Laju mobil berjalan sedikit kencang dari biasanya, suasana di dalam mobil pun juga sangat hening. Wendy yang duduk dengan waspada di sebelah Chanyeol diam tak berkutik, ia hanya merasa bersalah atas sesuatu yang tidak ia lakukan. Mungkin juga karena ia takut lelaki disebelahnya yang sedang menyetir ini marah padanya.
Diam bukan pilihan yang buruk, pikirnya Chanyeol hanya butuh waktu untuk menenangkan moodnya yang tidak baik setelah kejadian tadi pagi. Sudah hampir tiga jam mereka diam tanpa mengeluarkan suara. Perjalanan pun hampir mencapai tujuan, jadi Wendy sedikit merenggakan badannya perlahan. Tubuhnya terasa kaku duduk dan tidak banyak bergerak selama beberapa jam.
Tentu saja tidak ada baku hantam di antara Chanyeol dan Donghae tadi, mereka juga tidak melanjutkan perdebatan. Untung saja seorang staff segera datang dan menegur Donghae untuk melanjutkan pekerjaannya di studio. Tapi tetap saja hal tersebut menjanggal di hati, Chanyeol bahkan belum sempat mengeluarkan kata-kata lain untuk menghentikan Donghae mendekati kekasihnya.
Mobil kini melaju dengan pelan, menghentikannya persis di depan sebuah gedung berlantai tiga yang tak terlalu besar. Chanyeol membuka seatbelt nya dan menoleh ke arah Wendy yang sedang melamun.
"Wan, ayo turun." Panggilnya dengan lembut.
Wendy menolehkan wajahnya spontan, "Eoh.."
Ia bergerak keluar dengan canggung, mengikuti Chanyeol yang berjalan ke arah garasi dan membantunya membawa masuk box miliknya ke dalam apartement.
"Wan, lemari di sebelah kiri kosong, kau bisa menaruh bajumu disana."
Chanyeol meletakkan box milik Wendy di meja ruang tamu, sebelum ia kembali ke bawah untuk membawa barang-barangnya juga.
Lagi-lagi Wendy masih belum berani mengatakan apapun, kakinya bergerak menuju kamar yang pernah ia tiduri untuk satu malam. Matanya menatap ke sekeliling, cat abu-abu yang tidak pudar dan warna hitam yang sedikit mendominasi dengan pemanis beberapa barang-barang vintage kesukaan Chanyeol.
Wendy tersenyum sekilas saat membuka lemari pakaian, bagan sebelah kanan tertata rapi pakaian milik Chanyeol dan sebelah kiri benar-benar bersih tanpa ada pakaian satupun.. Sepertinya lelaki itu sudah merencanakan jauh hari dan merapikannya. Bahkan bagan gantungan juga tersisa sebagian ruang untuk long-coat milik Wendy serta beberapa gantungannya.
Kini ia bergerak menaruh pakaiannya dengan rapi di dalam lemari juga membawa peralatan mandinya ke dalam kamar mandi. Tak lupa senyumnya mengembang belum pudar, memikirkan bagaimana keadaan ini terjadi lagi untuk beberapa tahun yang akan datang. Dengan status yang berbeda juga, sebagai suami istri. Baru melekat dipikiran saja, perut Wendy sudah tergelitik dan wajahnya merona.
Diam-diam ia menggelengkan kepalanya, membuyarkan akal tak sehatnya. Setelah menyelesaikan kegiatan merapikan baranganya, ia berjalan keluar kamar menghampiri Chanyeol yang sedang membereskan beberapa alat musik yang ia bawa dari Seoul.
"Park Chanyeol.." Panggil Wendy lirih sambil bersila di depan Chanyeol yang sibuk membenarkan tuning keys.
"Yaa?" Jawabnya, dan segera berhenti dari kegiatannya dan memfokuskan pandangannya ke Wendy.
"Kau masih marah..?" Bibir Wendy mengulum gugup saat ditatap se-intens itu oleh Chanyeol.
Tapi tiba-tiba Chanyeol tertawa dengan husky voice nya dan membuat Wendy membulatkan matanya tak percaya. Bukankah ia diam saja sedari tadi, mengapa sekarang tertawa meledek pikir Wendy. Ia masih diam menatap Chanyeol yang masih dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Tidak, kok. Kau kan yang diam saja." Kata Chanyeol dengan tawanya yang belum selesai.
Wendy sudah mempoutkan bibirnya merenggut kesal, "Aku? Kau duluan kan yang diam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Room [ WENYEOL ] ✔️
Hayran KurguChanyeol dan Wendy, pertemuan mereka di dalam ruang latihan. Dimana mereka memulai dan mengakhiri semuanya. Setelah melewati banyak hal yang sangat rumit, dari rumor dating, pengakuan agensi, sampai kisah mereka dengan orang ketiga. Tidak ada roman...