PART 28 || MAAF.

84 7 0
                                    

To: My Son.

Alfin kembali menatap Thea dengan kerutan di dahinya. Thea tersenyum sambil mengisyaratkan agar cowok itu membuka suratnya.

Tangan Alfin perlahan membuka surat itu. Alfin tampak familiar dengan tulisan tangan yang tertulis disana.

Perlahan ia mulai membaca dan mencermatinya.

To: My Son.

Alfin.. nak, ini mama. Kamu gak salah, tulisan ini memang tulisan tangan mama.

Alfin seketika membulatkan mata. Tunggu, mama? Mamanya?

Alfin.. mama ingin memberitahu sesuatu padamu. Sebelumnya mama berharap ada yang menemukan surat ini dan memberikannya padamu. Mungkin, saat kau membaca surat ini, mama udah gak ada.

Alfin.. kamu tahu tante Indah kan? Sekarang dia sudah jadi mama barumu. Mama mohon Alfin, jangan sakiti ataupun menjauhinya. Indah melakukan ini karena mama, mama yang membujuk Indah untuk menikah dengan ayahmu. Karena mama tidak ingin kau kekurangan kasih sayang seorang ibu.

Mama tahu kau itu keras kepala, jadi mama membuat surat ini. Percayalah sayang, Indah sangat menyayangimu walaupun kau bukan anak kandungnya. Mama kenal betul dengan Indah. Mungkin, kau dengan Riski bisa jadi saudara yang akur.

Mama juga berharap kamu tidak terlalu membenci ayahmu Alfin. Ayahmu sebenarnya sangat berat untuk melakukan ini semua, tapi ia tetap lakukan. Karna apa? Karnamu. Ayahmu gak pengen kamu sedih karena kehilangan mama.

Ingat selalu pesan mama ya sayang, jangan selalu menilai orang dari luar, nilai dari dalam. Mama harap kamu selalu bahagia. Hidupmu pasti berat belakangan ini.

Mama cuma mau bilang itu aja. Jangan sedih, dan sehat selalu. Mama akan selalu sayang dan selalu ada di samping kamu.

Dahlia

Alfin meremas kertas yang ia genggam. Matanya juga seakan memanas. Apa yang sudah ia lakukan? Kenapa ia egois?

Wajah Alfin terlihat frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri. Sementara Thea yang sedari tadi memperhatikan mencoba menurunkan tangan Alfin agar cowok itu berhenti menyakiti dirinya sendiri.

"Alfin. Alfin stop! Alfin kamu pikir dengan semua ini bakal nyelesaiin masalah?!" Sarkas Thea. Seketika Alfin berhenti. Namun air mata malah meneruskan. Ia sedikit terisak, menyesali segala berbuatannya. Memang benar kata pepatah, penyesalan selalu ada di akhir.

"Gua jahat The. Gue egois. Gue keras kepala," racau Alfin dengan menyebut segala kekurangannya.

Thea langsung memeluk Alfin dengan erat. Menepuk punggung tegap cowok itu sambil menggeleng. Mencoba menenangkan dan memberitahu kalau semua ini bukan salah Alfin sepenuhnya.

"Gue bodoh, gue egois," Alfin kembali meracau sambil membalas pelukan Thea.

Thea melepas pelukannya. Dan entah kenapa, Alfin seperti anak yang kehilangan mainannya saat Thea melepas pelukannya.

Thea menangkup wajah Alfin dengan tangan mungilnya. "Pergi. Selesaikan sekarang juga."

****

Setelah mengantar Thea pulang, Alfin langsung melajukan mobilkan ke suatu tempat. Yah.. Thea memang benar. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum terlambat.

ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang