"Malam berbaik hati kepada kita. Langit seakan tahu rencana kita. Bintang seakan tahu memberikan cahayanya untuk melengkapi bahagianya kita."***
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku sangat beruntung punya sahabat yang pengertian, sahabat yang baik, sahabat yang setia, dan sahabat yang segala-galanya seperti Refal, Juno dan Willy. Aku tak ingin kehilangan mereka sekali pun kita sudah lulus kelak.Sebuah APV terbaru berhenti beberapa meter di depan kosanku, mereka sudah datang. Aku segera menyerahkan kunci kamar kepada ibu kos sekalian pamit. Terhitung hari Minggu ini, aku berangkat dan akan balik kembali pada hari Jumat untuk merayakan pesta malam kembang api pada hari Minggu malam.
Aku memasuki APV tersebut lalu duduk di jok belakang yang sudah ada Juno. Willy di sebelah Refal yang mengemudikan mobil. Tentu saja bukan mobil pribadinya, pasti Refal membujuk ayahnya setengah mati untuk bisa keluar membawa mobilnya. Aku harus berterima kasih banyak dengan Refal nanti. Juno dan Willy juga, mereka semua setia mengantarku ke terminal setiap libur semester. Dan ini sudah ketiga kalinya mereka menemaniku. Terima kasih, sahabat.
Tak berapa lama aku melambaikan tangan ke arah ketiga sahabatku melalui kaca jendela bus. Setelah mengucapkan terima kasih dan berbasa-basi, bercanda, serta mampir di warung sebentar, akhirnya pukul 18.30 bus yang kutampangi akan berangkat. Aku menyunggingkan senyum. Banyak kenangan yang telah kudapatkan pada bulan ini. Yang siap kusimpan segala kenangan manis dalam hati.
Selamat tinggal Bandung untuk sesaat. Aku akan kembali.
***
Hari berganti hari, tak terasa liburanku di Jogja sudah saatnya berakhir. Liburan masih tersisa satu minggu lebih, namun aku harus kembali ke Bandung untuk merayakan tahun baru di sana sesuai rencana. Rikas, adikku, setiap kesempatan menahan diriku agar merayakan tahun baru di Jogja seperti tahun lalu. Aku menolaknya halus. Andai anak SD seperti Rikas tahu, bagiku malam tahun baru saat ini akan sangat berbeda dari tahun sebelum-sebelumnya. Begitu pun dengan ibu, beliau juga sempat membujukku agar tetap bertahan di rumah sampai liburan usai. Namun aku menolaknya dengan lembut, beralasan banyak hal yang harus kulakukan di Bandung. Mengenai soal sekolah. Aku sedikit berbohong. Dengan berat hati akhirnya ibu dan Rikas mengijinkan kepergianku.
Dan di sinilah aku, sudah kembali duduk di kasur kosanku. Mengemasi segala oleh-oleh yang kubeli dari Jogja. Memilih barang khusus yang telah kusiapkan. Aku mengambil ponselku lalu membuka aplikasi WhatsApp dan mengetikkan sebuah pesan untuk Salsha. Tak lama pesan terbaca dan langsung dibalas. Hatiku seketika buncah oleh rasa bahagia.
***
Aku duduk berdampingan dengan Salsha di undakan tangga pada sebuah taman. Aku mengajaknya bertemu untuk memberikan oleh-oleh yang dipesannya, lebih tepatnya yang diinginkannya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Kala Hujan [Completed] ✔
Roman pour Adolescents(𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Inilah kisah kami yang sederhana. Tidak hanya tentang baper karena cinta, tapi juga baper karena persahabatan. Tidak hanya tentang selaksa peristiwa yang membuat tawa, tapi juga perjuangan serta air mata. Inilah kisah kami yang...