PART 12 || Family.

103 10 0
                                    

Kringg!!

Bunyi jam walker menggema disetiap inci ruangan. Alfin membuka matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Lalu membalikan badannya dari yang semula tengkurap menjadi terlentang.

Silau!

Alfin melihat gorden jendelanya terbuka, perasaan Alfin sudah menutupnya tadi malam dan tidak mungkin ada orang yang membuka gordennya karena ia hanya tinggal sendiri di apartementnya.

Alfin tak menggubris gorden itu. Ia langsung bangkit dan berjalan ke kamar mandi, memakai seragam dan langsung berangkat ke sekolahnya.

Saat berjalan menuruni tangga, indra penciumannya menangkap bau yang sedap sehingga ia berhenti sejenak untuk melihat darimana asal bau itu.

"Alfin. Sini nak, ibu udah masak nasi goreng spesial," itu suara Indah-ibu tiri Alfin.

kok dia bisa masuk sih? yang tau kode pintu apart ini kan cuma Dimas sama Dirga-batin Alfin beramsumsi.

"Kok bengong? Sini nak," ucap Indah lembut.

Alfin memandang sebentar nasi goreng itu. Nasi gorengnya memang terlihat enak dan menggiurkan. Tapi yang namanya Alfin mana bisa diajak kompromi. Cowok keras kepala!

"Gue bukan anak lo," ucap Alfin dingin lalu segera pergi dari hadapan Indah. Cowok itu selalu mempertahankan ego bila berbicara. Dasar!

Indah menatap punggung Alfin yang perlahan menjauh. Dadanya sesak saat melihat salah satu keluarga barunya tidak menerimanya dengan baik. Puluhan kali Indah mencoba mendekati Alfin, tapi selalu gagal.

***

"THEA!! BANGUN! JAM KAMU BUNYI TERUS ITU!" Teriak Indri dari depan pintu kamar Thea.

"Ma, jangan teriak napa? Tetangga semua pada demo terus kita diusir gimana?" Ucap Dika dengan membaca koran di meja makan.

"yah mama demo balik lah. THEA!" Dika hanya geleng-geleng melihat kelakuan istrinya itu.

Yeah.. Dika dan Indah meliburkan para pekerjanya, jadi otomatis mereka juga libur. Ini seperti bonus weeked bagi para pekerjanya.

"Em.. apasih ma? Masih pagi juga," ucap Thea setengah sadar.

"THEA!!" Teriak mamanya lagi dan dengan terpaksa Thea harus bangun dari tempat kesayangannya untuk mandi.

Mamanya selalu seperti itu. Teriak-teriak di depan pintu kamar Thea entah itu karena Thea telat bangun atau membiarkan jamnya berbunyi terua, like this.

Tapi Thea sangat bersyukur dapat mendengar teriakan mamanya dan suara papanya yang meminta agar mama tidak teriak-teriak. Sungguh, ini kejadian yang langka menurutnya.

Setelah ritual paginya sudah selesai, ia langsung turun kebawah untuk sarapan bersama orang tuanya.

"PAGI! PAPA, MAMA!" Teriak Thea sambil menuruni anak tangga satu-persatu.

"Gak anak gak mama, sama aja suka teriak-teriak," gerutu Dika.

"Morning papa," ucap Thea lalu memeluk papanya yang sedang duduk dikursi membaca koran.

"Morning too honey," ucap Dika lalu menepuk lengannya yang melingkar di lehernya.

"Morning mama," kini Thea beralih pada Indri yang sedang mencuci piring. Thea memeluk Indri dari belakang.

"Morning too sayang. Udah kamu duduk, bentar lagi mama selesai," ucap Indri dan Thea menurut langsung duduk di depan ayahnya.

"Papa baca apa?" Tanya Thea dengan bodohnya. Tentu saja membaca koran.

ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang