Pagi itu, seperti biasa Chanyeol selalu tertidur di studionya. Karena banyaknya pekerjaan akhir-akhir ini, dia tidak punya kesempatan untuk pulang ke apartmentnya sama sekali. Bahkan hari ini ia harus membiarkan Minako untuk tidur di studionya juga, begitu banyak partitur yang harus diselesaikan hari ini sampai Minako harus merelakan malamnya berada di studio. Awalnya gadis itu senang, mendapatkan perhatian sebagai pekerja Park Chanyeol. Semalam dia diperbolehkan untuk memakai hoodie milik lelaki tersebut sampai tidur di sofa dengan Chanyeol yang berada di lantai.
Tidak sampai dia membuka pintu dan menemukan kekasih Chanyeol berdiri di depannya dengan berpegangan pada koper yang dibawanya. Wajahnya pias saat Chanyeol justru keluar dari studio dengan wajah bantal. Ia sungguh ingin menghilang sekarang, melewati semua kesalahpahaman yang terjadi. Atau bagian terburuknya adalah dia tak bisa bekerja untuk Chanyeol lagi.
"Aku, Son Seungwan."
Wendy mundur satu langkah, dapat dilihat di sudut matanya setitik air mata yang memaksa jatuh. Tapi, perempuan itu menahannya dengan baik.
"Seungwan-aa, masuklah dulu, aku ceritakan semuanya." Ujar Chanyeol yang kini mulai berjalan kearah Wendy, meraih pergelangan tangannya yang segera ditepis pelan. Wendy semakin memundurkan badannya dengan sedikit menarik kopernya.
"Kau tak punya waktu menceritakannya saat di telepon dan kau punya waktu sekarang saat aku sudah melihatnya? Bukankah ini terlambat? Atau aku yang datang terlalu cepat tanpa memberitahumu saat kau bahkan tidak menjawab panggilanku?"
Chanyeol mengusap rambutnya kasar, dia tidak tahu akan menjadi serumit ini. Untuk yang pertama kali, ia melihat perempuan yang selalu menunjukkan kelembutannya ini kini kehilangan kesabarannya. Ucapannya bahkan tak bisa dijawab, dan untuk meresponnya saja ia takut salah kata karena semuanya jelas salah. Dia bersalah.
"Jika kau mau, aku bisa jelaskan semuanya." Benar-benar klasik seorang Park Chanyeol, dalam keadaan genting begini ia tidak bisa berpikir berbeda dari kebanyakan laki-laki diluar sana. Sebuah penjelasan, padahal kebanyakan wanita tidak membutuhkan itu.
Wendy sekilas menatap Minako yang masih berdiri disana dengan tertegun. Senyumnya sedikit terangkat, ternyata gadis yang pernah diceritakan Chanyeol benar-benar hanya seorang gadis lugu. Yang sedikit terobsesi dengan Chanyeol mungkin, tapi kini mereka bersama saat kekasihnya itu pernah berjanji bahwa akan selalu menceritakan apapun tanpa perlu menyembunyikannya.
Wendy kembali menatap Chanyeol dengan wajah memelasnya itu, tangannya sedikit mengendur. Dia melepaskan genggaman tangan Chanyeol, "Kalau aku tidak mau?"
"Aku akan menunggu."
"Kau tidak tahu ya, Park Chanyeol? Penjelasan katamu itu hanya berisi sebuah alasan untuk menghindarinya. Aku tidak ingin mendengar alasanmu, aku butuh kau membuktikannya jika kenyataannya tidak seperti apa yang kulihat." Wendy membalikkan badannya dan berjalan dengan cepat sambil menarik kopernya.
Dengan terburu-buru berjalan ke arah jalan besar, menghadang taksi dengan tangannya. Membiarkan Chanyeol yang sedang meneriakkan namanya, dan juga membiarkan air matanya jatuh begitu saja saat taksi melaju meninggalkan Chanyeol yang hendak berlari mengejarnya itu.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Wendy merasa marah dengan sesuatu yang tidak jelas bagaimana kenyataannya. Terdengar egois kali ini, tapi Wendy tidak peduli. Dia terlanjur sakit hati dengan semuanya.
***
Chanyeol kembali ke studionya dan masih mendapati Minako yang tertegun di depan pintu studionya, dia menghela nafasnya.
"Masuklah, hari ini kau bisa libur." Ujarnya pelan sambil melewati gadis tersebut.
"Bagaimana dengannya?" Ucapan Minako menghentikan langkah Chanyeol, dapat dilihat kepalanya sedikit menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room [ WENYEOL ] ✔️
FanfictionChanyeol dan Wendy, pertemuan mereka di dalam ruang latihan. Dimana mereka memulai dan mengakhiri semuanya. Setelah melewati banyak hal yang sangat rumit, dari rumor dating, pengakuan agensi, sampai kisah mereka dengan orang ketiga. Tidak ada roman...