Suasana perpustakaan yang lengang selalu saja membuat pikiran menjadi lebih tenang. Siapa pun yang berkunjung ke surga buku itu di jam istirahat pasti akan merasakan hal yang serupa. Seperti jam istirahat kali ini, aku mendapat pesan chat dari Salsha untuk menemuinya di perpustakaan. Aku berpikir ada hal apa yang akan dibicarakan cewek itu? Tak perlu berlama-lama aku bergegas masuk ke perpustakaan yang sepi. Aku menganggukkan kepala sopan kepada ibu penjaga perpustakaan ketika pandangan kami bertemu.
Setelah mengisi daftar hadir, aku mencari keberadaan Salsha yang tidak tampak di bangku mana pun. Sambil menelusuri rak demi rak aku mencoba mencari di mana cewek itu berada. Aku sudah tahu bahwa dia sudah datang mengingat tadi tertera nama Salsha di daftar hadir.
Tak lama aku mengangguk tersenyum ketika mendapati Salsha sedang duduk di lantai, depan sebuah rak sambil membaca buku. Insting jailku seketika menyala saat ini, dengan gerakan lambat aku berjalan mendekat ke arahnya. Berusaha tidak menimbulkan efek suara apa pun. Aku terus berjalan pelan. Semakin dekat dan dekat ....
"HEII!"
Seketika Salsha terperanjat kaget, konsentrasi membacanya buyar. Aku tertawa terbahak, lucu melihat ekspresi muka cewek itu yang memberengut.
"Kak Lukas ih!" Salsha masih cemberut. Aku semakin tertawa dibuatnya.
"Ngga lucu tahu!" katanya lagi setelah aku duduk bersila di sebelahnya. Entah kenapa aku begitu menikmati suasana ini.
"Iya, iya sor-"
"DILARANG BERISIK YA DI DALAM PERPUSTAKAAN!" seru Ibu Nilam, penjaga perpustakaan itu berkata dengan nyaringnya membuat aku dan Salsha terkikik.
"Udah deh jangan bercanda, Kak!" bisik Salsha dengan suara rendah. Aku mengangguk sambil tetap menahan tawa.
"BTW, ada apa lo nyuruh gue ke sini, Sal?" tanyaku penasaran setelah berusaha meredakan tawa.
Salsha menoleh ke arahku sekilas lalu kembali menunduk menatap novel yang sedang dibacanya.
Aku menunggu dia membuka suara. "Ista udah cerita semuanya, Kak. Dia menolak Kak Refal bukan ngga ada alasan," paparnya sambil tetap menunduk.
"Terus?" komentarku sambil menatap garis wajahnya yang indah dari arah samping.
"Ya alasannya dia ngga ada rasa sama ... Kak Refal. Ista sukanya sama Kak Juno, Kak." Salsha mendongak menatapku. Mungkin ingin mengetahui bagaimana ekspresiku.
Aku hanya mengangguk tersenyum. Tentu saja karena aku sudah tahu semua itu. Salsha mengernyitkan dahi melihat aku yang tampak biasa saja. Bahkan cenderung santai.
"Kenapa ngeliatin gue gitu?"
"Kak Lukas ngga kaget atau apa gitu?"
"Gue sama Willy udah tahu, Sal, dari awal. Cuma gue belum kasih tahu Juno," sahutku yang tentu saja dengan suara pelan.
"Perasaan emang ngga bisa dibohongi. Tapi kenapa Kak Lukas belum kasih tahu Kak Juno?"
"Buat apa? Emang penting? Biarin Juno tahu dengan sendirinya," kataku mengedikkan bahu. Sebenarnya aku tidak berhak ikut campur urusan ini.
"Kak Lukas ngga ada niat buat bantuin gitu?"
"Bantuin gimana?"
"Ya supaya Ista bisa jadian sama Kak Juno," jawab Salsha merenung.
Aku justru terkekeh, menggelengkan kepala. "Engga. Gue bukan mas comblang yang hobi gituan. Lagian apa gue ngga mikir perasaan Refal nanti?"
"Iya sih." Salsha mengangguk lirih. "Terus gimana?" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔
Ficção Adolescente(𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Inilah kisah kami yang sederhana. Tidak hanya tentang baper karena cinta, tapi juga baper karena persahabatan. Tidak hanya tentang selaksa peristiwa yang membuat tawa, tapi juga perjuangan serta air mata. Inilah kisah kami yang...