Eps.38 - Kembali Bersama

197 18 29
                                    

Rumah mewah itu terlalu sunyi untuk ditinggali seorang wanita bersama suami dan anak bungsunya. Namun beberapa hari ini suaminya sedang berada di Bali lantaran urusan pekerjaan sementara sang anak diajak untuk menemani sekalian menjenguk anak sulungnya yang sudah lama tinggal di Bali.

Tante Amy, nama wanita tersebut. Beliau adalah ibu dari sahabat kami yaitu Refal. Sifat Tante Amy tak ubahnya seperti bundanya Juno. Sama-sama baik dan perhatian kepada sahabat anak-anaknya. Mendadak aku jadi teringat ibu nan jauh di Jogja. Segera kugelengkan kepala, tak lama lagi juga ujian semester akan tiba dan liburan mengikuti di belakangnya. Dengan demikian aku bisa liburan menjenguk keluarga dan teman-teman di sana.

Seperti rencana aku, Willy dan Juno sebelumnya, kami akan membuat kejutan untuk Refal. Maka dari itu, aku dan kedua sahabatku itu sudah duduk santai di ruang tamu rumah Refal. Sementara Tante Amy pergi acara arisan bersama ibu-ibu komunitasnya.

"Nanti kalau Refal udah balik ke sini bilang aja Tante lagi ada urusan. Kalian santai aja, sekalian Tante minta tolong jagain rumah." Begitu ujar Tante Amy sebelum masuk ke dalam mobil temannya yang terparkir di depan.

Mengangguk antusias, kami pun menyanggupi amanah Tante Amy. Namun sebenarnya tanpa diperintah pun, kami sudah tahu diri harus bertanggung jawab dengan menjaga rumahnya. Terlebih kami sudah disajikan berbagai camilan yang tersedia di meja ruang tamu.

Sebuah deru motor menghentikan obrolan kami tentang pertandingan voli antar kelas 12 yang tak lama lagi akan diadakan. Willy berjalan menyibak gorden, lalu mengintip di balik kaca jendela.

"Refal dateng, Refal dateng ...," ujar Willy.

Aku ikut melongokan diri ke arah luar. Benar, Refal sedang mengeluarkan beberapa lembar uang yang akan diserahkan untuk abang ojek online.

Serentak, aku, Willy dan Juno bersembunyi di balik pintu berwarna putih. Derap langkah kaki yang dilapisi sepatu semakin mendekat. Hingga satu detik kemudian, Refal membuka pintu lalu mengucap salam.

Refal berhenti beberapa meter dari daun pintu. Mungkin sedang menatap berbagai camilan di atas meja. Tak lama kemudian, kami serempak menerjang ke arah Refal, menoyor-noyor kepalanya sambil berkata, "Welcome back, Refal ...."

Refal tentu saja bersungut-sungut sambil mengaduh sok kesakitan. Setelah puas mengeluarkan kata-kata makian untuk Refal, kami akhirnya duduk di sofa. Masih di ruang tamu.

"Ngga sopan ya kalian. Tuan rumah datang bukannya dikasih red karpet kek, apa kek, ini malah dikasih bully-an," sungut Refal masih tak terima. Raut wajahnya seolah menunjukkan bahwa dirinya adalah kaum tertindas sementara kami para raja penindas.

Aku terkekeh mendengar Refal berbicara. Kuperhatikan merk jaket baru yang dikenakannya menandakan bahwa harganya pasti tak murah.

"Halaah ... red karpet gayanya udah kaya anak sultan aja." Willy mengibaskan tangan. Aku sebenarnya ingin menyahut bahwa Refal memang anak sultan, namun urung. Takut membuat Refal jadi tersinggung atau semacamnya.

"Tapi ... tapi ... gue mencium bau-bau aroma baru nih," Willy mengendus-ngendus, bergaya seperti sedang mencari letak aroma yang di maksud.

Juno yang duduk di sebelah Refal kontan menoleh ke arahnya. "Widiiih ... model rambut gaya baru." Sembari tangan Juno mengacak rambut Refal.

Refal menghela napas. "Jun, ngga usah ngelawak, ngga lucu. Ini rambut model lama. Yang baru itu jaket gua. Nih kalau lo mau tahu," tukas Refal sembari memegang lengan jaketnya. Juno meringis mengacungkan jari tengah dan telunjuknya. Lalu sesaat kemudian Refal membuka tas di samping tempat ia duduk.

"Tenang ... kalian juga gue bawain oleh-oleh." Refal mengeluarkan tiga stel kaos bali berwarna putih yang masih terlipat di dalam plastik lalu dibagikan ke kami. Sebuah kaos bermotif tulisan Original Denim Bali City.

Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang