20. Mama berubah!

119 14 5
                                    

****

Hari ini minggu. Dua november dua ribu tiga belas. Pukul tujuh lewat lima belas menit. Hari terakhir camping dan sembilan hari lagi sebelum Hari H zizi---the day zizi---Ultah zizi---sweet seventeen---Hari yang sudah lama dinanti.

****

Sebelum kegiatan camping ditutup. Semua anak diminta untuk kerjabakti. Membersihkan halaman perkemahan.

Dan Waktu pulang telah tiba. Bus satu-dua mulai meninggalkan lokasi perkemahan membawa semua siswa-siswi kembali ke sekolah. Setelah bus tiba dihalaman sekolah, Semua anak membereskan barang bawaan. Lalu meninggalkan sekolah kembali kerumah masing masing.

****

Try out pertama.

Try out kedua. Selesai

Zizi lagi-lagi berada diposisi pertama. Tak tersaingi. Sisa satu try out lagi. Dan stiven belum kembali. Entah apa dan siapa yang akan menyelamatkan Stiven diketinggalannya itu, namun zizi terus saja berdoa semoga akan ada mukjizat, tohh Ayah Stiven adalah Pengusaha berpengaruh di Kota ini. Pastinya bisa menyelamatkan nasip anaknya.

****

Sabtu tanggal delapan november dua ribu tiga belas. Pukul sebelas lewat sepuluh. Tepatnya H-3 the day zizi. Dan seperti biasa hari ini Zizi masih dijemput Pak Gandy pulang sekolah. Dan dengan perasaan sedih sebab Stiven masih belum kembali ke Sekolah. Dan itu membuat zizi merasa kehilangan.

****

Minggu Pagi, seperti biasa ini waktunya untuk zizi sedikit lewat dari jadwal bangunnya setiap hari. Zizi memang suka menambah waktu tidurnya sehabis sholat subuh dan mengaji beberapa lembar.

Zizi akan bangun setelah pukul sembilan pagi. Namun pagi ini sepertinya akan berbeda. Sebeb suara Deby, ibunda zizi sudah terdengar memanggil manggil dari bawah. Zizi sedikit mengangkat tubuhnya lalu meraih jam beker di atas mejanya. Lalu ia memastikan jam masih pukul enam lewat tiga puluh menit.

" astaga Mam ini masih sangat pagi untukku, ini kan minggu, aku juga baru bisa istrahat setelah belajar beberapa hari belakangan, huhh" begitu keluh zizi sembari bangkit dari tempat tidurnya lalu ia melangkah menuju kamar mandi---Membasuh wajahnya dengan air---menggosok gigi---Semua ia lakukan dengan sangat buru-buru sebab Deby terus saja meneriaki namanya.

"Sayang. Zizi..... ayo dong turun, dah pagi. Waktunya breakfast. Zizi zhy...
Zizi sayang." Teriak deby memanggil zizi dari bawah tangga dengan volume diperbesar.

"Iya mam... bentar dehh ini juga baru beres cuci muka"balas zizi dengan suara yang cukup besar sambil mengomel merasa ibundanya sangat keteraluan pagi ini.

Karna teriakan Deby semakin menjadi terpaksa zizi menuruni tangga dengan sesekali melompati dua anak tangga sekaligus biar lebih cepat sampai dibawah. Ĺalu setelah sempurnah kedua kakinya berpijak dilantai, zizi terperangah. Bagaimana tidak---dilihatnya Rey duduk dimeja tamu bersama papanya. Spontan kaki zizi kaku dan langkahnya terhenti ditambah matanya yang sempurnah melotot.

"Sini sayang, Nih temannya udah nungguin." Kata Deby

"Kok berhentih. Sini." Tambah Papa zizi.

"Kenapa dia kerumah gue. Pagi banget. Sok akrab pula. " gumam Zizi

"Dasar cowok aneh---pulang lo sanaa gangguin aja!" gumamnya lagi sambil menatap Rey dan seolah Rey mampu membaca pikirannya, zizi juga menambah kekesalannya dengan mengutuk Rey dalam diam.

"Pagi zhy." Seolah acuh Rey sebisa mungkin mencairkan suasana dengan membari sapaan dan senyuman pada zizi.

"Pagi." Balas zhy malas

"Kalian mau kemana, Gak bilang mama dluh." Ujar Deby---yang Sesekali menggoda zizi. Seperti setuju pada Rey.

"Kenapa juga mama jadi berubah. Bukannya mama paling gak suka aku dekat cowok. Kok ini malah Aneh. Ih sebel".

"Papa sama mama ke depan duluh yah. Kalian cerita aja. Tu udah mama siapain sarapan kalo laper." Kata Deby

"Nak Rey juga ikutan sekalian sarapan sama zizi." Tambah papanya yang memang gak pernah masalah kalo zizi dekat sama cowok. Yang penting berbatas.

Setelah memastikan kedua orangtuaya menghilang, zizi buru buru mendekati Rey.

"Heh, Lu tau rumah gue dari mana?"

"Lupa pernah gue anterin sampe depan?"

"Heh. Kapan---mang pernahh?"tanya Zizi sembari mengingat.

"Iya dua kali malah" jawab Rey

"Tau ahh Lupa!"

"Mana pernah lu inget tentang gue?" Timpah Rey dengan wajah sarkastiknya kali ini.

"Idih Pendendam. " Seru zizi Sambil memonyongkan bibir sebelah keatas.

"Apaan.?" Tanya Rey penasaran.

"Gak budek." Ujar Zizi sambil melangkah ke meja makan dan sepertinya zizi mulai memberi peluang Rey. Rey hanya diam. Tak berani melangkah.

"Gak laper pagi-pagi udah kerumah orang?" Tanya zizi lagi

"Lapersih." Jawab Rey malu-malu.

"Yaudah kesini." Zizi Mengajaknya namun tak berani menatap.

"Ajakkin tapi mukanya gitu?"

"Udah gak usah sok akrab." Ujar Zizi sembari menyendok makanan kepiringnya dan juga membantu Rey mengambil susu yang sudah dibuat oleh ibunya dimeja dapur.

"Sarapan pagi hari ini 180 derajat berbeda. ini pertama kalinya. Dan Rey ? sulit kupercaya menempati kursi itu. Kursi yang harusnya di tempati (... ) Arghhh pikir apa aku ini." Zizi menyudahi lamunannya dan Keduanya kembali ke ruangtamu.

Berada berdua diruang tamu dengan seseorang yang dibenci adalah salah satu dari mimpi buruk bagi zizi. Makanya sejak tadi dia duduk disofa sebelah Rey dengan cuek dan sibuk membolak balik halaman majalah tanpa perduli Rey memerhatikannya daritadi.

"Zhy.. mm Mau ikut gue sebentar gak?" Tanya Rey setelah beberapa menit menahan diri.

"Kemana?" Jawab zhy ketus.

"Ke mall." Jawab Rey

"Ngapain. Gue sibuk. Banyak tugas. dan--"

"Udah sana ikut. Kan tugasnya bisa nanti. Belajar mulu." Kalimat zizi terpotong oleh suara Gandy yang entah sejak kapan berada diruangtamu bersama keduanya.

"Iya sayang bener kata Papah" tambah Deby

"Gimana zhy?" Tanya Rey memastikan setelah mendapat persetujuan dari kedua orangtua Zizi.

Zizi melirik papah dan mamahnya dan kemudian mengangguk pelan---menyetujui usul orangtuanya---mengiyakan ajakan Rey. "Terpaksa''bisiknya.

Sekitar tiga puluh menit saja Rey menunggu sampai Zizi selesai berdandan. Pak Gandi dan Deby. Mengantar keduanya kedepan. Rey mencium kedua pungguk tangan orangtua zizi. Dan pamit---disusul zizi. "Jalan yah Pah, mah"

"Hati-hati" jawab Gandy dan Deby bersamaan.

Motor Rey melaju meninggalkan rumah zizi. Diikuti mata oleh kedua orangtua zizi.

"Tumben mama stuju." Bisik Pak Gandi pada Deby

"Gaktau. Mama suka aja melihat anak tadi."

" To be continued "






Let Me Know! (END)  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang