제 12 휘 ❝ Blitz. ❞

1.7K 249 46
                                    

Suara lembut keyboard menggema di seluruh sudut studio, sangat menenangkan. Dan di sudut ruangan sana, lelaki berperawakan tinggi itu sedang sangat serius dengan kegiatannya. Jujur saja aku sedikit takut untuk menginterupsi, wajahnya seolah-olah menandakan bahwa ia tidak ingin diganggu. Jadi kuputuskan untuk duduk dan mengamatinya dengan seksama.

Sepersekian detik sesaat kuamati gerak-geriknya, ia menolehkan wajahnya dan tersenyum. Kakinya beranjak berdiri dan menghampiriku, tubuhku menegak dan bergeser ke samping untuk menyediakan tempat duduk untuknya. Kini dia sudah disampingku, wajahnya menatapku dalam.

"Kau bosan, ya?" Tanya Chanyeol pelan, matanya mengunci pandanganku.

Kugelengkan kepalaku, "Aku menikmatinya." Jawabku.

Tangan besarnya meraih punggungku, dan menariknya kedalam sebuah pelukan. Awalnya aku terkejut, tapi harus kubiasakan karena ia sering mengambil tindakan tak terduga seperti ini. Kuulurkan tanganku untuk membalas pelukannya.

"Entah kenapa aku selalu ingin memelukmu." Lirihnya pelan, dapat kurasakan ia mengeratkan pelukannya sambil mengusap rambutku.

"Karena wajahku tak terlalu cantik, jadi kau tidak perlu melihatku saat berpelukan. Begitukah?" Aku menanggapinya dengan candaan, kuselangi kekehan setelahnya. Detik berikutnya ia melepaskan pelukannya dan menatapku garang.

"Jangan mengarang. Kau itu cantik, bukankah aku menyukaimu karena kau cantik, ya?" Ucap Chanyeol dengan alisnya yang mengangkat memprovokasiku.

Kulepaskan tangannya yang bertengger di pinggangku, "Jadi hanya karena aku cantik!?" Kubuat bibirku mengerucut sebal.

Ia terkekeh membuat bibirku spontan tersenyum lebar. Lagi-lagi aku mengagumi wajahnya yang sempurna, bahkan aku sering kali mencuri waktu luang untuk mengetikan nama Park Chanyeol di kolom pencarian. Berselancar internet untuk mencari tau semua tentangnya, dari apa yang ia sukai, fakta menarik tentangnya, dan bahkan berita menarik tentangnya. Aku juga sering kali menonton video saat ia bernyanyi, bermain alat musik, atau saat ia bermain basket di instagram nya. Sungguh aku sangat mengagumi pria yang kini menjadi milikku.

Awalnya aku sangat senang, melihat ia tersenyum kepadaku tiap hari, kenyataan bahwa ia selalu ingin memelukku, dan luangnya yang selalu diperuntukan untukku. Tapi semakin dekat dengan hari dimana aku dan dia akan bernyanyi bersama di atas panggung dengan ribuan fans yang menonton, membuat nyaliku menciut. Aku takut menghadapi pendapat-pendapat ribuan fans di luar sana.

Aku tidak percaya diri bersanding dengannya, otak ku selalu berpikir apakah aku sudah pantas untuknya atau apakah aku tidak cukup tahu diri menjadi perempuan yang ia cintai. Sebelum asumsi orang lain datang, itu sudah lama berkeliaran di dalam pikiranku.

"Seungwan-aa." Panggilan Chanyeol membuatku tersadar dari lamunan.

Alisku terangkat menanggapi panggilannya, dan senyumku masih setia bertahan melihat wajah Chanyeol.

"Ingin berjalan-jalan keluar?" Wajahnya sangat antusias, kulirik jam dinding yang tergantung di atas alat musik milik Chanyeol. Pukul sepuluh malam lebih, waktu yang tepat kurasa. Tidak akan ada banyak orang di luar.

Entah ia akan mengajakku kemana, tapi dengan senang hati kuanggukkan kepala mengiyakan ajakannya. Dapat kulihat jelas bibirnya melengkung membentuk senyuman lebar.

***

Angin malam berhembus menembus jaket yang kupakai, akhir bulan September ini udara semakin dingin. Tapi disinilah aku, duduk di pinggir lapangan sembari melihat Chanyeol bermain basket di tengah sana. Bibirku tak berhenti tersenyum melihatnya dengan lincah memantulkan bola basket dan memasukkan bola kedalam ring dengan mudah. Setelah beberapa kali ini aku melihatnya di instagram kini aku dapat melihatnya secara langsung, kusyukuri itu.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang