제 31 휘 ❝ I Still. ❞

1.1K 188 59
                                    

play the multimedia and repeat it.

Gelap dan elegan. Ruangan Seh Young tidak ada bedanya satu sama lain antara yang di Jepang maupun di Korea. Tetap menggambarkan Seh Young yang sangat dingin dan auranya begitu kuat. Hari ini ia nampak mewah dengan pakaiannya yang sangat sederhana, crop top berwarna maroon polos dengan desain puff sleeve dipadukan bersama high waisted jeans. Membuat badannya terlihat begitu semampai.

Seperti kebiasaannya sehari-hari, ia berdiri di depan cermin yang ada di ruangannya. Tatapannya jatuh pada pigura di sebelah kiri yang memperlihatkan foto keluarganya, ia tersenyum sangat tipis melihat dirinya ketika masih remaja. Wajah bulat kecil miliknya itu nampak begitu tegang tanpa senyum. Memang sejak kecil ia terbentuk dengan watak keras dan susah untuk tersenyum.

Pikirannya melayang jauh pada masa lalunya yang tak pernah ia lupakan, hal itu terus mengikutinya sampai saat ini.

Pada pagi yang cerah itu, Seh Young terbangun karena cahaya matahari yang memaksa masuk ke kamarnya. Ia kembali menangis sesaat setelah membuka matanya, dirinya masih tidak menyangka Ibunya pergi terlebih dahulu meninggalkannya di saat usianya baru 12 tahun. Ketika dia menangis, seseorang meneriakinya dari luar kamar.

"Ya! Berhentilah menangis. Pergilah keluar dan bermain."

Segera Seh Young beranjak dari kasurnya, jelas karena ia tidak ingin Ayah tirinya semakin marah dan membentaknya. Entahlah hari ini ia harus keluar kemana lagi, pasalnya sudah seminggu Ayah tirinya tersebut menyuruhnya keluar rumah untuk bermain tanpa tujuan. Setelah mandi, ia keluar kamar dan menemukan sarapannya yang hanya sepotong roti dengan selai stroberi. Dia hampir menangis ketika memakan roti tersebut, mengingatkan pada Ibunya yang selalu memberinya dua atau bisa lebih roti untuk sarapannya.

Kini sudah tidak ada lagi kisah itu. Bahkan untuk perasaan dicintai atau dipedulikan tidak pernah ia rasakan lagi setelahnya. Semenjak Ibunya memutuskan untuk menikah lagi dua bulan setelah Ayah kandungnya meninggal, ia lupa untuk meminta kasih sayang. Separuh atau bahkan sepenuhnya kasih sayang Ibunya beralih pada Ayah tirinya yang menurutnya tidak terlihat baik itu. Ia terlupakan.

Hari ini ternyata masih sama, lautan Sokcho itu lagi. Seh Young duduk di atas pasir halus pantai sambil menatap ombak pagi hari yang berlalu lalang menyapanya. Satu-satunya tempat yang membuatnya tenang meskipun ia mulai bosan saat ini. Pada siang hari, ia kembali pulang kerumahnya karena tidak ingin menyusahkan Ayah tirinya yang selalu kesulitan untuk memanggilnya pulang, tapi ada satu hal yang membuatnya mematung ketika sampai pada pintu rumahnya.

Tas ransel pink miliknya tergeletak di depan pintu begitu saja bersama tas tangan di sebelahnya, ia berlari untuk melihatnya lebih dekat. Tangannya dengan terburu-buru membuka tas tersebut, ada pakaian miliknya serta mainan perempuan yang Ibunya berikan dulu. Begitu juga dengan isi tas tangan, hanya ada sisa pakaian serta satu kotak makan siang yang kosong. Wajahnya pias, ia terduduk di depan teras pintu rumahnya.

Dia menangis, mimpi buruknya terjadi hari ini. Saat ia tahu hal seperti ini akan terjadi secepatnya, ia tidak pernah berniat menyiapkan apapun karena rasa percayanya itu. Ia dibuang begitu saja bersama sepucuk surat.

"Seh Young-aa, Ibumu meninggalkanku dan aku harus meninggalkanmu.
Carilah sendiri anggota keluargamu, Ayah harus pergi untuk menghidupi diri sendiri. Maaf, kau bisa datang mencari bantuan siapa saja termasuk saudara Ayah yang juga tetangga kita. Jika kau berkenan pergilah ke kampung sebelah, rumah kelima dari gapura. Dia Kim Sang Won. Sekali lagi, maafkan aku."

Lihatlah, tangisnya semakin menjadi. Lelaki yang hanya mencintai Ibunya itu dengan berani menyebut dirinya Ayah. Seh Young meremas kertas tersebut dan memasukkannya pada saku jaketnya. Kemudian ia menarik tas ranselnya dan kembali pergi ke laut untuk mencari ketenangan. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah ini, apakah ia harus pergi mengemis kepada saudara mantan Ayah tirinya itu? Sepertinya ia tidak sudi, entah lah. Opsi terakhirnya adalah lari sekencang-kencangnya ke dalam lautan dan menghilang tanpa beban.

Room [ WENYEOL ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang