Eps.44 - The Competition

190 17 51
                                    

Seperti tahun-tahun sebelumnya paska penilaian tengah semester 1 usai, maka pekan kompetisi voli akan segera dilaksanakan. Di sekolah kami, ekskul voli memang lebih banyak peminat dibandingkan dengan ekskul olahraga lainnya, termasuk basket yang tahun ini tidak bergaung sama sekali. Mungkin salah satu faktornya karena Gio sudah tidak bersekolah di sini, yang dulu giat mencari bibit-bibit pemain basket yang baru untuk bergabung bersama timnya. Mengetahui itu, sahabatku Willy, pernah merasa kecewa karena belum ada yang bisa menggantikan posisi Gio.

Kembali ke awal, pertandingan voli ini merupakan pertandingan spesial karena hanya diikuti oleh anak-anak kelas 12. Penyelenggara event tahunan ini bukan para anggota OSIS melainkan para guru-guru seperti Pak Bams, Pak Hilman, Pak Ananto, Pak Hendra, dan Pak Widodo. Para guru menjelaskan bahwa kompetisi ini diadakan untuk membangun solidaritas dan pemersatu antar kelas 12 yang tak lama lagi akan menjadi alumni. Dengan demikian, Pak Bams memberikan nama kompetisi ini dengan, 'VOLLY COMPETITION OF CLASS 12'.

Satu minggu kami dibebaskan dari pelajaran. Melepas penat setelah pikiran diharuskan konsentrasi dengan soal ujian.

Seperti biasa, kelas kami selalu mengeluarkan Refal sebagai pemain utama yang akan menampati posisi Libero. Dengan semangat, hari pertama kelas kami, 12 IPS 1, akan bertanding melawan kelas 12 IPA 1. Melihat optimisme Refal dan kelima teman sekalasku yang lainnya, aku merasa yakin bahwa lawan pertama kami cukup mudah ditaklukkan.

Pertandingan berlangsung meriah, di sepanjang tepi lapangan dan koridor, dari anak kelas 10 hingga kelas 12 memenuhi area untuk menyaksikan jalannya pertandingan. Aku tersenyum penuh arti saat Arana tiba-tiba berdiri di sebelahku, siap menonton Refal beraksi.

"Emang seberapa jagonya sih teman kalian itu?" kata Arana, sambil menatap lurus ke lapangan. Aku dan Juno serta teman-teman sekelas sebisa mungkin memberikan dukungan dengan cara berseru-seru penuh kor penyemangat.

"Yah, lo lihat aja sendiri, Na. Nanti juga lo terkesima," sahutku, melirik Arana sekilas.

Skor demi skor tercetak cukup cepat meninggalkan tim kelas 12 IPA 1. Benar saja, baru akan berakhir set pertama, kelas kami yang mengeluarkan pemain andalan seperti Refal, Endra, Willy, Izam, Anissa dan Fida, sudah unggul banyak dibanding tim kelas lawan yang baru mencetak dua poin.

Hingga pertandingan di set terakhir selesai, optimis dan semangat tim kami membawa kelas 12 IPS 1 ini melaju ke babak selanjutnya. Hingga pada saat itu tiba, saat kelas kami berhasil lolos ke semifinal dan berakhir masuk final yang akan melawan saingan terberat yaitu kelas 12 IPA 4.

***

"Jadi lo serius udah nembak Jian?" tanyaku, mendongak menatap Willy yang sedang nangkring di atas tempat sampah yang tertutup.

Lalu perlahan aku melirik Jian yang sedang duduk di kursi, terlihat rona mukanya memerah. Baru saja Willy mengakui bahwa dirinya tempo hari sudah menyatakan perasaannya terhadap Jian.

"Terus jawaban lo apa?" kata Refal di sebelahku, sambil memainkan bola voli di tangannya. Tentu saja Refal dan Juno juga sudah mengenal Jian. Seorang cewek yang masih duduk di bangku SMP, yang di gadang-gadang menjadi calon pacar Willy.

Jian terlihat sedang berpikir sebelum menjawab, "Kalian jangan salah paham dulu dong, kakak-kakak," tukas Jian.

"Maksudnya?" Juno yang duduk di bangku sebelah Jian, mengernyitkan dahi bingung.

"Gue bukannya menolak Kak Willy, tapi kata Mama gue belum boleh pacaran dulu sampai lulus SMA," sahut Jian lagi.

Aku melirik Willy yang hanya mengangkat bahu. Siang di hari Jumat ini, kami sedang berada di pekarangan depan kosku. Sedang menunggu kedatangan Endra, Izam, Anissa dan Fida untuk berlatih voli di lapangan yang dekat dengan area kosku. Latihan terakhir, sebab besok merupakan pertandingan final yang menentukan, terlebih lawan kami merupakan lawan yang cukup berat.

Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang