PART 13 || Terungkap.

102 8 0
                                    

"Dah pa," Thea melambaikan tangannya ke arah Dika dan Dika membalas lambaian juga.

Setelah turun dari mobil Thea langsung bergegas menuju kelasnya. Dia juga baru sadar bahwa semua mata menatap ke arahnya sekarang.

"Itu Thea gak sih?"
"Iya. Kok dia bisa sama pak Dika?"
"Apa dia anaknya ya?"
"Ha? Masak sih? Keponakan kali,"

Suara bisikan menggema di koridor kelas. Thea mengerenyit bingung karena namanya disebut. Dan sepertinya Thea lupa akan rahasinya. Mungkin efek terlalu bahagianya.

"Thea?" Panggil Feri dari belakang. Thea menoleh ke belakang dan menemukan Feri yang tengah berlari ke arahnya.

"Fer, gimana nih? Mereka ngomongin gue lagi," ucap Thea berbisik saat Feri sudah di sampingnya.

"Udahlah. Lo kan tau sendiri, cepat atau lambat nih semua bakal terungkap. Udah, cuekin aja," ucap Feri menenangkan Thea.

Saat mereka akan berjalan kembali menuju kelas. Tania cs menghadang. Tania cs terdiri dari Tania, Areta, dan Luna.

Kalian bisa menyebut mereka tikus sekolah, karena kerjaan mereka cuma bikin onar dan tebar pesona saja. Mereka juga sangat sombong, itu sebabnya mereka dibenci di sekolah ini.

Tania adalah anak dari kepala sekolah Irlangga. Dan dia selalu menjadikan alasan itu untuk mengungguli semua teman temannya.

Areta, dia adalah anak dari donatur terbesar di sekolah ini. Areta adalah gadis tomboy di sekolah. Dan yang paling suka berkelahi siapa lagi kalau bukan Areta.

Luna? Sebenarnya jabatan orang tuanya tidak terlalu tinggi. Tapi keluarganya masih termasuk golongan orang terpandang. Luna adalah orang yang lemot kalau diajak ngomong. Tapi Luna biasanya yang paling baik di antara mereka.

"Wah wah wah, nona Thelia Mawardika diantar oleh pak Andika," ucap Tania dengan nada dibuat-buat.

"Mau lo apasih sebenarnya?" Geram Feri karena ia muak hanya dengan melihat wajahnya saja.

"Feri. Kamu kok belain dia sih?" Ucap Tania dengan nada centilnya.

"Jijik gue," ucap Feri lalu segera menarik Thea untuk masuk kedalam kelas. Tapi usahanya ditahan oleh Areta.

"Gak! Jawab dulu lo siapanya pak Dika?" Ucap Areta sambil melipat tangannya di depan dada.

"Gak penting gue kasih tau lo!" Ucap Thea sambil menatap tajam.

"Ih.. Areta kan cuma nanya Thea. Kok gak penting sih?" Ucap Luna dengan lolanya.

"Udah deh Lun, lo lebih cantik kalau diem," ucap Tania dengan memberikan senyum paksaan pada Luna.

Areta tersenyum sinis pada Thea. Lalu ia meneliti pakaian Thea dari atas kebawah.

"Pasti lo cuma anak pembantu kan?" Ucap Areta dan Thea bimbang antar ingin tertawa atau kesal. Itu sungguh menggelitik perutnya.

"Ha? Anak pembantu? Sumpah lo lucu banget deh Ret," ucap Thea sambil menahan tawa. Begitupun Feri. Sepertinya bukan Thea dan Feri saja yang menahan tawa, tapi beberapa siswa juga menahan tawa.

Bila Thea anak pembantu ia tidak mungkin pergi ke sekolah dengan mobil sport yang harganya jutaan atau bahkan miliyaran itu. Ini karena Thea yang jarang pakai mobil apa mereka yang kurang perhatiin hal di sekitar sih?

Tania dan Luna mengernyitkan dahinya bingung. Kecuali Areta yang mukanya sudah memerah menahan emosi karena di tertawakan.

"Lo mau gelut sama gue?!" Teriak Areta tepat di muka Thea.

Thea berdecih meremehkan. Dari luar Thea memang kelihatan kurus dan lemah. Tapi jangan lihat dari covernya, tapi lihat dalamnya. Ia sudah pernah meraih medali taekwondo di SMPnya dulu. Dan tak tanggung-tanggung, ia bahkan bisa memborong puluhan medali berpangkat satu dalam sekali ronda.

"Okay," ucap Thea dengan nada menantang.

Areta sudah terpancing emosi. Wajahnya memerah  bersamaan dengan dadanya yang naik turun.

"Bicth," umpat Areta lalu mengangkat tangannya untuk menggapai rambut Thea. Thea juga melakukan hal yang sama, mereka menjambak rambut masing-masing dan menjadi banyak tontonan murid lain.

"Woy! Berhenti!" Teriak Devi menerobos kerumunan di ikuti oleh Nesya di belakangnya.

Feri mencoba memisahkan Thea dan Areta dengan cara menarik Thea menjauhi Areta. Sementara Devi manarik Areta dan Nesya menghalangi Tania yang ingin membantu Areta.

Semua ucapan penenang dari temannya tidak bisa menghentikan Thea. Begitupun dengan Areta.

"BERHENTI!!" Teriak Luna menghentikan aksi mereka. Mereka mematung dan melihat ke arah Luna.

"Kalian kok berantem sih? Siapa yang salah?"

Semua orang mulai lesu mendengar pertanyaan Luna. Dia itu emang bodoh apa terlalu polos sih sebenarnya?

"Loh, kok pergi? Gak ada acara minta-maafan gitu?" Tanya Luna lagi dengan wajah lolanya.

"Never!" Jawab Thea dan Areta bersamaan.

Tania menepuk pundak Areta mengisyratkan untuk segera pergi dari situ.

"Awas lo! Urusan kita belum kelar ya," seru Areta pada Thea. Dan akhirnya mereka hilang dari mata mereka semua karena ditelan pembatas tembok.

"Udah yuk The," ujar Nesya lalu Thea mengangguk dan berjalan menuju kelasnya.

Kring! Kring! Kring!

Bel istirahat berbunyi. Semua orang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.

"Eh, tadi gue liat ada ribut-ribut di koridor. Siapa sih?" Tanya Chandra dan Fikri mengangguk setuju.

"Biasa. Tania cs," balas Devi malas.

Thea dari tadi hanya mengaduk-aduk minumannya tanpa minat. Ia terus melamun memikirkan sesuatu.

Semua mata kini memandang ke arah meja Thea dkk. Thea sangat risih di perhatikan seperti itu.

Semua mata menatap dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang menatap kagum, iri, benci, dan masih banyak lagi. Thea paling benci saat menjadi pusat perhatian.

Tiba-tiba suasa menjadi sangat dingin dan tegang.

"E.. eh, nih kapan pesen makannya sih? Laper nih gue," ucap Fikri mencoba mencairkan suasana.

"Iya ya. Yang mesenin siapa nih?" Ujar Devi.

"Kalian berdua aja deh," ucap Feri ke arah Chandra dan Fikri.

"Loh, kok gue? Emang gue pelayan lo apa?" Ucap Fikri tidak terima. Chandra juga mengangguk.

Dan begitulah mereka. Asyik membicarakan tentang makanan. Tapi Thea mencoba untuk tidak peduli.

"Duluan," ujar Thea lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari area kantin.

Bersambung...

03 April 2020








ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang