Ditolak (Peraya)

2.4K 265 58
                                    

Author Pov

Singto masih berlutut di depan seorang senior kantornya dengan seikat mawar merah yang terbungkus cantik.

"Jadi, kakak mau kan jadi pacarku?" Tanya Singto sekali lagi.

Yang ditanya mengernyit tak paham. "Kenapa aku harus mau jadi pacarmu?"

"Karena aku mencintaimu."

"Klise. Maaf pekerjaanku masih banyak." Pemuda berkulit putih yang barusan ditembak Singto itu pergi begitu saja menimbulkan tatapan heran di mata para karyawan kantor yang menonton drama mereka.

Singto bangkit dari posisi berlututnya. Menepuk debu di bagian lutut lalu mendekati tempat sampah.

"Eiitt.. jangan dibuang. Sayang." Tay, sahabatnya meraih mawar yang hendak dibuang begitu saja oleh Singto.

Pria dengan kulit tan itu hanya mendengus kasar membiarkan Tay berjalan mengikutinya kembali ke bagian mereka, bagian produksi.

"Berarti total sudah lima kali kan Kak Krist menolakmu?" Tanya Tay saat mereka berjalan.

"Hm.."

"Lalu kau masih mau usaha lagi?"

"Iya lahh."

Tay menggelengkan kepalanya prihatin. "Percuma, Sing. Kau bolak-balik bagian produksi ke bagian pemasaran, merayunya tiap hari, memberinya perhatian lebih, toh akhirnya dia tetap akan menolakmu, kan?"

"Lagian, apa yang kau lihat dari kak Krist sih? Masih banyak loh yang lebih imut, lebih lucu, lebih menawan dari dia?" lanjut Tay.

Mereka berhenti sejenak, duduk di kursi bagian depan produksi.

"Kak Krist itu seperti mawar, Tay. Cantik, rupawan, indah dipandang mata tapi susah untuk dipetik karena durinya terlampau tajam. Tapi kalau kita tahu caranya pelan-pelan juga mawar itu akan berpindah ke tangan kita. Lihat saja, aku akan mendapatkannya."





....




"Menolak Singto lagi? Aku lihat tadi." Mike duduk di mejanya, sebelah meja Krist.

Krist hanya mengangguk. Masih fokus pada komputer di depannya.

"Alasanmu apa sih Krist? Singto itu tampan lho, kulihat juga sudah cukup mapan. Perhatian pula padamu. Banyak yang ingin ada di posisimu sekarang, diperjuangkan olehnya. Kenapa malah kau tolak?" Heran Mike.

Krist menghentikan aktivitasnya. Menoleh pada sang sahabat. "Entahlah. Dari penilaianku dia hanya main-main saja. Yang kucari itu calon suami, bukan pemuda slengean macam Singto yang merengek untuk dijadikan pacar."

"Kalau dia pergi, baru tahu rasa kau."




....




Berhari-hari setelah Singto menembak seniornya untuk yang kelima kali, keadaan tak berubah. Singto rela datang ke bagian pemasaran hanya untuk menunjukkan perhatiannya pada Krist. Membelikan makan siang, mengajaknya ngobrol saat istirahat, mentraktir kopi saat coffe break di sore hari, tapi Krist tetaplah Krist. Keras kepalanya tak ada tandingan.

"Loh, wajar kan dia memperlakukanku begitu? Itu tandanya dia hormat pada senoirnya." Jawab Krist tiap ditanya Mike soal perhatian Singto padanya.

Wajar dengkulmu -batin Mike

Sedangkan Singto juga sudah sering dinasehati oleh Tay.

"Percuma kalau caramu hanya seperti ini, Sing. Kak Krist itu terlalu keras." Ucap Tay."

"Lalu aku harus bagaimana dong?"

"Cobalah lupakan dia, jalani hidup normalmu seperti biasa."

"Caranya?"

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang