30

1.3K 43 3
                                    

' apapun kondisimu, aku akan menerimanya. Walau itu sakit sekalipun '

🌵🌵🌵

.
.
.
.
Happy Reading♡
.
.
.
.




1 bulan berlalu

Setiap harinya Aldi selalu datang menemani Tasya di rumah sakit. Bahkan sampai dirinya rela menginap semalaman demi menjaga sang kekasih. Hari ini, dirinya datang dengan senyuman kebahagiaan. Ditangannya terdapat sebucket bunga mawar merah yang indah. Dia letakkan bunga itu dinakas.

" hai, Sya. Aku sekarang bawain bunga kesukaan kamu. Ayo bangun dulu, " Suaranya pelan. Nafasnya tercekat.
" Udah 1 bulan ini kamu pejamin mata terus, kamu lihat apa disana? Pasti banyak cowok ganteng ya disana. Kamu harus inget, udah punya aku disini yang selalu sayang sama kamu. Kamu harus inget itu, Sya. Makanya sekarang bangun " Aldi terisak, dia menggoyangkan bahu Tasya pelan. Tidak ada hasil, Tasya tetap diam. Aldi kehilangan akal, dia meraih tangan Tasya. Dikecupnya dengan berlinang air mata.

Tiba tiba...dia merasakan sesuatu. Jarinya, ya, jarinya Tasya bergerak. Aldi segera memencet tombol darurat ( apasih namanya, tombol darurat bukan?).

Dokter Arya segera datang, mengecek keadaan Tasya. " keadaannya sudah membaik. Ini mukjizat, dia telah melewati masa kritisnya. Sebentar lagi dia akan sadar" Dokter Arya menjelaskan.

Tak lama setelah itu, mata Tasya terbuka. Dia mengerjabkan matanya pelan. Mencoba menyesuaikan cahaya disekitarnya. Dia menoleh, mengernyitkan dahinya.

" lo siapa? " Tanya Tasya setelah matanya berhasil menangkap sosok Aldi.

Mulut Aldi terbuka, syok " kamu nggak kenal aku? Aku pacar kamu, Aldi " Aldi cemas.

" gue nggak kenal sama lo! Mending lo pergi aja! Gue nggak mau lihat lo lagi! " Tasya menjerit, ketakutan terlihat dimatanya.

Keributan itu membuat Aras dan Tari segera masuk ruangan. Mereka melihat Tasya yang meringkuk. Tari segera menghampiri Tasya dan memeluknya.

" Tante, tolong bawa dia pergi " ucap Tasya sesenggukan menunjuk kepada Aldi. Tari dan Aras melebarkan matanya.

" Ras, bawa dia pergi dari sini " pintanya.

Aras menoleh ke dokter Arya " ini yang saya khawatirkan. Tasya mengalami amnesia sementara akibat benturan keras dikepalanya " dia mendekati Tasya. Menyuntikkan obat tidur agar Tasya tenang. Tasya sudah tidur, ruangan lengang.

" gu-e, gu-e pergi aja " Aldi terbata, suaranya bergetar. Dia tidak menyangka Tasya akan lupa dengan dirinya. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu waktu yang akan menyelesaikan semuanya.

Aras menepuk bahu Aldi pelan, " Tasya pasti inget sama lo, tenang aja " Aras menyemangati Aldi.

Aldi tersenyum, mengangguk pelan kemudian pergi dari ruangan.

...





Maapkeun partnya pendek banget.

Jangan lupa vote and comment

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang