Eps.34 - Kepastian Rasa

237 16 63
                                    

Beberapa penonton masih terdengar berseru. Namun sedetik kemudian Dicky berhasil menenangkan para penonton dengan berdeham keras. Dicky menyampirkan gitar yang tadi diletakkan Salsha di sisi dekat piano.

"Mohon perhatian kakak-kakak semua yang ada di sini. Sekarang giliran saya yang akan menyanyikan lagu untuk perempuan spesial malam ini."

Firasatku mengatakan Dicky akan kembali membuat kejutan. Hal ini lantas membuat benakku bertanya-tanya. Sebenarnya siapa Dicky? Pelayan, MC, atau penyanyi kafe?

Dicky lantas menyunggingkan senyum. "Dia ...." Cowok tersebut menggantung kalimatnya sejenak. "Seseorang di meja nomor tujuh bernama Liliana Bunga Anjani. Spesial lagu ini untuknya, dariku ... orang biasa yang tak punya apa-apa. Namun, setelah melihatnya secara langsung, aku sudah mempunyai sebuah cinta yang tulus padanya."

Sorak sorai penonton kembali menggema. Aku sendiri merasa heran. Pertama, dari mana Dicky tahu nama lengkap Lili? Dua, aku rasa di antara keduanya sudah saling mengenal. Tapi mengapa tadi mereka berjabat tangan seolah baru saling kenal? Ah entahlah, nanti kalau ada waktu aku akan bertanya kepada Lili apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Dicky.

Aku menoleh ke arah Lili yang tersenyum simpul. Ista di sampingnya menggoda Lili dengan menyenggol-nyenggol bahunya.

Dicky kembali berdehem yang membuatku kembali menoleh ke arah panggung.

"Dengarkan lagu ini, dengan sepenuh hati," ujar Dicky sebelum memulai intro lagu.

Tepuk tangan menggema, siap menyaksikan penampilan dari Dicky yang saat ini telah mengganti seragam waiters-nya dengan kemeja kotak-kotak berwarna gelap yang kancingnya sengaja ia buka. Menampilkan kaos polos di dalamnya.

Willy bersiul-siul menggoda Lili yang sontak saja wajahnya memerah ketika Dicky siap menyanyikan bait awal lagu dari Andmesh berjudul Cinta Luar Biasa.

Waktu pertama kali, kulihat dirimu hadir...
Rasa hati ini inginkan dirimu...
Hati tenang mendengar suara indah menyapa...
Geloranya hati ini tak kusangka...
Rasa ini tak tertahan...
Hati ini selalu untukmu...

Takjub. Itulah rasa yang kurasakan terhadap Dicky saat ini. Aku benar-benar tak menyangka seorang Dicky bisa melakukan hal romantis semacam ini. Bisa kurasakan para penonton tak kalah terpukaunya dengan penampilanku bersama Salsha tadi. Mendadak aku teringat cewek itu. Kepalaku menoleh ke sekitar untuk mencari tahu keberadaan Salsha. Namun dia tak tampak di mana pun. Apa dia belum keluar dari toilet? Dan perasaan ini pun jadi tak menentu.

Terimalah lagu ini dari orang biasa...
Tapi cintaku padamu luar biasa...
Aku tak punya bunga...
Aku tak punya harta...
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu...

Bahasa tubuh Dicky mengisyaratkan bahwa lagu yang ia bawakan memang tidak sekadar untuk dinyanyikan, tetapi juga untuk media pengungkapan perasaan. Terlihat saat kedua matanya menatap lurus manik mata Lili dalam-dalam.

Hari-hari berganti...
Kini cinta pun hadir...
Melihatmu memandangmu bagai bidadari...
Lentik indah matamu...
Manis senyum bibirmu...
Hitam panjang rambutmu anggun terikat...

Lili tak henti-hentinya menyunggingkan senyum manisnya. Senyuman yang dahulu pernah diberikan untukku juga. Aku yakin seratus persen, saat ini jantung Lili berdegup dua kali lipat dari seharusnya.

Fokusku terpecah antara mendengarkan alunan musik dari Dicky, melihat ekspresi Lili serta pikiran yang mengembara soal Salsha. Benakku bertanya sekaligus khawatir. Apa aku susul saja dia? Kenapa sampai sekarang Salsha belum balik?

Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang