11

1.8K 60 4
                                    

' ketakutan terbesarku, adalah kamu '

- Raldiano Rayhand -

🌱🌱🌱

.
.
.
.
Happy Reading♡
.
.
.
.


Jam 18.00

Tasya sudah bersiap. Sore ini ia akan menghadiri pembukaan kafe barunya. Kafe yang didirikan dengan jerih payahnya sendiri. Dia akan membuktikan kepada ayahnya. Ups mungkin MANTAN ayahnya.

Dia akan membuktikan jika dia masih bisa hidup tanpa mereka. Tanpa uang sepeserpun dari mereka.

" ayo, udah siap kan " tanya Aras

" udah, kuy berangkat " ucap Tasya semangat. Aras terkekeh kemudian mengacak rambut Tasya.

" kampret! Jadi berantakan rambut gue " sebal Tasya merapikan rambutnya yang berantakan.

"Masih cantik kok " kekeh Aras.

Mereka berjalan ke mobil Aras. Kemudian melajukan mobilnya ke Sya Cafe.

Sesampainya disana, mereka disambut oleh puluhan undangan yang menghadiri acara pembukaan ini. Tasya berjalan ke depan pintu kafe. Kemudian berbalik menatap semua tamu undangan.

" hari ini saya akan meresmikan Sya Cafe. Saya harap kafe baru ini akan sukses dan juga banyak diminati oleh para remaja maupun dewasa. Dengan ini saya nyatakan Sya Cafe resmi dibuka " ucap Tasya kemudian memotong pita dengan gunting yang sudah dibawakan.

Sorak tepuk tangan terdengar riuh. Tasya dan juga Aras tersenyum bahagia.

" silahkan cicipi menu dari Sya Cafe " ucap Tasya mempersilahkan.

" kita pulang aja, udah malem ini " ucap Aras.

" yaudah "

🌿🌿🌿


- Malam ini dirumah Tasya,

PR, adalah pekerjaan yang menguras otak. Membuat kepala pusing dan juga mual mual.


Dikira penyakit apa ya


Seperti yang dilakukan Tasya saat ini. Dirinya harus berpusing pusing ria karena tugas fisika yang menguras otak dan tenaganya.

Dia menempelkan pipinya dimeja, sesekali memejamkan matanya. Tapi kembali terbuka karena mengingat tugas negara yang belum terselesaikan.

Tuk tuk tuk

Suara lemparan batu dari balkon. Tasya menatap kaca balkon lamat lamat. Kemudian mengalihkan pandangannya ke buku lagi.

Tuk tuk

Suara itu kembali terdengar. Tasya menoleh dengan cepat. Bayangan hitam seseorang terlihat seperti melompat dari balkonnya. Tasya menyipitkan matanya, kemudian bangkit. Membuka gorden balkonnya.

" nggak ada apa-apa " gumamnya.

Melangkahkan kakinya kedalam, namun matanya melihat sebuah kotak. Ia menengok ke kanan dan kekiri.

Tidak ada siapa-siapa.

Lalu siapa yang mengiriminya kotak itu?

Tak mau memusingkannya, Tasya membawa kotak itu masuk ke kamarnya. Dengan perlahan ia membuka kotak itu.

" akhhhhh " jerit Tasya melemparkan kotak itu ke sembarang arah. Tasya meringkuk ketakutan. Keringat membanjiri wajahnya.

Dengan tangan gemetar, Tasya meraih telponnya di atas nakas. Mencoba menghubungi seseorang.

" Aras, tolongin gue! Gue takut " lirih Tasya.

" lo kenapa?"

Suara Aras kian panik

" gue takut "

Mendengar suara tangisan Tasya, Aras segera mematikan sambungan telfonnya sepihak.

Dengan tergesa, ia hanya memakai jaketnya dan melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata rata.

Sesampainya dipekarangan rumah, Aras memarkirkan motornya asal. Tujuan utamanya adalah Tasya.

Ia berlari menaiki tangga , tidak peduli bulir bulir peluh yang membasahi wajah tampannya.

Membuka pintu kamar Tasya dengan kasar. Diatas kasur, ia melihat Tasya yang meringkuk ketakutan.

Namun matanya mengarah ke kotak di lantai dekat sofa. Segera ia mengambilnya, matanya membola saking terkejutnya.

Kotak itu...

Kotak itu berisi bangkai tikus. Disekitar bangkai itu ada darah. Bukan darah hewan, melainkan darah.......manusia.

Diatasnya terdapat tulisan
' AKU AKAN MEMBUNUHMU '

...

Tbc.

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang