23

1.4K 47 7
                                    

" aku tidak akan tinggal diam saat ada orang yang menyakitimu "

- sad girl -

.
.
.
.
Happy Reading♡
.
.
.
.

" Ras " panggil Dina.

" hm " jawabnya tapi tak menoleh ke lawan bicara.

" gue suka sama lo " ucap Dina blak blakan yang membuat Aras menoleh dengan cepat.

Aras membelalakkan matanya terkejut.

" lo nembak gue? " tanya Aras dengan muka yang masih syok.

" nggak, nanti lo mati " jawabnya santay.

" serius Din, lo suka sama gue? Tapi kenapa"

" pertanyaan lo nggak bermutu banget Ras sumpah " ucap Dina mengelengkan kepalanya.

" kok lo nggak manggil gue 'kak' lagi sih" ucap Aras heran.

" bosen "

" oke back to topik, jadi kenapa lo suka sama gue " tanya Aras penasaran.

" hm....karena apa ya...nggak tahu juga sih. Kan cinta nggak butuh alasan "

Aras terdiam, Dina terkekeh yang membuat Aras mengernyitkan dahinya bingung. Dina sudah tidak bisa lagi menahan tawanya.

" bwahahahaha... " tawanya pecah. Aras memandangnya dengan bingung, adakah yang lucu dengannya. Seseorang tolong katakan pada dirinya sekarang.

" ada yang lucu ya dari gue " tanya Aras bingung.

Dina meredakan tawanya. " sumpah muka lo lucu banget tadi "

" lo-

" gue cuman bercanda aja tadi, serius banget muka lo " ucap Dina sembari membuka tutup botol Aqu* dan meminumnya.

Seketika wajah Aras berubah, " bercanda lo nggak lucu, Din " ucap Aras dingin kemudian beranjak dan berlalu pergi. Menyisakan Dina sendiri dengan tatapan bingungnya.

" dia kenapa sih "

¤¤¤

"Akhhhh!" jeritan tertahan Tasya terdengar. Dia meronta, namun tenaganya kalah kuat dengan orang itu. Tidak mau kalah, dengan sekuat tenaga Tasya melepaskan cengkraman tangan orang itu dari lengannya. Berhasil.

Tasya segera lari, namun orang itu dengan cepat menyambar tubuh Tasya dan membawanya ke pinggir gedung. Jika satu langkah kebelakang maka Tasya bisa jatuh dari gedung dengan lantai 21 itu.

Orang itu mencengkeram lengan kanan Tasya kuat.

"Lo nggak akan selamat lagi kali ini!" ujarnya menyeringai lebar.

"Lo ada masalah apa sih sama gue hah!" teriak Tasya kepada orang itu.

"Lo mau tahu? Apa lo pura-pura lupa?" ujar orang itu.

"MARTIN!" bentak Tasya. Ya, orang itu adalah Martin. Mereka dulu satu SMP dan pernah berteman.

Martin mencengkeram dagu Tasya membuat Tasya sedikit mendongak.

"Lo tahu? Gimana malunya saat lo nolak gue di depan umum? Selama satu tahun gue dibully sama temen-temen gue gara-gara lo! Lo nggak pernah liat gue, lo malah asik ketawa-ketiwi haha-hihi tanpa tau perasaan gue. Padahal gue tulus cinta sama lo! Fine! Gue tahu waktu itu gue cupu! Gue nggak se famous temen-temen lo. Maka dari itu, gue nyiapin semuanya buat balas dendam. Dan well, sekarang lo disini. Sebentar lagi ajal lo akan menjemput!" Martin tertawa.

"Karena waktu itu gue nggak cinta sama lo! Pliss Martin, nggak gini caranya. Cinta itu nggak harus memiliki. Lo obsesi, bukan cinta."

"Alah, omong kosong! Gue nggak akan ketipu sama omongan lo lagi!" ujar Martin marah. Dia mendorong Tasya kebelakang membuat Tasya terkejut sekaligus takut.

Sedikit lagi, maka ia akan terjatuh. Tasya sudah pasrah, dia menutup matanya.

Bukhh! Srett

Tiba-tiba seseorang menarik Tasya dan melindunginya di belakang punggung. Tasya perlahan membuka matanya, orang itu, Aldi.

Aldi membalikkan badannya kearah Tasya, "Kamu ke bawah, ada Dina sama Aras yang nungguin kamu. Biar aku yang selesein ini," ujar Aldi lembut. Tasya menggeleng tegas.

"Nggak, Al. Aku nggak akan biarin kamu sendirian." ujar Tasya.

"Drama!" cibir Martin malas.

"Cepetan, Sya!" paksa Aldi dengan raut wajah serius. Tasya akhirnya mengangguk dan berlari menuju pintu keluar.

Kini, hanya ada Martin dan juga Aldi. Martin menyorot Aldi dengan tatapan remeh. Aldi balas menatap marah.

Bukh! Satu pukulan mendarat ke rahang Martin hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Martin menyeka darah itu, dan menatap Aldi sembari tersenyum sinis.

Bukh!Bukh! Bukh! Martin balas memukul Aldi bertubi-tubi. Tubuh Aldi ambruk, dia tidak sempat menghindar. Dia memegangi perutnya yang sakit, namun ia paksakan berdiri.

Kini amarahya semakin memuncak, kedua orang itu berkelahi tanpa ampun. Tanpa belas kasih dan menyerah. Hingga akhirnya, Aldi memukul Martin di kepala, perut, dan kakinya hingga membuat Martin ambruk.

"Uhukk!" Martin memuntahkan darah dari bibirnya. Aldi maju dan mencengkeram kerah baju Martin kuat.

"Gue nggak akan biarin lo sakitin Tasya lagi! Camkan itu!" ancam Aldi tegas. Martin tak membalas, badannya lemah dan sakit di sekujur tubuhnya.

Tak lama beberapa polisi datang dan segera menangkap Martin. Salah satu polisi menghampiri Aldi.

"Terimakasih karena sudah melapor. Orang ini sudah lama kami cari namun selalu pergi. Sekali lagi terima kasih banyak." ujar polisi itu menjabat tangan Aldi.

"Apakah perlu kami bawa ke rumah sakit?" tanya polisi kepada Aldi ketika melihat beberapa luka di wajahnya.

"Tidak perlu, urus saja orang itu," ucap Aldi, polisi itu mengangguk dan segera membawa Martin pergi.

Dengan tertatih Aldi berjalan menemui Tasya. Sesampainya di tempat itu Aldi segera menemui Tasya. Disana sudah ada Aras, Dina, dan Tasya yang masih menangis di pelukan Dina.

"Sya," panggil Aras, Tasya segera menoleh dan langsung menghambur ke pelukan Aldi.

"Hiks, kamu nggak papa kan? Ada yang sakit?" ujar Tasya khawatir. Aldi menggeleng tanda bahwa dia tidak apa-apa.

"Lo harus ke rumah sakit, Al" ujar Aras yang diangguki Dina.

"Nggak perlu, gue udah nggak papa." ucap Aldi. Mereka semua akhirnya pulang bersama dengan mobil Aras.

...

AUTHOR IS BACKKK

PADA MISS NGGAK SAMA AUTHOR YANG CANTIKNYA MELEBIHI SELENA GEMESSS

PADA MISS NGGAK SAMA AUTHOR YANG CANTIKNYA MELEBIHI SELENA GEMESSS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang