PART 1 || Alfino Putra Danuandra.

371 25 11
                                    

Suara dentuman musik sangat keras terdengar memekikan telinga. Ditambah bau alkohol yang sangat mengusik indra penciuman.

Semua itu tidak berpengaruh terhadap orang-orang yang ada didalamnya. Sekumpulan manusia tengah asik berjoget ria dibawah lampu disko.

Berbeda dengan seorang cowok yang sedang duduk didepan country dengan botol minuman ditangannya. Dipastikan itu bukan minuman biasa.

"Woyy! Disini lo. Kita nyariin lo dari ta--" ucap cowok lain sedikit teriak agar suaranya terdengar dan bisa mengalahkan suara musik diruangan ini.

Namun ucapannya berhenti saat melihat puluhan botol di depannya dengan mata dan mulut menganga. Bahkan cowok yang mabuk itu masih mengangkat botolnya lagi untuk diminum.

Belum sempat ia meneguk, botolnya sudah direbut oleh cowok satunya. Bukan cowok yang berteriak tadi, melainkan cowok satu lagi. Hal itu membuat cowok yang mabuk itu berdecak kesal.

"Lo pikir dengan ini bakal nyelesaiin masalah?" ucap cowok itu dengan nada dingin.

"Ho'oh. Mana minum gak ajak-ajak lagi," kata cowok yang datang pertama tadi sambil duduk didamping cowok mabuk tadi.

"Bro, bir satu," ucapnya lagi pada wainters sambil mengangkat telunjuknya semangat.

Cowok yang merebut botol tadi menjitak kepala cowok yang pesan minum itu.

"Aw ... apasih lo, Dim," kesal cowok itu kepada temannya yang ternyata bernama Dimas.

"Lo bego apa gimana sih, harusnya lo bantu gue bawa Alfin balik!" ucap Dimas sambil melirik cowok mabuk itu yang bernama Alfin.

"Tau lo Dir," sahut wainters itu yang terlihat seumuran dengan mereka. Dia melirik ke cowok yang pesan minum tadi dan namanya Dirga.

"Cuma segelas doang, bagi lah, Rik," ucap nya sambil menunjukan puppy eyes nya. Dan cowok permin bernama Riko tadi hanya bergidik ngeri seolah mengatakan 'jijik'.

"Berisik!" ucap Alfin sambil mencoba berdiri tapi dia oleng. Untung Dimas dengan sigap menopang tubuhnya.

"Teller banget tuh orang, ya?" tanya Dirga dengan muka bodohnya. Jelas saja teller, gak liat apa didepannya udah ada 5 botol bir kosong! Riko hanya memutar bola matanya malas.

"Woy! Dir, bantuin," Dirga berdiri untuk membantu Dimas membopong Alfin. Dirga sudah mengalungkan lengan Alfin dipundaknya tapi Alfin memberontak. Ia melepaskan lengannya yang berada dipundak kedua sahabatnya dengan kasar.

"Gue bukan bocah, gue bisa jalan sendiri!" Dimas berdecak kesal mendengarnya. Keras kepala, itu yang ada dipikiran Dimas sekarang. Sedangkan Dirga, ia menatap Alfin antara kesal dan juga kasihan. Ia tau Alfin tidak suka dikasihani tapi ia tidak bisa menutupi kesedihannya untuk sahabat satunya ini.

Alfin mencoba berjalan meskipun dengan sempoyongan. Dimas tidak menggubris pernyataan Alfin barusan. Ia mendekati Alfin dan kembali membopongnya. Alfin berdecak kesal lalu mendorong Dimas sampai menubruk tembok disampingnya.

Dimas tidak tersinggung dengan perlakuan Alfin tadi, karena ia sudah tau Alfin hanya perlu pelukan saat kondisinya sedang kacau. Tapi sifat gengsinya juga keras kepala sepertinya membuat egonya semakin besar.

Dimas mengehala nafas panjang lalu memeluk Alfin erat namun tetap getle. Alfin merontak dengan terus mengatakan 'lepasin'. Namun, Dimas semakin mempereratnya.

Lama-kelaman Alfin lelah terus berontak. Ia perlahan lemas karena efek alkohol yang masih menempel pada dirinya. ia lelah, lelah batin dan raga.

"Gue capek, Dim." itu kata terakhir yg diucapkannya sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

"Lo kuat, Fin. Lo kuat!" ucap Dimas kepada Alfin. walaupun ia tahu, Alfin tidak akan mendengarnya. Ia menepuk punggung Alfin memberikan semangat.

Dengan peka Dirga langsung ikut membopong Alfin bersama Dimas.

_*_*_*_*

Hai guys..ceritanya aku revisi ya..gimana?bagusan yang ini apa yang dulu?

Maaf juga part yang ini pendek,tapi selanjutnya bakalan puanjangg punya..😁

Part 1 dan 2 nanti bakal aku jadiin part pengenalan.jadi pendek...hihi..

Semoga ada mau nerbitin.amin...

Semoga ada yang mau milemin.amin...

ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang