Senin pagi, seluruh murid mengikuti upacara bendera di bawah terik matahari. Sungguh saat ini sebagian siswa-siswi yang ada di Indonesia pasti sangat tidak menyukai hari Senin. Tapi aku yakin setelah lulus sekolah nanti, kami semua akan merindukan saat-saat berbaris dan berdiri di bawah sang surya seperti ini. Maka dari itu aku mencoba menikmati upacara bendera di setiap Senin, karena tak lama lagi, aku sudah tak merasakan acara rutin ini.
Salsha yang saat ini menjadi pembawa acara telah membacakan instruksi agar pemimpin upacara mengistirahatkan seluruh peserta upacara di tempat.
"ISTIRAHAT DI TEMPAT ... GRAK!" seru pemimpin upacara lantang.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh!" Pak Hendrawan selaku kepala sekolah mengawali dengan salam di atas podium. Seluruh murid menjawab dengan lantang.
"Ya, di pagi yang cerah ini, kita ada guru baru sebagai pengganti Ibu Fatma yang berpindah tugas. Beliau akan mengajar di kelas 11 dan 12 IPS. Kepada Ibu guru dipersilakan untuk memperkenalkan diri," ujar Pak Hendrawan seraya mempersilakan ibu guru baru itu untuk naik ke atas podium.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh!. Selamat pagi semua?" ucap ibu guru baru itu dengan suara khasnya.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh. Pagiii!" seru seluruh murid di lapangan.
"Wihh ... cantik tuh masih muda," cetus Willy yang baris di sebelahku.
"Kayaknya dia bakal jadi wali kelas kita deh," kata Tio si ketua kelas, yang berada di barisan depan.
"... nama saya Tania Prameswari. Saya akan mengajar Sejarah dan akan menjadi wali kelas 12 IPS 1."
Memang sudah diduga, ibu guru cantik itu akan menjadi wali kelas kami. Secara beliau pengganti Ibu Fatma yang notabene menjadi wali kelas kami sebelumnya.
Akhirnya setelah satu jam setengah upacara selesai, seluruh murid memasuki kelas masing-masing.Tak berapa lama kami menunggu di dalam kelas dengan berbagai aktivitas, akhirnya ibu guru baru berjalan anggun memasuki kelas kami. Beliau kembali mengulang perkenalan yang sudah dilakukan saat upacara tadi. Namanya Ibu Tania Prameswari, dan kami memanggilnya Ibu Tania. Beliau akan menjadi wali kelas kami selama beberapa bulan ke depan sampai kami Ujian Nasional nanti.
"Ada yang mau ditanyakan lagi?" kata Bu Tania di depan anak-anak.
"Umurnya berapa, Bu?" tanya Endra salah satu teman sekelasku yang cukup koplak.
"Ehm ... mendekati 30," jawab Bu Tania sambil tersenyum.
"Wow menggoda," ujar Willy lirih di belakangku. Maksudnya Willy apa berkata seperti itu?
"Kenapa nanya umur?" tanya Bu Tania lagi.
"Engga, Bu, sudah punya anak?" lanjut Endra dengan nada serius.
"Sudah dong! Cewek. Umur 5 tahun." Bu Tania mengangguk sembari tersenyum tipis.
"Boleh dong, Bu, anaknya," seru Willy.
"Boleh, tapi nunggu 20 tahun lagi."Kontan seisi kelas tertawa melihat raut muka Willy. Lantas cowok itu berkata, "Ya udah, Bu, saya akan setia menunggu."
"Keburu lo beruban, Wil," kata Uyung. Cewek di kelas kami yang bernama asli Nurul.
Dan sisa jam itu dihabiskan dengan perkenalan beserta bercandaan, tertawa-tawa dalam kelas. Kita semua tidak akan ada yang tahu bahwa suatu saat kelas ini akan dilanda tangis kesedihan.
***
"Jadi bakso empat, es teh manis empat? Okeh gue pesenin dulu ya," kata Juno seraya menuju tempat penjualan bakso di kantin. Sementara aku, Refal dan Willy berjalan duduk di salah satu bangku yang masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔
Fiksi Remaja(𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Inilah kisah kami yang sederhana. Tidak hanya tentang baper karena cinta, tapi juga baper karena persahabatan. Tidak hanya tentang selaksa peristiwa yang membuat tawa, tapi juga perjuangan serta air mata. Inilah kisah kami yang...