제 20 휘 ❝ Old Friend. ❞

1.4K 191 6
                                    

"Hey? Apa kau perlu bantuan?" Tanya Chanyeol lagi.

Gadis itu tak menjawab dan tiba-tiba saja ia menabrakan tubuhnya ke arah Chanyeol membuat tubuh kekar Chanyeol tidak punya kesempatan untuk merespon. Detik berikutnya ia melingkarkan tangannya pada tubuh Chanyeol, sangat erat.

"Aku gila karenamu, aku tak ingin kau dimiliki oleh siapapun, hanya aku. Aku benci melihat wanita itu menggenggam tanganmu. Kau milikku."

Sepersekian detik Chanyeol masih terdiam, gadis tersebut semakin mengeratkan pelukannya dan berbicara tak masuk akal. Dering telepon yang sangat nyaring membuat Chanyeol segera tersadar dan mendorong gadis tersebut. Nafasnya terengah, jantungnya berdetak tak karuan, ia takut dan marah dalam satu waktu. Chanyeol memundurkan badannya, ia mengamati gadis di depannya ini yang sedang sempoyongan.

Pergerakannya tak beraturan, mencoba untuk membaca nama penelpon di layar handphonenya. Matanya menyipit, badannya tidak tegak, sepertinya gadis ini benar-benar dalam kendali alkohol berkadar tinggi. Handphone terjatuh, tubuhnya pun ikut limbung untuk mengambilnya. Sedangkan Chanyeol yang mengamati hanya menghela nafasnya kasar, kemudian ia meraih handphone gadis tersebut.

Nama yang tertera disana adalah "Ibu", Chanyeol menepuk bahu gadis tersebut pelan membantu menyadarkannya, "Ibumu yang menelpon."

Bukannya meraih handphone yang Chanyeol berikan, ia malah berlari ke tepi jalan dan memuntahkan isi perutnya. Dengan sangat terpaksa Chanyeol yang mengangkat telfon tersebut dan membiarkan gadis itu menyelesaikan urusannya.

"Minako!? Kau dimana??"

"Halo?" Kata Chanyeol dengan sedikit canggung, tapi untung saja kemampuan Bahasa Jepangnya di atas rata-rata. Jadi dia bisa mengatasi kejadian yang sungguh tak mengenakan ini.

"Halo?? Kau siapa? Ini ponsel Minako kan? Dimana dia sekarang?"

"Kebetulan saya orang yang bertemu Minako di jalan, dia dalam keadaan mabuk."

Chanyeol menggigit bibir bawahnya pelan, entah kenapa otaknya berhenti bekerja. Sebagian dari nalurinya mendorongnya untuk menjadi orang yang baik dan peduli, tetapi hatinya berkata lain. Ini salah, tentu saja.

"Ah, maaf jika merepotkan. Bisa kau kirimkan alamat dimana kalian berada? Aku akan menjemputnya. Terima kasih sebelumnya."

Ia memeriksa jam tangannya, "Tidak tidak, saya yang akan mengantarnya pulang. Anda kirimkan saja alamat rumahnya."

"Apa tidak merepotkan?"

"Tentu saja tidak."

Setelah mengucapkan terima kasih dan sambungan terputus, Chanyeol memutuskan untuk menghampiri Minako yang masih berjongkok sambil menepuk dadanya berkali-kali.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol, ia sedikit merendahkan badannya.

Minako yang terlihat sangat kacau saat ini itu mendongakan kepalanya, bibirnya menyunggingkan senyum dan masih meracau tak jelas.

"Diam disini, lima menit lagi aku kembali."

Chanyeol segera berlari kecil mencari supermarket terdekat di sekitar sana, tangannya merogoh sebuah masker di saku jaket dan memakainya. Suatu barang yang sangat penting untuk melindunginya. Pikirannya benar-benar berantakan sekarang, ia tak tahu jika dirinya berakhir membantu gadis tersebut. Sedikit manusiawi memang, tak mungkin kan jika Chanyeol meninggalkan seorang gadis yang umurnya masih berkisar awal 20an itu di jalanan dengan keadaan mabuk parah.

Tidak mungkin, Chanyeol bukan orang yang acuh. Ia sangat peduli dengan sekitar, sikapnya sangat hangat. Bukankah itu hal pertama yang membuat semua orang jatuh cinta selain ketampanannya, kan? Tak perlu diragukan lagi, Chanyeol selalu mengutamakan orang yang membutuhkan bantuannya.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang