PART 31 || Last Years

69 5 0
                                    

HEYO ... MANA SUARANYA? UDAH LAMA NUNGGU YA? UTUTUTU ... MAAF😣

AKHIR-AKHIR INI LAGI SIBUK SAMPAI GAK ADA WAKTU BUAT UP. TAPI SEKARANG SUDAH TERBAYAR KAN😚

ENJOY THIS STORY GUYS😁 JANGAN LUPA VOTE AND VOMENT.

🌸🌸🌸

London, 12 April 2017

2 tahun kemudian~

jam walker sudah menunjuk pukul 7 AM. Kota London sudah dipadati penduduknya yang beraktifitas.

Sama seperti seorang pria muda yang tengah memasak untuk sarapan.

Tok! Tok! Tok!

"Honey ... yuhu ... bukain pintunya, dong," seru seorang wanita dari balik pintu. Sedangkan pria yang memasak tadi menghembuskan nafas kasar dengan mengumamkan sumpah serapah di mulutnya.

"Fin! Peliharaan lo dateng, nih!" serunya yang masih membolak-balik nasi di penggorengan.

Alfin baru selesai mandi, ia keluar dengan pakaian santai serta mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

Setelah kejadian itu ia tidak pernah kembali ke indonesia dan memilih menyibukan diri dengan tugas kuliah yang sangat padat. Pria yang sekarang sudah genap 20 tahun ini terlihat lebih berkarisma dengan janggut tipis yang menghiasi dagunya. Secara visual kini dirinya memang terlihat desawa, kecuali otaknya! Ia masih keras kepala.

Cowok itu berjalan dan membukakan pintu untuk seorang wanita yang kini ia jadikan sebagai pelariannya?

"Sayang, happy weekend!" serunya dengan memeluk Alfin.

"Dih," Dirga bergedik jijik melihat Celina.

"Apa lo?!" balas Celina tak kalah tajam.

Mereka adalah Dirga dan Celina yang latar belakangnya sudah kalian ketahui mungkin.

Satu yang mengejutkan, Dirga menjadi dingin setelah kepergian ibunya setahun yang lalu. Dan Celina? Ia sudah menggapai cita-cita dengan kembali pada pelukan Alfin.

Alfin tidak menjawab, ia langsung duduk di meja makan dengan Celina yang selalu menempel padanya, tentu saja.

Dirga menyiapkan nasi goreng yang baru ia buat dengan terus menatap Celina sinis, begitupun sebaliknya.

Brak!

Alfin mendongak menatap Dirga yang menaruh piring di depannya dengan agak keras, mungkin kesal terhadapnya. Tentu saja!

"Buat gue mana?" Dirga tidak menjawab pertanyaan Celina, ia menatapnya tajam sebentar lalu langsung melahap makanannya. Sedangkan Celina sudah berdesis kesal ingin menghajar Dirga, tapi ia tahan.

Alfin menatap keduanya sebentar lalu ia menggeser piringnya ke arah Celina. Mendadak selera makannya jadi hancur.

Dirga yang menyadarinya langsung mendongak, ia menatap Celina yang tengah tersenyum sinis padanya.

"Lo bener-bener, ya!" tekan Dirga menatap Alfin tajam.

Brak!

Ia langsung beranjak dari sana dengan menaruh sendok dengan keras.

***

"Sayang, kita kesana, yuk," ajak Celina dengan menunjuk toko buku.

Alfin menoleh dan sempat heran, apakah wanita yang sedang bersamanya ini Celina? Mau apa gadis ini ke toko buku?

Tak mau pikir panjang akhirnya Alfin menyetujuinya saja.

Lonceng di atas pintu berbunyi saat mereka mulai masuk ke dalamnya. Tokonya juga lumayan ramai hari ini.

"Kamu tunggu sini, ya? Aku cuma sebentar, kok." Setelah itu Celina pergi dari hadapannya, entah mau kemana.

Alfin berjalan menuju rak komik yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sesekali ia membacanya untuk mengusir jenuh.

"How much?"

Alfin langsung mengedarkan pandangan mencari suara itu. Lalu matanya menangkap seorang gadis dengan jaket warna putih berdiri di depan kasir.

Tampak familiar, tapi siapa? Ia mencoba mendekat untuk melihat wajahnya.

"Hey?"

"Honey! Where are you?" seru Celina memotong percakapannya. Alfin menoleh lalu perlahan mendekati Celina.

"Ouh, aku cariin tadi. Ayo, aku udah selesai." Celina menarik lengan Alfin untuk pergi, namun sebelum pergi, Alfin sempat menoleh lagi dan akhirnya ia pergi menjauhi wilayah toko.

"Thank you," tepat saat Alfin pergi, gadis itu menoleh memperlihatkan wajahnya.

"Thea!" seru Nesya yang berada di ambang pintu.

***

Malam sudah menyising, membuat udara di sekitar menjadi semakin dingin.

Dirga sudah selesai menyalakan tungku api di depan ruang tamu. Disana juga sudah ada Alfin yang duduk termenung dengan menatap ponselnya.

"Lo kayak bocah tahu gak?" sindir Dirga dengan duduk agak jauh dari Alfin.

Cowok itu menoleh dan menatap Dirga yang tengah meminum coklat panasnya.

"Maksud lo?"

"You know what I mind," balas Dirga acuh.

Alfin memalingkan wajahnya. "Gue gak mau bahas itu lagi."

Sementara, Dirga tersenyum sinis mendengarnya. "Otak sama mata lo sama-sama bodoh."

Alfin melirik Dirga dengan kernyitan di dahi. "Mudah diperdaya hanya dengan sekali melihat."

"GUE BILANG GUE GAK MAU BAHAS--"

"JUSTRU ITU GUE MAU LO SADAR! FIN!!" potong Dirga tak kalah tajam. Mereka sekarang sedang berdiri di depan tungku api dengan saling menatap tajam.

"Penyelasan bakal selalu hadir di akhir cerita. Gue selesai sama lo," tekan Dirga dingin dan langsung pergi menuju kamarnya.

Alfin mencoba mengontrol emosinya, ia duduk di sofa dengan memijat pangkal hidungnya. Kemudian menatap layar ponselnya lagi, sebuah foto dimana semua ini belum terjadi.

Brak!

Alfin kembali menoleh dan mendapatkan Dirga yang keluar dari kamarnya dengan tas besar di punggungnya.

"Lo mau kemana?" tanya Alfin dengan berdiri.

"Gue udah bilang, gue kelar sama lo." Tanpa menunggu jawaban Alfin, Dirga langsung keluar dari sana. Ia tidak peduli akan tinggal dimana, asal ia tidak melihat wajah pria yang keras kepala ini.

"Shit!" umpat Alfin dengan mengusap wajahnya kasar. Sahabatnya juga akan pergi meninggalkannya? Sungguh ini mimpi paling buruk yang pernah ia alami.

Ia menoleh ke arah ponselnya lagi yang menampilkan fotonya dengan Thea saat ada di bukit.

Bersambung...

Well.. gimana guys? Kasih komen napa sih😭

Jangan jadi silent rieders dong guys😢

Yodah deh.. see you next part😚



ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang