Gue menutup pintu kamar lalu berjalan santai menuju tangga. Gue mengeratkan pegangan gue pada tas sekolah yang agak berat.
"Kemarin kamu pulang jam berapa Jeno?"
Gue menghentikan langkah saat mendengar suara Mama di lantai bawah. Terlihat ada Jeno disana, dia juga keliatan mau berangkat sekolah. Dan untuk kalian tahu, selama beberapa hari ini gue gak berangkat sama dia. Jeno itu entah jam berapa berangkat ke sekolah, tapi setiap kali gue mau berangkat dia udah gak ada.
Tapi beda dengan hari ini, Jeno masih ada di rumah, bahkan kita kayak mau berangkat bareng, padahal... ---
"Tante nanya sama kamu Jeno?!"
Suara Mama mulai meninggi, gue memperhatikan Jeno yang hanya diam tanpa bersuara.
"Jam berapa!?" Mama mengguncang bahu Jeno yang sejak tadi diam.
Jeno berdecak keras, "Bukan urusan tante!"
Gue membulatkan mata, selama Jeno tinggal di sini dia gak pernah ngomong kayak gitu, apalagi sama Mama gue.
"Apa kamu bilang!?" Mama terlihat marah sekarang.
Jeno membuang muka, dia memilih melangkah menuju pintu rumah tetapi Mama langsung menarik tangan Jeno.
"Denger ya Jeno, kamu itu tinggal di rumah tante, tante berhak tau apapun tentang kamu!" Mama melihat Jeno dengan begitu marah. Sedangkan yang Jeno hanya melihat ke arah lain.
"Udah lah, tante malah buat mood aku buruk" Jeno berdecak, berencana melangkah kembali dan lagi-lagi Mama menahannya.
"Kamu sendiri yang buat ini rumit, kamu tinggal bilang. Apa susahnya sih?" Mama terlihat begitu kesal, tentu saja.
Jeno diam tanpa suara, dia masih melihat ke arah lain.
"Kamu ada masalah apa?" Suara Mama mulai melembut, tatapannya berganti menjadi tatapan seorang ibu.
Jeno masih diam, "Tante udah anggap kamu sebagai anak tante sendiri Jeno, bilang. Ada apa?"
Mama mencoba melihat mata Jeno secara langsung, tapi detik berikutnya Jeno malah berjalan keluar dari rumah dengan cepat.
"Jeno! Jeno!" Mama mencoba menahan Jeno tetapi gagal, Jeno sudah pergi dengan motornya.
Gue berjalan menuruni tangga dengan cepat, mendekati Mama yang sudah berada di luar.
"Ck anak itu" Mama terlihat begitu kesal bercampur khawatir.
"Udah Ma... " Gue mengusap bahu Mama, mencoba menenangkan nya.
"Bukannya apa Naeun, Mama mau ngasih uang jajan ke dia. Papa Jeno bilang, dia belum bisa ngirim uang sama Jeno. Pasti Jeno udah kehabisan uang" Mama berdecak kecil di akhir kalimat.
Gue membuang nafas kasar, "Udah lah biarin aja"
Mama menatap gue, "K-- kenapa?" Tanya gue agak gugup.
Mama menghela pelan, "Kamu ada masalah apa sama Jeno"
Gue mengedipkan mata berberapa kali, "E.. --enggak tuh, b--- biasa aja"
"Kalo kalian ada masalah selesain secepatnya, Mama takut Jeno malah kayak dulu lagi" Mama menggulum senyum tipis, Mama menepuk bahu gue pelan.
"Ini sekalian titip uang jajannya Jeno, mama gak mau dia kelaperan di sekolah" Gue menerima uang tersebut sedikit ragu.
"Oke"
"Yaudah cepetan berangkat" Mama mendorong punggung gue pelan.
"Gak mau nganter aku ma?" Gue diam di ambang gerbang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like | Lee Jeno [REVISI]
أدب الهواةSuka? Gak mungkin, dia cuma temen, gak lebih. Tapi emang boleh gue suka dia? -------------- [Start : 21/07/19] [Fin : 15/01/20]