제 21 휘 ❝ The Truth. ❞

1.5K 185 31
                                    

Orang-orang berlalu lalang seperti tidak ada hal yang janggal. Beda lagi dengan dunia Wendy saat ini, semuanya seakan terhenti pada sesuatu yang tidak tepat. Hazel coklatnya menatap diam lelaki di depannya ini, surainya melembut dan dengan tenang menanti sebuah jawaban yang tidak harus Wendy katakan. Memang, lelaki ini dulu sempat berarti untuknya. Berarti dalam artian sebuah teman lama, jika dikatakan rindu tentu saja tapi saat ini bukan kata yang pantas lagi. Benarkah? Mungkin, Wendy hanya diam terlalu lama menjelajah pikirannya.

"Hey, Wendy?" Lambaian tangan Mark membuyarkan lamunannya.

Kesadarannya kembali, ia sedikit menyunggingkan senyum tipis, "Tentu saja, kita tidak bertemu selama beberapa tahun tanpa salam perpisahan kan. Seingatku setelah kelulusan, kau merayakan Thanksgiving di Korea lalu tidak pernah kembali."

"Dan saat aku mencoba menghubungimu, nomor ponselmu sudah tidak aktif," Kata Mark sambil terkekeh pelan, "kau mengganti nomormu dan tak lama aku melihat videomu bernyanyi dan lebih mengejutkannya lagi ada label SM Entertaiment."

Sedikit lama mereka berdua berbincang, Wendy melupakan perkataan Irene yang harus cepat-cepat kembali. Se-menyenangkan itu memang bertemu teman lama, sambil mengingat kenangan yang paling berkesan sampai saat mereka bertemu lagi. Lima menit telah berlalu, mereka masih dengan percakapannya.

Pintu yang ada dibelakang Wendy terbuka menampakan Irene yang sedikit tertegun. Wendy yang sadar Mark berhenti berbicara dan membungkuk sopan segera memutar badannya.

"Eonni!? Maaf jika aku membuatmu menunggu" Sesal wendy, "Dan ini, Mark. Kau tahu, kan? Dia teman lamaku." Lanjut Wendy sambil menunjuk Mark yang masih berdiri di dekatnya.

Senyum Irene memancar ringan, kemudian ia menyuruh Wendy untuk segera kembali karena waktunya mereka pulang ke dorm untuk beristirahat. Setelah Irene kembali masuk kedalam ruangan, Mark yang memahami situasinya langsung pamit untuk pergi dari sana juga. Belum ada tiga langkah menjauh dan baru saja Wendy hendak membuka pintu di belakangnya, Mark kembali, dengan pelan menarik lengan Wendy berbalik.

"Aku butuh nomor ponselmu." Katanya cepat.

Dejavu. Kepala Wendy seakan memutar suatu kejadian yang pernah dialami sebelumnya, ia sempat tertegun sebentar sebelum akhirnya memberikan nomor ponselnya secara cuma-cuma. Terlintas sekilas wajah Chanyeol dalam imajinasinya, ia merindukan lelaki tersebut. Pantas saja terasa aneh saat berbicara begitu dekat dengan lelaki lain.

Benar, baru tiga hari tidak bertemu tapi saling merasakan bahwa mereka butuh pelukan. Pelukan hangat seperti biasanya, nada rendah yang menenangkan, dan juga wangi khas maskulin Park Chanyeol. Senyuman Wendy mengembang dalam diam, sepanjang perjalanannya pulang ia menikmati lagu yang tak pernah Chanyeol beri kepada siapapun kecuali dirinya. Lagu-lagu dengan ketukan yang sempurna itu kini menjadi playlist favorit Wendy.

Mobil-mobil melintas dan saling menyalip satu sama lain menjadi pemandangan yang menenangkan. Hatinya menggebu-gebu untuk segera sampai dorm dan tidur agar semakin cepat bertemu esok hari. Setelah melihat pemandangan jalan tol dengan bangunan-bangunan besar di belakangnya, Wendy mengetikan sesuatu di handphonenya.

Son Seungwan : Sampai jumpa besok. Goodnight, Yeol.

Sekali lagi ia tersenyum untuk kesekian kalinya, matanya terpejam dan kembali menikmati musik yang masuk mengoyak lembut telinganya. Sebelum ia benar-benar mengistirahatkan pikirannya, suara notifikasi pesan masuk memotong begitu saja dan matanya segera membuka.

Ia membuka pesan tersebut, ternyata tanpa nama.

010-5643-88xx : Semoga kita punya waktu untuk bertemu lagi, Shon. –Mark.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang