Demo (TayNew)

5.7K 429 50
                                    

New Pov

Aku mengusap peluh yang turun deras dari dahiku. Di sebelahku kedua sahabat karibku keadaannya tak jauh beda. Krist dan Gun, para sahabatku juga sedang mengipasi wajah mereka dengan kertas bekas yang mereka temukan di jalan.

Saat ini kami para mahasiswa Universitas Bunga Bangsa dan mahasiswa dari puluhan universitas lain se-Jakarta sedang mengadakan aksi demo di depan gedung DPR Senayan, Jakarta untuk menolak RUU KUHP, revisi UU KPK dan sejumlah Undang-undang bermasalah lainnya. Kami para mahasiswa menilai jika Rancangan Undang-undang tersebut telah mencederai demokrasi negeri ini.

Tangan kami masing-masing memegang poster berisi kritik yang menyentil keputusan tak wajar para wakil rakyat. Seperti yang kupegang sekarang, 'Jangan bunuh keadilan, Bunuh saja mantanku', padahal punya mantan saja tidak. Atau yang dipegang Krist, poster dengan gambar ayam jago dengan tulisan 'Rambo salah apa??' wkwk

Gila saja. Siapa memang pemilik ayam yang mau didenda sepuluh juta jika ayamnya main ke rumah tetangga.

"New itu mobil tanki mau apa kesini??" Gun bertanya polos, menunjuk dua mobil tanki besar di belakang kami.

"Katro !! itu namanya mobil water canon. Nanti kalau demo sudah mulai ricuh mobil akan menyemprotkan air untuk membubarkan masa." Krist yang menjelaskan. New hanya mengangguk membenarkan.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang saat Singto, salah satu perwakilan dari universitas kami maju berorasi menuntut keadilan tepat di depan gerbang gedung DPR.

Kekasih Krist sekaligus ketua BEM itu nampak garang dengan almamater birunya. Kepala diikat dengan kain merah putih, sebuah pengeras suara tersampir di bahu kanan. Khas aktivis sekali.

"Kami butuh keadilan!! Jangan abaikan suara kami!! Ini negeri demokrasi, jangan matikan aspirasi!!" Teriakan Singto melecut kambali semangat kami yang sempat padam karena kelelahan dan kepanasan.

Semakin lama demo menjadi semakin ricuh. Mobil water canon mulai menyemprotkan air memukul mundur para mahasiswa. Bahkan sekarang para polisi itu sudah mulai menggunakan tembakan gas air mata.

"Adik-adik mahasiswa, diharapkan untuk membubarkan diri.." seruan-seruan menentang terdengar dari para aparat negara berseragam cokelat tersebut.

"Krist.. Gun.. kalian dimana??" Kepalaku menengok kanan-kiri mencari kedua sahabatku tapi hasilnya nihil. Kami terpisah karena gerombolan mahasiswa yang bergerak ricuh menghindari gas air mata.

Bahkan suara Singto yang tadi berteriak keras sekarang sudah tak terdengar. Hanya ada jeritan para mahasiswa yang terkena tembakan gas air mata dan riuh sirine ambulan yang mondar-mandir membawa para mahasiswa yang pingsan atau kehabisan nafas karena berdesakan.

Masa yang semula berkumpul di depan gedung DPR Senayan mulai mundur ke arah stasiun Palmerah, lampu merah Slipi, Semanggi hingga ke Jakarta Convention Center (JCC).

"Gun.. Krist.." aku masih memanggil-manggil nama kedua sahabatku sambil satu lenganku menghalangi mata agar tak terkena gas air mata.

"Pakai ini untuk melindungi matamu." Sebuah suara rendah terdengar bersamaan dengan sebuah jas almamater yang menutup kepalaku.

Saat kubuka sedikit jas yang menutup kepalaku untuk melihat siapa orang itu, orangnya sudah tidak ada. Tapi punggung seorang pemuda dengan kemeja warna hitam yang berjalan di depanku menarik perhatianku.

Pasti dia. Hanya dia di disekitar sini yang tampak tidak menggunakan jas almamater.

"Terimakasiiih !!" Teriakku. Entah dia dengar atau tidak itu urusan belakang.

Berbekal almamater yang melindungiku aku mengikuti para mahasiswa yang berlari ke arah stasiun Palmerah. Benar saja disana aku melihat Krist sedang duduk di pinggir trotoar bersama kekasihnya sambil mengobati luka di dahi Singto.

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang