제 24 휘 ❝ Call. ❞

1.3K 174 21
                                    

Suara gemerisik yang berasal dari luar kamar membuatku terbangun, kulirik jam dinding dan sudah jam enam pagi. Aku duduk dengan tegap sambil melihat ke sekeliling, Wendy sudah tidak ada di sebelahku tapi dapat kulihat bajunya berada di sofa depan tempat tidur. Kepalaku yang awalnya berat sekarang terasa ringan, tidurku berarti nyenyak sekali.

Aku beranjak hendak mengambil kaosku yang semalam kulemparkan entah kemana, tapi aku tidak melihatnya dimanapun. Lupakan, aku bisa mengambil kaos baru di lemari. Aku berjalan keluar kamar dan pemandangan di depanku ini membuatku sangat terkejut, pasalnya sudah seminggu ini aku membuat keributan di ruang tengah. Bass dan gitarku sudah tertata rapi di sudut ruangan, kertas-kertas note yang berceceran dan sengaja tidak aku rapikan kini tertumpuk rapi di meja, serta baju kotor yang biasanya langsung kulemparkan kini sudah tidak ada.

Tidak mungkin kan barang-barang ini bergerak dengan sendirinya, aku segera berlari kecil ke dapur. Wendy ada disana, ia sedang berdiri menghadapku dan tangannya dengan teratur mengaduk minuman. Bukan karena Wendy yang membuatkan kopi untukku, tapi aku terkejut dia memakai kaos yang kucari tadi. Badannya terlihat sangat mungil, aku tak urung tersenyum. Ia terlihat sangat menggemaskan.

Dia sepertinya telah sadar aku berdiri tak jauh darinya, "Selamat pagi, ini kopimu." Katanya, sangat lembut.

"Kau yang memakai kaosku ternyata." Aku menjatuhkan badanku pada kursi pantry, kulihat wajahnya sedikit bersemu. Sepertinya aku akan gencar menggodanya pagi ini.

"Karena yang paling dekat dan mudah dijangkau adalah kaosmu, kenapa tidak." Ucapnya dengan tenang, tapi pipinya semakin memerah. Aku tahu dia malu.

"Benar. Bajumu kan kulempar sangat jauh semalam."

Berhasil. Dia melototkan matanya sekarang, "Park Chanyeol!!" Nada bicaranya naik dan merajuk. Aku tertawa pelan.

Kemudian, aku menyeruput sedikit demi sedikit kopi yang Wendy buat. Dahiku terangkat, lidahku terbakar karena panas. Wendy yang sedang mengamatiku itu tertawa karena ekspresiku, lalu dia ikut mengangkat gelas dan bibirnya membuat gerakan meniup kopi panas tersebut.

"Wan, pulang nanti malam saja, ya?" Kataku, sangat pelan.

Dapat kulihat dia sedikit terkejut, ia menelan ludahnya sebentar sebelum menjawabku, "Aku harus, Yeol. Irene eonni akan mengomeliku nanti." Jawabnya.

Aku kembali menyeruput kopi, "Apa kau tidak lelah jika pulang sekarang?" Pertanyaan itu keluar saja dari mulutku, mungkin memang dari awal aku berniat menggodanya. Wajahnya kembali memerah, matanya menatapku sebal. Tapi diam dan hanya memainkan gelas yang ia pegang.

"Tidak.. kita bisa bertemu lagi lain kali, okay?" Dia berujar dengan pelan, matanya yang teduh menatapku.

Aku tertawa, dan akhirnya menganggukan kepala. Kurasa aku harus berhenti menggodanya karena tanggapannya serius, membuatku sedikit sendu. Sebentar lagi aku akan kehilangan sosoknya lagi di sekitar pandanganku. Untuk waktu yang lama juga, bisakah aku? Kurasa tidak. Entahlah.

Kita menghabiskan sisa kopi yang sedikit mendingin itu dalam diam, pikiranku menyelam sangat jauh. Beberapa menit setelah itu, Wendy bergerak, dia menegurku untuk memberinya gelas yang sedang kupegang saat ini. Sudah kosong. Kuamati gerak-geriknya, ia terlihat sangat mungil ketika membelakangiku. Kaosku yang ia pakai menjuntai ke bawah mencapai lututnya, aku tidak tahu jika badanku sebesar itu. Oh, atau mungkin badan Wendy yang terlampau mini? I don't mind, she's still cute anyway.

Setelah mencuci gelas, dia pamit untuk pergi mandi. Dia menepuk pipiku pelan, "Aku mandi terlebih dahulu, setelah itu kau. Lalu kita bisa beristirahat sebentar sambil menunggu Suho oppa datang." Katanya, dia hendak berlalu dari sana sebelum akhirnya aku mengatakan sesuatu.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang