PART 32 || Voice?

41 5 1
                                    

"Sayang? Kamu kenapa sih? Gak biasanya kek gini," rengek Celina di dalam mobil karna Alfin terus mengacuhkannya.

Tidak ada respon, akhirnya ia hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

Akhirnya mereka sampai di kampus dengan Alfin yang terus mengacuhkan Celina. Entahlah, setelah dari toko buku kemarin otaknya tidak bisa berfikir jernih.

"Fine! Haha.." Alfin menoleh ke samping dan menemukan Dirga sedang berbincang dengan teman-temannya yang lain. Dirga menyadari kedatangan Alfin, ia hanya menoleh sekilas lalu segera pergi dari sana.

Celina melirik sekilas melihat mereka. Lalu ia menaikan satu alisnya ke atas saat melihat Alfin akan kembali beranjak.

"Sorry, but I have to go, bye."

Alfin menoleh ke samping mencari sumber suara. That voice? Kenapa ia seperti mengenal suara itu.

"Alfin! Kamu mau kemana?" seru Celina saat Alfin mulai berlari kecil mengejak pemilik suara itu.

"Hey? Wait!" Alfin terus mengejar gadis di depannya.

"Ah! Sorry," beberapa kali ia juga tidak sengaja menabrak orang lain.

"Hey?"

"Yes?" Alfin menunduk lesu saat gadis itu menoleh.

"Sorry, I think you.." Alfin mengembuskan nafas pendek dan menjauh. Ada apa dengannya?

"Alfin!"

"Thea." Alfin langsung merutuki mulutnya. Sedangkan Celina mengeryit bingung di depannya.

"Thea? Siapa?"

"Nothing."

Alfin langsung pergi dari hadapan Celina sebelum gadis itu menanyakannya lebih jauh.

"Alfin! Stop!" Celina langsung menyusul dengan menarik lengannya. Alfin sudah menduga kalau Celina tidak akan melepaskan mangsanya dengan semudah itu.

"Siapa itu, Thea?" ucap Celina dengan menekan setiap kalimatnya.

Alfin menyentak tangan Celina lalu langsung pergi dari hadapannya. Dan seperti yang dibilang tadi, Celina tidak akan melepas mangsanya semudah itu. Ia kembali menghadang langkah Alfin yang baru dapat selangkah itu.

"Jangan bilang dia cewek yang lo taksir dulu saat SMA?" tebak Celina.

"Kalau iya kenapa?" jawab Alfin tanpa beban. Ia langsung pergi tanpa memperdulikan Celina yang melongo di tempat.

***

Malam sudah menyising. Alfin duduk di sofa dengan keadaan gelap gulita.

Sepi. Hanya kalimat itu yang sekarang mendominasi.

Kring! Kring!

Alfin menoleh pada ponselnya. Nama 'Riski Sialan' tertera disana. Ia hanya menatapnya sekilas tanpa mau membalasnya.

Ia menghembuskan napas panjang dengan berdiri menuju jendela besar. Semilir angin menyambutnya saat jendela itu dibuka. Alfin menatap ke atas, cahaya rembulan dengan bintang menjadi teman sepinya saat ini.

Perlahan pandangannya mulai lesu, ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Tak lama ia langsung menggeleng keras dan langsung pergi dari sana.

***

Kringg!!!

Bunyi jam walker terdengar sangat keras. Alfin mematikan benda itu dengan masih menutup mata di ranjang.

Alfin membuka matanya perlahan saat mendengar suara air mengalir.

"Dir, Dirga!" panggilnya, tapi tak ada sahutan. Tentu saja! Dirga sudah pergi darisana.

Alfin menghembuskan nafas kasar dan dengan terpaksa bangun dengan rambut yang masih acak-acakan.

Ceklek!

Dan saat pintu terbuka, ia melihat Celina yang berdiri di depannya hendak mengetuk pintu kamarnya.

"Ngapain?" tanya Alfin dingin.

"A-airnya ga-gak mau berhenti," ucap Celina terbata-bata.

Alfin tampak sangat jelas menahan emosi pada gadis sialan di depannya ini. Ia dengan cepat berlari kecil dan pergi ke kamar mandi. Dan benar saja, air berceceran di mana-mana dari wasstafel.

"Lo ngapain aja? Dan juga gimana bisa lo masuk ke sini?" sungut Alfin emosi dengan menekan semua kalimatnya.

"Siemple, dari Dirga," ujar Celina dengan menunjukan kartu akses masuk yang hanya dimiliki Alfin dan Dirga.

Sementara Alfin mulai menutup matanya perlahan dengan memijat pangkal hidungnya. Nyeri. Ia tidak menyangka Dirga akan memberikan kartunya pada Celina?! Semudah itu pula? Shit! Cobaan apa lagi ini?!

"Keluar!" suruh Alfin yang masih memijat pangkal hidungnya.

"Apa? Kamu ngusir aku?!" sungutnya tak percaya.

"Iya."

Celina langsung tersenyum sinis mendengar jawaban Alfin yang sangat enteng itu.

"Kamu emang keterlaluan, ya?! Aku udah berjuang selama bertahun-tahun demi kamu, tapi balasannya apa?" Alfin hanya menatap malas Celina dengan senyum remehnya.

"Sekarang gua putar balik. Lo kenapa tinggalin gue disaat gua butuh lo?"

Celina langsung membeku di tempat. Bingung harus berkata apa.

"Karena lo cuma mau duit gua doang, kan? Ciuh!" sinis Alfin dengan berdecih jijik.

"Alfin," cegah Celina saat Alfin langsung pergi dari hadapannya.

"Dengerin dulu, a-aku--"

"APA?!"

"LO GAK NGERTI! Lo itu terlalu keras kepala tau gak?! Bocah!"

"Pergi," usirnya sekali lagi dengan nada yang lebih dingin.

"Gua lakuin ini semua demi lo, Alfin."

"Gua gak minta."

Alfin dengan cepat menyeret dan membawa Celina keluar dari apartementnya.

"Alfin!" Pria itu tidak mendengarkan sepatah katapun yang terlontar dari mulut Celina. Saat Sudah sampai pintu, ia dengan cepat merebut kartu masuknya dari tangan Celina.

"Gue nyesel udah mau balikan sama lo!"

"Gue nyesel karna udah nerima lo balik."

Celina menggeram marah dengan menunjuk Alfin dengan telunjuknya.

"Lo bakal menyesal."

Brak!

Tanpa banyak kata, Alfin langsung menutup pintu dan berjalan menuju sofa. Sudah cukup banyak yang ia lalui tahun ini. Entah apa yang akan terjadi esok, nanti, atau kapanpun. No one knows.

***

TBC

Holla guys.. maaf jarang up..🙏

Btw authornya gak banyak bacot ya.. pengen tamatin semua cerita. SEGERA!

No No gantung dah😥

Jangan lupa mampir di ceritaku yang lain ya guys..

hari ini pendek cuma 700 wordsan doang😂😥

Maapkeun🙇

See you next part..😍




ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang