"Gue anter," Ucap Dimas dan Alfin bersamaan
Thea dan Devi mengerjapkan mata berkali-kali dan menurut 2 cowok itu mereka sangat lucu.
"Gue gak ada waktu," Ucapan Dimas membuat keduanya sadar dan jadi salting sendiri.
"Eh, e.. gu-gue a-ama siapa?" tanya Devi takut padahal di pipi nya sudah ada semburat merah. Dasar Devi!
"Terserah," kali ini Alfin yang jawab.
Thea dan Devi tak kunjung menjawab, mereka malah asyik dengan pikiran masing-masing dan sesekali meremas baju mereka.
"Kita tunggu di parkiran," ucap Alfin datar lalu segera berlalu dari hadapan mereka dengan Dimas dibelakang.
"Tunggu," Ucap Thea yang membuat Alfin dan Dimas berhenti dan menoleh.
Alfin mengangkat satu alisnya, bertanya.
"Em.. itu. Muka lo-eh, kakak.. belum diobatin tadi ya?" tanya Thea sedikit gemetar.
Alfin memutar bola mata malas karena ia kembali dipanggil 'kakak'.
"Cepet!" titah Alfin menyuruh Thea agar cepat keparkiran supaya jangan peduli dengan lukanya.
"Gak!" tolak Thea dan langsung menarik tangan Alfin untuk duduk disalah satu kursi dekat situ. Meninggalkan Dimas dan Devi yang masih membisu ditempat. Tapi Thea tidak peduli.
"Lo ngapain sih?!" ucap Alfin dengan berusaha melepas cekalan Thea, tetapi dengan lembut. Karena ia tidak pernah atau tidak pernah mau menyakiti seorang wanita.
Thea langsung mendudukkan Alfin di kursi dan Thea mengambil plester, kapas, dan juga alkohol dari dalam tasnya. Berjaga-jaga bila seandainya ia terluka.
"Lo mau--"
"Diem!"
Ucapan Alfin langsung dipotong oleh Thea. Akhirnya ia mengalah saja dari pada harus ribut dengan seorang cewek. kalau ada pilihan, Alfin lebih memilih mengerjakan soal fisika 2 lembar daripada harus mengoceh dengan seorang cewek!
Thea mulai mengobati luka diwajah Alfin. Alfin hanya diam saat Thea mengobatinya. Tanpa sadar Alfin terus memperhatikan wajah Thea. Mata bulat dengan iris coklat madu, hidung kecil mancung, dan jangan lupakan bibir mungil pink alaminya.
"Cantik"-batin Alfin
Thea yang merasa dirinya ditatap intens menoleh dan mata nya bertemu dengan iris hitam itu lagi.
Kini jantung Thea terpacu lebih cepat dari biasanya. Jantung nya seperti ia habis lari maraton berkilo-kilo meter.
Dret!.. dret!.. dret!
Ponsel Alfin berbunyi membuat acara tatap menatap itu jadi bubar. Thea menunduk agar warna merah dipipinya tidak terlihat.
Sial! eh.. kok gue jadi kesel ya? ah, bodo lah!-batin Alfin
Si kamvret is calling
Nama si penelfon tertera dilayar ponsel Alfin. Alfin mengehembuskan nafas kasar sebelum menjawabnya.
"FIN!LO DIMANA AJA?!GUE DARI TADI NUNGGUIN LO DIPARKIRAN BEGO!"
Alfin menjauhkan ponselnya dari telinganya. Sungguh, kenapa Dirga punya suara cempreng seperti itu?!
"Gue gak budek! jadi stop buat teriak!" Ucap Alfin sambil menekan kata 'teriak'.
"Hehe.. ya mangap. Anju!tadi gue liat Dimas jalan cewek coy!! tapi ceweknya kayak tomboy deh.. pakaiannya aja kek gitu. Hiks.. Dimas jahat banget sih, punya cewek aja gak kasih tau kita. Hiks.. " ucap Dirga disebrang sana dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFINO
Teen Fiction[JUDUL AWAL The Prince Escape] Cover by @Sha_Yap16 *** Alfino Putra Danuandra, cowok gengster yang keras kepala namun tetap disukai karena paras tampannya. Ia memiliki 2 orang sahabat, Dimas dan Dirga. Mereka bertiga memiliki masalah yang sama, oran...