Eps.35 - Tunangan Sang Mantan

223 17 118
                                    

Entah rasa apa yang sedang kurasakan malam ini, tetapi rasa itu mampu mengalirkan sebuah lengkungan tipis pada sudut bibirku. Aku tersenyum menyaksikan keberanian Ista yang mengungkapkan rahasia hatinya kepada Juno. Hal itu lantas membuatku teringat saat Friska yang juga melakukan hal sama terhadapku. Hanya saja saat itu aku dengan tidak sepenuh hati menerima cinta darinya. Jujur, aku sebagai seorang cowok rasanya begitu malu ketika melihat sendiri mereka--cewek-cewek--berani menyatakan perasaan suka kepada seseorang yang dicintainya. Kalian boleh saja mengataiku cowok cemen, pengecut dan sebagainya lantaran aku tak berani berkata jujur aku cinta dia, sebab itu merupakan kebenaran yang dengan berat hati harus kuakui. Namun kalian juga harus tahu, mengungkapkan rasa kepada orang yang telah dimiliki tak semudah membalikkan badan ataupun salto.

Aku beranjak setelah sekian menit duduk sembari memasang telinga mendengar percakapan Ista dan Juno. Pura-pura memasang wajah tak tahu menahu aku muncul di hadapan keduanya saat Juno sedang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ista--lagi.

"Ternyata kalian di sini." Melihat angka jam pada layar ponsel, aku terperangah saat waktu telah menunjukkan pukul 11 malam.

"Eh, Kas ... kok lama di toilet? Gue pikir lo udah kabur duluan." Juno berdiri dari duduk, merapatkan jaket dan menepuk-nepuk celananya.

Sialan. Gara-gara aku mencuri dengar pembicaraan mereka yang lumayan lama, Juno mengira aku di toilet lama-lama.

Aku bersungut kesal mendengar itu, tapi aku teringat sesuatu untuk beralasan. "Oh iya tadi toiletnya ngantri dan di dalem gue habisin minuman dulu sambil nunggu kalian. Tahunya ... lagi berduaan."

Ista terkekeh singkat. "Ya habis katanya udah mau tutup jadi kita keluar deh," ujar Ista yang juga sudah berdiri.

Aku mengangguk takzim lantas kembali teringat sesuatu. "Terus Lili mana?" Seraya menoleh ke kanan-kiri.

Ista dan Juno berdecak bersamaan sebelum berakhir tawa pelan di wajah mereka. "Lili udah pulang bareng Dicky," jawab Juno.

"Gue rasa mereka udah saling kenal deh sebelumnya. Akhir-akhir ini Lili emang sering sibuk sama hp gitu. Dan gue sama Salsha ngga jarang lihat Lili senyum-senyum sendiri," pungkas Ista, menerka-nerka hubungan Lili dan Dicky.

Juno dan aku mengangguk sekilas. "Gue rasa juga begitu," tukasku penasaran juga. Pasalnya tidak mungkin, kan, jika mereka berdua baru berkenalan tadi tiba-tiba sudah langsung jadian? Eh tunggu. Apa mereka sudah resmi jadian? Lalu bagaimana dengan perasaan Lili terhadap Juno? Berbagai pertanyaan kembali melintas di benakku. Kurasa kisah cinta masa remaja aku dan teman-teman tak jauh berbeda dari jalan sebuah serial sinetron. Berliku-liku seolah belum menemukan ujung yang sempurna.

Akhirnya malam itu kami tutup dengan penuh perasaan pada jiwa masing-masing. Aku bahagia sekaligus masygul. Bahagia karena bisa melihat orang-orang yang berarti di hidupku bisa tersenyum dengan wajah yang berseri-seri. Masygul karena pada akhirnya aku yang pulang seorang diri malam itu. Seolah-olah langit mentertawakan nasibku dengan awan gelap yang perlahan menghilang dan menampakkan beberapa bintang yang bercahaya. Juno dan Ista pulang bersama mengendarai motor matic milik Ista. Cewek itu duduk di boncengan Juno dengan senyuman di wajahnya. Sementara aku harus menunggu Abang Ojek untuk mengantarku kembali ke kos.

***

Langit siang hari terlihat cerah sejauh mata memandang. Bel istirahat kedua sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Aku sedang berjalan di koridor dengan santai menuju perpustakaan untuk mengembalikan sebuah buku yang kupinjam ketika mataku menangkap Friska sedang berjalan seorang diri di koridor. Menenggak minuman kaleng yang kubawa, aku memutuskan melangkah ke dekat Friska yang sudah duduk di taman dengan ponsel di tangannya. Mendadak aku jadi teringat soal hubungan Alvin dan Bu Tania. Awalnya aku benar-benar tidak ingin ikut campur urusan ini. Namun bagaimanapun aku melihat Friska cukup bahagia tatkala bersama Alvin, jadi aku tak ingin kebahagiaan Friska sirna karena rasa kecewa jika benar Alvin adalah suami Bu Tania.

Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang