PART 23 || Pencarian.

85 8 0
                                    

Tok.. tok..

"Masuk,"

Thea menyembulkan kepalanya dibalik pintu. Melihat Dika yang sedang melihat-lihat berkas dengan kacamata dihidungnya.

Dika yang merasa ada orang, langsung menatap kearah pintu. Ia terkejut karena Thea ada dikantornya.

Yah.. Thea mendatangi kantor papanya, entah mau bicara apa. Tapi sepertinya penting.

"Thea? Kamu kenapa disana? Sini masuk," suruh Dika.

Thea langsung masuk dan berlari kearah Dika. Memeluknya dari belakang.

"Thea? Kamu kenapa kesini? Ada yang penting?" Tanya Dika to the point.

"Iya. Dan papa harus dengerin Thea. Titik," seru Thea.

"Hm. Kamu mau apa? Mobil baru? Baju baru? Atau pacar? Papa bisa cariin buat kamu," ucap Dika tanpa melihat Thea. Ia masih sibuk dengan berkasnya.

"Ih.. papa.. bukan itu," rengek Thea.

"Haha.. terus? Tapi kalo kamu gak laku, papa bisa bantu kok," canda Dika.

"Papa.. ih, Thea ngambek loh." ancam Thea sambil bersendekap.

"Haha.. iya iya, cepet bagi tahu. Papa sibuk ini," pinta Dika.

Thea langsung memutar arah menjadi didepan meja Dika.

"Pa, bentar lagi kan Thea bakal sweet seventeen," ucap Thea.

"Iya, terus?" Tanya Dika tidak mengerti.

"Nah, Thea mau papa bantu Thea. Anggap aja ini sebagai hadiah ulang tahun papa buat Thea," ucap Thea.

"Apa?"

***

Thea melempar dan mengubrak-abrik setiap inci sudut ruangan yang pernah ditempati oleh Dahlia-- mama kandung Alfin.

Yah.. Thea bertekad untuk membantu Indah menemukan kebenaran yang akan membuat Alfin sadar! Atau mungkin merubah Alfin? Entahlah, ia tidak pernah berfikir sampai sejauh itu.

Ia tidak sendiri, ada kedua sahabatnya juga. Devi dan Nesya.

"Aduh.. mana sih The, gak ada tuh suratnya," gerutu Devi yang berada disofa.

"Iya, lagian tuh udah lama banget The, pasti udah kebuang kalo gak dimakan tikus," ujar Nesya.

"Emang tikus makan kertas ya?" Tanya Devi pada Nesya.

"Gak sih, tikus makan kertas cuma buat cemilan aja," karang Nesya malas meladeni Devi.

"Cari lagi.. siapa tahu ada," kekuh Thea yang masih msncari-cari keberadaan benda itu.

Tok.. tok

"Maaf nona, kami sudah mencari keseluruh tempat, tapi tidak menemukan surat itu," ucap salah satu bodyguard papanya.

Kalian pikir Thea akan mencari sendiri dengan kedua sahabatnya? Tentu saja tidak! Jika ia mencari sendiri untuk apa meminta bantuan papanya.

Para orang suruhan papanya ditugaskan diluar rumah sakit agar tidak mengganggu pasien lainnya.

"Huft.." Thea menghembuskan nafas lelah. Sudah berjam-jam ia menghabiskan waktu hanya untuk mencari surat itu.

"Suratnya punya siapa sih?" Heran Devi.

Yah.. Thea memang tidak memberitahu mereka secara detail. Ia hanya berbicara 'tolong bantu gue cari surat, penting!'. Itu saja.

"Alfin," lirih Thea.

Devi dan Nesya terbengong mendengar penuturan Thea. "Serius?!" kaget mereka secara bersamaan.

Thea juga terlonjak kaget mendengar seruan mereka. Ia menghembuskan nafas pendek lalu mengangguk.

"OMG Thea!! Kenapa lo gak bilang dari tadi? Ok, sekarang gue bantu lo nyari tuh surat sekarang juga," seru Nesya sambil kembali mengubrak-abrik benda dikitarnya.

"Wait! Alfin? Maksudnya cowok yang sering kalian omongin itu? Cowok basket yang pernah tanding disekolah kita?" tanya Nesya bingung.

Thea dan Nesya menghentikan aktifitasnya, lalu menatap Nesya. Mereka menganggukan kepala kompak, lalu kembali keaktifitas semula. Mencari surat.

"Terus lo kenapa kegirangan gitu Dev?" ujar Nesya pada Devi.

Devi menghembuskan nafas kasar. "Karena Alfin itu sahabatnya Dimas, dan kalo gue bisa bantu Thea nyariin tuh surat dan bikin Alfin seneng, otomatis Dimas bakal seneng juga dong. Dan kalo Dimas tahu gue ikut cariin tuh surat, dia mungkin bakal buka hatinya buat gue.. arrg," jerit Nesya kegirangan. Tanpa menunggu jawaban Nesya, ia langsung kembali mengubrak-abrik tempat itu.

Nesya menghembuskan nafas kasar. "Huh! Terserah kalian deh."

***

"Papa, hua.. Thea gak dapet suratnya," rengek Thea pada Dika yang sedang duduk disofa ruang keluarga bersama Indri.

"Kamu udah cari bener-bener kan?" tanya Dika memastikan.

"Iya, kalo papa gak percaya, tanya aja Nesya sama Devi."

"Kamu mau cari surat siapa? Kenapa kalian bahas surat?" tanya Indri heran.

"E ... su-surat itu .. e .."

"Cari surat temennya katanya," ucap Dika memotong kegugupan Thea.

"Teman? Siapa?" tanya Indri lagi.

Thea kembali gugub dengan meremas rok nya, dahinya juga sudah berkeringat dingin.

"Cowok itu kan?" sangka Dika dengan pandangan dingin lurus ke Thea. Thea yang ditatap malah semakin gugub dan takut. Ia tidak pernah ditatap seperti itu sebelumnya.

Dika berdiri dan berjalan menuju Thea. "Iya kan?" tanyanya sekali lagi.

Thea masih tidak menjawab. "Kamu suka sama dia?" tanya Dika, lagi.

"Mas, ini ada apa sih sebenarnya?" tanya Indri yang masih heran dengan perilaku suami serta anaknya itu.

"Iya kan Thea?"

Thea masih tidak menjawab. Ia memejamkan mata, berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh.

Dika mengerti. Ia menganggukan kepala kecil lalu segera pergi dari sana.

"Hiks," isakan tangis terdengar dari Thea. Cukup, ia tidak bisa membendungnya.

Indri bangkit dan memeluk Thea. Mengecup puncak kepalanya memberi kekuatan. Di sanalah, Thea menghabiskan semua air matanya.

Apa yang ku lakukan salah?

Bersambung...

Gimana? Maaf jarang up ya .. aku sibuk banget belakangan ini. Tapi tetep aku usahain buat up nih cerita sampai tamat!

Pokoknya tunggu aja😉




ALFINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang