin bunuh diri? Grahita, di mana pikiranmu?! Kalau kamu ingin bunuh diri dengan mengonsumsi obat seperti itu, aku yakin tak akan berhasil sama sekali.

"Tolong, kalau pun kamu ingin melakukannya. Jangan lakukan di sini, itu sungguh menyusahkan. Demi Tuhan, kalau kamu mati di saat aku di sini, aku ingin mati saat itu juga agar tidak terseret kasus apapun.

"Aku sudah lelah dengan pekerjaanku, ditambah berita kematian anakku sendiri nanti. Itu hanya akan memperburuk citraku sebagai menantu, istri juga wanita karir. Untuk yang kedua itu aku tidak peduli sungguh, yang aku permasalahkan karirku nanti. Ingat. Jangan mati sekarang!"

Mama sama sekali tidak memberiku kesempatan berbicara. Lagipula, sejak kapan dia berbicara sebanyak itu? Mendengarnya terus mengoceh hanya membuat kepalaku semakin berat saja.

Selesai menungguku makan dan minum obat, mama keluar dari kamarku masih dengan celotehannya. Padahal, aku tidak memintanya untuk memberi makan atau minum obat lalu kenapa dia ke sini dan menyalahkanku? Menyebalkan sekali.

Soal obat-obatan yang mama maksud, memang aku meminumnya sejak Banda memintaku diet. Cara itu yang paling ampuh menurunkan berat badanku lebih cepat. Banda juga yang mencarikannya. Tak apa obat itu tidak jelas, terpenting berat badanku berhasil turun.

*****

"Jadi, siapa perempuan itu?"

Aku berada di kontrakan Banda sekarang. Setelah kemarin mendapat ceramah dari mama. Badanku cukup kuat untuk pergi ke sini setelah berhasil melewati pertanyaan dari bi Iyam yang hampir dipecat oleh mama gara-gara kemarin tidak mengurusiku saat sakit.

"Kamu masih menganggapku selingkuh?" Netra cokelat kopi itu menatap nyalang ke arahku.

"Itu kenyataanya, kan?!"

Tubuhku tersungkur setelah tangan Banda beradu dengan pipi kiri beberapa saat sehabis aku menyelesaikan ucapanku. Setitik cairan bening lolos seketika.

"Kalau kamu masih menganggapku selingkuh. Lebih baik kita putus! Pergi kamu dari rumahku sekarang juga!"

Banda menarik tanganku tanpa memberi ampun saat aku memintanya. Ia kemudian mendorong badanku ke luar pintu. Cukup keras Banda menutup pintu meninggalkan tubuhku yang terkapar di teras. Air mataku membanjiri kemudian dengan netra yang mengawasi pintu rumah kontrakan Banda, berharap sosok laki-laki itu muncul di baliknya. Nihil, dia tidak keluar lagi.

Aku sudah membuat kesalahan yang membuatnya marah. Seharusnya, aku tidak gegabah seperti ini. Banda sangat benci sifat negatif thinking-ku. Sudah tahu dia membencinya, aku malah memperlihatkan pikiran negatif ini di depan Banda. Sungguh bodoh sekali!

Banda pasti benar-benar marah terhadapku. Baru saja bisa menghubunginya lagi, aku malah membuat semuanya rusak seketika. Amat bodoh kamu, Grahita!

[]

Day 23~

Harus tetap semangat jalani hidup~
WHWHHW

23 Desember 2019

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang