6. Trouble maker!

280 23 7
                                    

****

Ibu Neny meninggalkan kelas. Dan anak Ips dua pun bergegas kembali ke kelas. Kecuali Reynaldi!

Dia menghampiri zizi, berdiri didepan bangku Zizi, dan Zizi hanya menatap Flat Rey.

"Hi. Masih ingat sama aku ?" Tanya Rey menatap zizi.

Zizi mendengus, kesal akan kehadiran Rey, Ia sudah berusaha berdoa mati-matian agar tak seruangan dengan Rey. Pikirnya. Namun, kini Rey tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Aku tau, kamu gak bakalan lupa siapa aku!" Ucapnya percaya diri.

Dan melihat Rey bertingkah over confi, Zizi merasa muak!

Sementara Stiven, hanya bisa menyaksikan dari belakang, Rey yang asyik menggoda Zizi. Dia sungkan untuk mendekat. Apalagi sampe membela. Stiv tau zizi membenci hal itu.

"Hi. Reynaldi." Sapaan hangat datang dari sisi kiri meja. Rara dan Fira kompak.

Rey tersenyum kecut melihat kehadiran Rara dan Fira, Ia takut mereka akan mengacaukan usahnya mendekati Zizi "Hi." Balasnya singkat.

"Kok Ips dua sih, Kenapa gak Ips satu aja? bareng kita biar rame.. Asyik tau.. Yahkan Fir.??" Goda Rara sembari menyikut kuat lengan Fira.

'Rara tau, Rey adalah gebetan Fira sejak Porseni itu!'

Makanya, sejak mengetahui kepindahan Rey disekolahnya, fira mencoba mendekati Rey diam-diam. Sejak awal masuk, Fira sudah keruangan Rey untuk memastikan apakah ada yang mendekati Rey atau tidak!

Bahkan Fira mengancam semua perempuan yang sekelas Rey, agar tak berani mengganggu Rey, apalagi sampe menyukainya.

Rey tahu maksud Rara dan fira. Namun, mengabaikan pertanyaan Rara. Rey seperti tidak mempedulikan keduanya. Rey malah kembali fokus ke zizi.

"Bisa gak usah depan mejaku!" Perintah zizi pada ketiga anak itu dengan ketus.

"Santai aja kenapasih. Sinis.!" Semprot Rara.

dan Fira merasakan kekesalan yang memuncak mendapati perlakuan Zizi. "yuk Rey" Fira menarik lengan Rey paksa. Dan Rara mengikuti.

"Baiklah, aku pergi sekarang, nanti aku akan balik lagi!" Begitu kata Rey berbisik pada zizi sebelum akhirnya Fira berhasil menarik paksanya, keluar meninggalkan Zizi.

"Gak ada Malunya, sampe diusir gitu" ujar Ika mencemooh Rey.

Dan Stiven yang sejak awal duduk manis menyaksikan aksi Rey dari bangkunya. tertawa puas mendengar perkataan Ika. 'Memang gak tau malu' gumamnya.

'Ya Tuhan dimana otak semua Anak ruangan ini. Kenapa tak satupun mampu menggunakan logikanya untuk berpikir. Yang kuat zhy...!'

Begitu Zizi berusaha menenangkan dirinya sendiri.

****

Pukul 14.20 pm.
Bell berdering panjang.
Waktunya pulang!

Zizi membereskan bukunya. Dan sesekali menengok jendela melihat ke arah gerbang. Menunggu Gandy menjemput.

'Daritadi belum ada pesan atau panggilan, dimana sih papa ini?' Gumam Zizi cemas dan mulai Bertanya-tanya dalam hati.

Digerbang ke dua sekolah zizi menunggu. Masih belum juga ada tanda Gandy akan segera datang.

Zizi merogoh saku bajunya mengambil Ponsel. Dan melakukan panggilan. Namun nihil tak ada jawaban!

Berniat beralih menghubungi Deby. Namun baru ingin memencet simbol panggilan. Satu pesan masuk. Zizi menatap ponselnya melihat pesan itu.

'Dari mama' gumamnya sembari membaca isi pesan itu.

IBU NEGARA : sayang, papa gak bisa jemput. Papa ada perjalanan dinas keluar kota siang tadi. Handphone papa low makanya gak sempat call ke kamu. Kamu bisa pulang naik taxi ajakan. Gak usah nunggu angkutan! Lamaaa... "

'Ini cuma sebuah pesan namun isinya seperti mama yang ada disini menasihati langsung. Beginilah mama!'

Zizi mendengus 'Hmm terpaksa nunggu taxi.' gumamnya.

Sudah hampir stengah Jam Zizi menunggu di gerbang, namun, belum juga ada taxi yang lewat.

"Padahal ini jam pulang anak sekolah, biasanya taksi akan berjejer ditepian pagar sengaja menunggu." Pikirnya.

Dan saat Zizi sudah mulai jenuh, tiba-tiba dua anak itu muncul dari balik gerbang, Paul dan theo. Si penyelamat Zizi disetiap menit genting!

Keduanya melirik kiri dan kanan memastikan siapa yang sedang ditunggui zizi.

"Nunggu jemputan dek?" tanya paul pada zizi.

Zizi mengangguk pelan "Hm." jawabnya singkat. namun, bagi zizi itu cukup daripada nggak. pikirnya.

"Kita juga mau pulang nih ,yo bareng naik bus." Theo menambahkan.

Zizi menggeleng "Makasih, aku nunggu taxi." Tolaknya

"Taxi jarang lewat sini dik." Lagi lagi paul menawarkan dengan logat melayunya.

Zizi hanya tersenyum lirih.

"Yaudah kalo gak mau naik Bus, kita duluan aja, apa temanin sampe taxi dateng?" Tanya Theo masih menawarkan kebaikan.

"Yaudah kalo gak mau naik Bus, kita duluan aja, apa temanin sampe taxi dateng?" Tanya Theo masih menawarkan kebaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Paul & Theo)

*****

Yuhuuu part 6 udah release aja nehh, bonus, takut cerita illang dari benak hehe... ayuk di vote biar author semangat guys ,thank 💚

Let Me Know! (END)  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang