L♥43

1.6K 144 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku tahu kamu mencintai ku, aku tahu perasaan mu. Tapi aku sadar, kamu belum siap untuk menjalani hubungan ini. Aku siap menunggumu, walaupun aku tidak tahu apakah nanti kamu jadi takdir ku atau bukan" --♡


~♡♡~

Di bawah sebuah naungan payung bening dengan hujan yang masih turun membasahi jalanan dengan damai. Percikan air hujan itu bahkan sedikit membasahi permukaan sepatu yang gue pake.

Jeno yang sejak tadi hanya menautkan tangannya dengan tangan gue terdiam tanpa bersuara, hanya terdengar bunyi guyuran hujan yang begitu nyaring.

Berjalan menunduk dengan perlahan, menatap setiap guyuran hujan yang membasahi bumi.

"Indah bukan?"

Menoleh melihat ke arah Jeno yang entah sejak kapan melihat ke arah gue. Dia tersenyum tipis, memperhatikan juga percikan air hujan yang nyaring.

"Dulu, kita gak dibolehin hujan-hujanan sama tante. Dia bilang, takutnya kita sakit" Jeno masih mempertahan senyuman nya.

Jeno menarik tangan gue ke dekat sebuah pohon yang cukup rindang, sedikit menutupi sebagian trotoar jalan yang basah.

"Mama lo selalu bilang, dia gak mau liat gue ataupun lo sakit. Dia juga bilang ke gue buat selalu jagain lo" Jeno menghadap ke arah gue.

"Mama lo selalu jadi mama buat gue, dia terlalu baik. Dia selalu ngerawat gue, padahal dia tahu kalo gue bukan anaknya" Jeno terlihat tersenyum miris.

"Waktu kecil gue selalu iri sama lo. Lo punya Mama yang baik banget sama lo, papa yang perhatian dan sayang banget sama lo" Jeno menunduk. "Sedangkan gue..., mama udah gak ada, papa yang gila sama kerjaan"

Suara Jeno terdengar sedikit parau, terdengar ingin menangis. "Jeno"

Jeno mengangkat kepalanya, menampilkan senyuman tulusnya, "Dan saat gue tahu kalo gue bakal tinggal sama lo, gue seneng banget. Gue gak ngerasa gak sendirian lagi. Gue benci sendirian, gue benci selalu sendiri"

Gue menghela pelan, melihat Jeno dengan perasaan campur aduk. Jeno terlihat begitu hancur, gue tahu. Beberapa tahun terakhir dia bener-bener jadi orang yang beda banget, jauh. Jauh dari sifat dia yang sekarang. Bahkan dia lebih banyak marah-marah dan selalu buat onar di sekolah nya dulu.

"Gue takut sendirian... " Ucapnya parau, Jeno terlihat mati-matian menahan tangisnya. Jeno menunduk begitu dalam, sedetik kemudian terdengar isakan kecil dari bibirnya.

Bahunya bergetar, tangan yang Jeno gunakan untuk memegang payung terlihat bergetar. Gue menangkup tangan itu dengan kedua tangan gue.

Gue bener-bener gak suka liat Jeno jadi kayak gini, cukup. Cukup hanya tahun-tahun lalu, gue udah bosen liat dia penuh kelemahan.

Like | Lee Jeno [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang