제 22 휘 ❝ Anger. ❞

1.5K 200 8
                                    

Pagi hari ini sama saja seperti pagi lainnya, rutinitas tetap berjalan kembali. Rasa malas akan membuka mata pada jam tujuh pagi masih tetap menjadi kebiasaan. Samar-samar sinar matahari masuk ke kamar berdinding abu-abu gelap ini. Membangunkan seseorang yang sedang terganggu tidurnya.

Meregangkan tubuh sebentar untuk mengejutkan sedikit otot-ototnya. Dengan satu hentakan, Chanyeol terduduk dalam diam. Ia menggosok matanya pelan, kemudian melihat ke sekeliling kamarnya. Kosong, tidak orang disini.

Dia beranjak keluar kamar, berjalan ringan ke arah dapur. Dan menemukan Wendy disana, sedang berkutat dengan masakan. Pantas saja saat bangun bagian ranjang sebelahnya sudah rapi dengan tumpukan bantal. Senyumannya tak dapat disembunyikan. Perlahan ia berjalan ke arah Wendy dan mengamatinya.

"Selamat pagi, Yeol." Sapa Wendy dengan pandangan yang masih fokus pada kegiatannya. Ia memakai apron dan terlihat sangat menarik di mata Chanyeol.

"Aku ingin minum.." Gumam Chanyeol sangat pelan.

Ia menopang dagunya membuat pengucapannya tidak terdengar jelas, "Hmm?" Wendy menolehkan wajahnya untuk mendengarkan apa yang di inginkan Chanyeol.

"Air. Aku haus."

Bibir Wendy menarik sebuah senyuman, entah mengapa lelaki berbadan kekar ini menjadi sangat manja saat bangun tidur. Selama tiga hari ini mereka tinggal di apartement membuat Chanyeol semakin ketergantungan pada Wendy. Selalu meminta hal-hal kecil yang membuat Wendy terlampau gemas sendiri. Sangat tidak sinkron dengan tubuhnya, tapi dengan wajahnya Wendy rasa Chanyeol adalah seorang bayi yang perlu ia urus. Entahlah bagaimana jika ia jauh dari Chanyeol, yang jelas akan ada sedikit keteledoran.

Bunyi buih dispenser membuat tenggorokan Chanyeol semakin kering, ia melihat Wendy yang masih di depan dispenser dengan tidak sabar, "Seungwan-aa.."

"Sebentar, Yeol."

Wendy berbalik dan berhenti di depan masakannya untuk sesaat, memeriksa kematangannya yang membuat Chanyeol mendenguskan nafasnya pelan. Sebelum rengekannya terdengar lagi, Wendy segera menghampirinya dan menyerahkan segelas air penuh.

Ada rasa menggelikan yang membuncah di dalam diri mereka, tiga hari berlalu menghabiskan waktu bersama ternyata cukup membuat mereka berfantasi akan masa depan. Hanya beberapa hari saja rasanya sangat menyenangkan tinggal berdua tanpa kegiatan yang sangat padat. Namun, juga sedikit membuat mereka merindukan pekerjaannya. Kecintaan mereka terhadap musik tidak bisa dibohongi, begini saja Wendy sudah sangat ingin bernyanyi bagaimana jika ia berhenti untuk waktu yang lama.

"Park Chanyeol."

"Ya?"

"Kau mau aku nyanyikan?"

Dengan mantap Chanyeol menganggukan kepalanya dan tersenyum lebar.

Nega eopsi useul su isseulkka
Saenggakman haedo nunmurina
Himdeun sigan nal jikyeojun saram
Ijeneun naega geudael jikil teni

Gemerisik suara sup yang akan mendidih menjadi latar musik nyanyian Wendy. Dan ketukan yang terdengar dari jari Chanyeol pada meja. Sambil tersenyum, dalam pekat mata hitamnya, Chanyeol tidak beranjak dari pandangan Wendy sedikit pun.

Neoui pumeun hangsang ttatteushaesseo
Godanhaessdeon naui harue
Yuilhan hyusikcheo

Lirik yang cukup emosional membuat hazel coklat Wendy sedikit mengabur, pandangannya pada Chanyeol tak jelas. Ia rasa akan menangis. Melihatnya, Chanyeol segera meraih tangan Wendy dan membuat setitik itu jatuh dari sudut mata Wendy. Mulut Chanyeol bergerak tanpa suara, "Kenapa menangis??" Wendy kemudian tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang