03. Humsafar

448 27 11
                                    

Mata Kavya membulat sempurna melihat siapa yang datang.

"K-kau?" ucapnya.

"Iya, aku. Kenapa?" balas orang itu yang tak lain adalah Veer.

"Tidak, maaf." Kavya menunduk, lalu mengambil tempat duduk di sisi tempat tidur, ia merasa bersalah karena seolah melarang pemilik kamar untuk masuk ke kamarnya sendiri.

"Kau tidak perlu gugup begitu, tenang saja, aku bukan pemangsa manusia, " canda Veer, lalu mendudukkan dirinya di samping Kavya.

Kavya kemudian sedikit bergeser, memberi jarak antara dirinya dengan Veer. Dan Veer hanya tersenyum melihat tingkah Kavya, yang jujur membuatnya geli ingin tertawa.

"Kavya, aku tahu, ini sulit dan aneh bagimu. Kau memang mengenalku, maksudku tahu namaku, tapi dalam pernikahan seharusnya ada cinta. Aku tidak akan memaksamu, tidak akan memaksamu menjalankan tugasmu sebagai istriku, sampai kau benar-benar mencintaiku, dan siap jadi istriku. Sekarang, kau bisa tidur, ini sudah terlalu malam, " kata Veer yang terus tersenyum, mungkin ingin membuat Kavya betah, dan tidak menganggapnya seram, kejam, atau apalah yang semacamnya.

"Aku mau mandi dulu, " ucap Kavya.

"Oh, tentu saja. Kau tahu 'kan dimana kamar mandinya?" tanya Veer atau lebih tepatnya menggoda Kavya, kamar mandi ada di dalam, mana mungkin Kavya tidak tahu.

Kavya tersenyum,lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

15 menit berlalu, Kavya keluar dari kamar mandi dengan piyama tidurnya. Ia terus berdiri melihat Veer yang sudah tidur di sofa. Kavya bingung, haruskah Kavya membangunkan Veer? Atau dibiarkan saja? Tapi lihatlah, sofa itu sangat kecil, badan Veer pasti sakit semua jika tidur disitu semalaman.

5 menit berlalu, dan Kavya masih tenggelam dalam lamunannya.

"Kavya.." Kavya terlonjak kaget, lagi, rupanya Veer sudah lebih dulu bangun dan mendapati Kavya melamun disitu.

"Kau,, ada apa?" tanya Veer.

"Aku,,, aku,," Kavya tergagap.

"Tidurlah di tempat tidur, biarkan aku tidur di sofa jika kau tidak mau tidur bersama denganku." Veer menuju lemari dan mengambil selimutnya. Lalu menuju sofa yang lebih besar. Ya, disitu memang ada 2 sofa.

"Veer," panggil Kavya.

"Iya Kavya?"

"Jangan tidur di sofa Veer, ini kamarmu. Biar aku saja yang tidur di sofa, " ucap Kavya.

"Tidak apa-apa Kavya, sudah, tidurlah. Dan,, selamat malam." Veer masuk ke dalam selimutnya dan pergi ke alam mimpi.

***

Mentari menampakkan senyuman cerahnya pada dunia, menyinari dunia yang semula gelap gulita. Begitu pula dengan seorang gadis cantik yang menampakkan senyum manisnya sambil menuruni tangga.

"Hei Kavya, kau sudah bangun, Nak? Bagaimana tidurmu? Kau tidur nyenyak?" tanya seorang wanita paruh baya yang mengetahui kedatangan Kavya, ya, Kavya sudah bangun dan menuju ke dapur untuk membantu ibu mertuanya masak.

Kavya menggeleng ala India, " iya, Bibi." jawabnya.

"Hei, jangan panggil aku bibi, aku ini ibumu, kau mengerti?" ucap wanita itu, ibu Veer. Dan Kavya kembali menggeleng.

"Ibu, kudengar pengantin baru tidak bangun-bangun, tapi kenapa kakak ipar Kavya sudah bangun?" bisik gadis yang lebih muda pada ibu Veer, dia Naina, adik ketiga Veer.

"Ssst, diamlah."
"Kavya, apa yang akan kau lakukan?" tanya ibu Veer dengan ramah.

"Aku akan membantu ibu dan Naina memasak sarapan." Kavya tersenyum.

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang