PART 2 || Thelia Mawardika Camelion.

263 26 6
                                    

Kringg!!!

Suara jam walker membangunkan siluet seorang cewek di tempat tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya sambil menguap.

Perlahan ia bangun dan duduk ditepi ranjang. Silau, ia membiarkan mata nya tetap tertutup sambil berjalan kekamar mandi.

Membuka kran sower, menyikat giginya, lalu keluar dari kamar mandi dengan mantel handuk dan kedua tangan yang memegang handuk putih kecil sambil menggosok-gosokannya kerambutnya yang basah.

Cewek itu menukar pakaiannya dengan seragam sekolah. Duduk dimeja rias lalu menggunakan hair drayer. Memoleskan sedikit bedak agar terlihat natural dan liptint agar bibirnya tidak terlalu pucat.

"Non Thea, sarapannya udah selesai, Non," teriak salah seorang wanita paru baya ditengah pintu cewek tadi yang namanya Thea.

"Iya, Bi! Bentar lagi Thea turun," teriak Thea pada asisten rumah tangga(ART)nya.

"Iya, Non." Thea merampas tasnya yang berada dibawah meja belajar lalu turun kebawah.

Thea menarik kursi lalu duduk diatasnya. Sendiri. Thea menghembuskan nafas panjang sebelum memakan nasi gorengnya.

"Tuan sama nyonya katanya lagi ada urusan kantor, Non, jadinya tuan sama nyonya berangkat pagi deh." Thea hanya mengangguk sebagai jawaban. Thea sejak kecil sudah terbiasa sendiri karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan.

Thea menelan nasi gorengnya sebelum meminum susu disampingnya tanda bahwa ia selesai makan.

"Thea berangkat, Bi," pamit Thea pada ARTnya dengan mengambil kunci mobil dimeja ruang keluarga.

"Iya. Ati-ati, Non," balas ARTnya dan Thea hanya membalasnya dengan deheman.

***

SMA 1 IRLANGGA

Thea memakirkan mobilnya tepat disebelah mobil warna putih dan merah. Sedangkan punya Thea sendiri berwarna putih seperti mobil sahabatnya

Mobil warna putih adalah milik sahabatnya. Ralat, milik Nesya. Karena sahabatnya yang satu, Devi. Dia hanya menumpang pada Nesya. Bukan karena apa, itu karena mereka tetanggaan. Jadi mereka pikir lebih baik satu mobil saja.

Sementara mobil warna merah adalah milik sahabat cowoknya. Feri.

_-_-_-

Thea pov_

Gue seneng banget udah bisa masuk sekolah lagi. Btw, gue baru aja naik kelas, jadi gue sekarang kelas 11. Dan kelas gue ada di 11 IPA 1.

Gue, dan sahabat-sahabat gue satu kelas. Siapa lagi kalo bukan, Nesya, Devi, sama Feri.

Sekedar info. Feri suka sama Nesya sejak kelas 10, cuma si Feri lemot banget. Gak mau ngomong sama Nesya.

Dan gue ada temen lagi. Sebenarnya bukan temen gue sih ... mereka itu temennya Feri. Tapi karena sering bareng jadi yaudah ... kita temenan sama--

"Hai neng Thea cantik.... "

Panjang umur tuh duo komplak, baru diomongin udah nongol aje.

"Panjang umur," jawab gue bodo!

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Chandra dengan blo'on nya.

"Ho'oh, perasaan gak ada deh," kalo yang ini yang tanya Fikri.

Chandra & Fikri, atau biasa disebut duo komplak atau duo gesrek? kenapa dibilang gitu? Ya karena mereka itu ... uggh, genit banget. Maksudnya mereka itu doyannya sama janda coba. Gue kadang suka mikir napa si Feri mau temenan sama mereka.

Tiba-tiba gue ngerasa ada yang narik tangan gue, dan itu Devi. Sukur banget dia dateng tepat waktu. Males ngeladeni mereka gue ...

"Yah ... bidadari tlah pergi," ucap Fikri.

"Dan itu karena dibawa sama pernyihir terkutuk," sahut Chandra.

Hahaa ... gue ketawa denger mereka ngoceh gak jelas. Apalagi sekarang Devi udah berhenti dan balik arah ke mereka dengan muka merah padam. Gua yakin bentar lagi tuh mereka bakal kena sembur bacotan. Haha ...

"Apa lo bilang?! gue?! penyihir terkutuk?! lo tai terkutuk!" sembur Devi pada Chandra.

"Ha? Engak kok," sangkal Chandra.

Udahlah, mending gue masuk kelas daripada liat mereka berantem kayak tom and jerry. Fikri? dia cuma masang muka tolol dia supaya gak kena semburan Devi juga.

Ouh ... apa nih. Kayaknya gue masuk disaat yang gak pas. Mata gue nangkep si Feri lagi pdkt? dan sedihnya lagi Nesya gak dengerin dia. Haha ... mendingan gue puter arah aja kali ya.

"Thea!" Telat. Si Nesya udah manggil gue dulu. Gue kasih senyuman andalan gue lalu jalan kearah meja gue. Ralat, meja gue sama Nesya, karena gue ama Nesya satu bangku. Tepatnya dibarisan kedua meja pinggir kiri.

Gue natap Feri seolah nanya 'gue ganggu ga?', dia cuma natap gue datar seolah ngomong 'iya, lo ganggu'. Gue cuma nyengir.

Brakk!

Buset! Bisa kalem dikit bukanya bisa kan?

Si Devi tiba-tiba masuk sama muka asem gitu. Mana pas buka pintu kasar banget lagi.

"Nape lo?" tanya Nesya masih duduk ditempatnya, gue masih berdiri di sisi Nesya dan Feri udah duduk dimeja sebelah bangku gue sama Nesya.

"Huh!" Devi cuma buang napas pendek plus kasar. Dia langsung duduk dikursi yang ada didepan meja Nesya sambil melipat tangan didepan dada. Nesya natap gue seolah minta penjelasan, gue cuma nunjuk Chandra sama Fikri yang baru masuk kelas sambil dorong-dorong

"Dev, sorry! Jangan marah, ya," bujuk Fikri.

"Bodo! lo kenapa mau temenan sama mereka si Fer?!" Devi balik arah natap Feri, dan Feri cuma naikin satu alisnya.

"Eh, yang namanya temenan itu gak boleh pandang sebelah mata. Itu--"

"Bacot," balas Devi memotong ucapan Chandra membuatnya geram dan mulai membacot dengan Devi. Fikri? dia balik buat muka tolol lagi coba. Haha ...

Gue seneng punya temen kayak mereka. Mereka bisa bikin gue lupa tentang masalah dikeluarga gue. Gue harap mereka bakal selalu ada disamping gue, walaupun sikap mereka yang urak-urakan itu. Tapi gue suka. Karena gak bikin hidup terasa hambar. Wkwkw

Bersambung....

***
Jangan lupa buat vote and comen😉
See you next time..

ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang