L♥54

1.6K 134 29
                                    

(Comment loh_-)

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, yang aku tahu saat ini kau masih ada di samping ku, itu sudah cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, yang aku tahu saat ini kau masih ada di samping ku, itu sudah cukup. Karena mu aku berubah dan masih bertahan sampai detik ini"




~♡♡~




Gue terduduk di sofa, menunduk, memikirkan hal yang baru saja terjadi. Nafas gue tersenggal, walaupun udah dirumah tapi kenapa perasaan gue masih gak tenang. Gue meremat seragam Jeno, merasakan kalau ini seragam gue yang tadi copot kancing nya.

Membuang nafas pelan, menghapus jejak air mata yang entah sejak kapan udah ada. Gue mengangkat wajah, sedikit terkejut saat melihat Jeno berada di depan gue. Melihat gue, terlihat khawatir.

"Kenapa?" Jeno mengusap rambut gue, masih dengan ekspresi yang terlihat khawatir.

Sebenernya gue juga bingung, semuanya udah berlalu, tapi kenapa bayang-bayang itu masih ada.

Jeno tersenyum menghela, membiarkan gue dan beralih membuka kotak obat yang entah sejak kapan udah ada di pangkuannya.

Jeno duduk bersila di karpet, menghadap gue. "Sini tangan lo"

Gue termenung sejenak, lalu menyodorkan kedua tangan gue bersamaan. "Dua-duanya kah?

Jeno menelisik kedua tangan gue, " Ternyata cuma yang ka-- "

"Aw... " Gue mengaduh saat Jeno memegang pergelangan tangan gue.

"Ups, maaf" Jeno meringis pelan, kemudian membuka tutup salep di tangannya.

"Bekasnya gini banget" Jeno berdecak kecil, memperhatikan sambil mengoleskan salep itu pada tangan gue. Padahal lukanya lebih parah dari gue.

Gue mengambil kapas dan alkohol di kotak obat, menuangkan alkohol itu pada kapas dengan satu tangan. Gue mendekatkan kapas tersebut pada rahang Jeno, tapi dia agak menjauh.

"Ng... ngapain?" Tanyanya.

Gue memperhatikan Jeno sekilas, "Muka lo serem banyak lukanya, j-- jadi gue ini mau bersihin"

Jeno mengerejap, lalu ber 'oh'. Dia mendekatkan wajahnya seperti semula, lalu kembali mengolesi pergelangan tangan gue.

Gue mengusap pelan kapas pada rahang Jeno yang terlihat berdarah, hanya sedikit tapi luka lebamnya cukup lebar.

Jeno berdesis pelan, "Sakit... " Ucapnya.

"Tahan lah" Balas gue.

Jeno hanya tersenyum dipaksakan, menerima setiap kapas yang gue gunakan untuk membersihkan luka-luka di wajahnya.

"Tangan lo kok gini?" Jeno terlihat terkejut.

Gue menghentikan aktivitas gue membersihan luka Jeno, beralih pada telapak tangan gue yang memerah, bahkan ada bercak-bercak darah di sekitarnya.

Like | Lee Jeno [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang