Sebagai hadiah masakan spesial Ananya pagi tadi untuk Abhi, Abhi mengajak Ananya untuk belanja dan menonton. Dan Ananya? Tentu saja menerima dengan senang hati. Meski masakan buatannya tadi tidak terlalu enak—malah bisa dikatakan hambar. Tapi kembali lagi, Abhi terlalu baik.
Dan sekarang, Abhi menenteng 5 buah tas belanja berisi barang belanjaan Ananya.
"Abhi, apa semua ini tidak berlebihan?" tanya Ananya tidak enak. Pasalnya dia hanya membuat satu macam makanan, tapi Abhi memberi hadiah sebanyak ini.
Sejak tadi, dia sibuk berkeliling belanja, dan Abhi mengikutinya tanpa protes, bahkan dengan senang hati membawakan barang belanjaannya.
"Tidak masalah. Kau calon istriku, setelah menikah nanti, aku bekerja juga untukmu dan keluarga kecil kita." Abhi tersenyum.
"Terima kasih. Aku gadis paling beruntung di seluruh dunia karena mendapatkan pasangan sepertimu." Ujar Ananya.
"Justru aku yang sangat beruntung. Dari dirimu, aku belajar banyak hal. Setelah putus dari Kavya, aku tidak percaya lagi pada yang namanya cinta. Tapi kehadiranmu menghapus pemikiran itu dari otakku. Kau terus mengisi hari-hari suramku dengan kebahagiaan, kau yang tidak kabur dengan sifat dinginku, dan kau yang akhirnya jadi alasanku untuk tersenyum. Terima kasih, Ananya." Ujar Abhi tulus.
"Kau tahu, saat pertama melihatmu, aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku. Sebuah rasa yang baru pertama kali kurasakan. Dan... Shrishti bilang itu cinta." Ananya menunduk malu-malu.
"Sejak saat itu juga aku memutuskan apapun yang terjadi, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, dan kau menjadi milikku," sekarang dia mendongak menatap Abhi.
"Dan.... saat kutahu kau adalah mantan kekasih kakak ipar.... aku sangat takut, takut sekali. Dia wanita yang hebat, wanita yang kuat, aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya. Aku takut kau akan kembali lagi pada Kak Kavya, aku sangat sangat takut itu terjadi. Jadi dengan bodohnya aku membenci Kak Kavya tanpa sebab yang jelas. Sangat kekanakan dan konyol."
"Tapi begitu melihat bagaimana kakak ipar menyelamatkanku waktu itu, aku sadar akulah yang bodoh. Mana mungkin kakak ipar akan merebutmu dariku? Dia bahkan sangat menyayangiku seperti adiknya sendiri. Kakakku benar-benar beruntung mendapatkan Kak Kavya," tutupnya.
Abhi tersenyum penuh arti, "ya, kakakmu memang beruntung, sangat beruntung, Ananya. Seandainya kau tahu, masih ada setitik rasa yang tertinggal dalam hatiku untuk Kavya, yang tidak bisa kulenyapkan meski aku sudah berusaha sangat keras untuk itu. Ananya, kau adalah alasanku untuk tersenyum, dan aku berjanji, aku tidak akan membiarkanmu sampai meneteskan air mata karena ini. Aku akan menghapus setitik rasa itu, hingga benar-benar bersih tak tersisa, dan hati ini sepenuhnya milikmu." Ucap Abhi dalam hati.
Ingat saat Abhi mengejar Ananya ke Mumbai? Saat itu Abhi belum mencintai Ananya sama sekali seperti perkataannya. Dia mengejar Ananya didasari oleh rasa bersalah telah mematahkan hati gadis itu. Dan saat Abhi bilang sangat mencintai Ananya setelah kembali dari Mumbai mengejar Ananya, sebenarnya Abhi baru mau mulai menumbuhkan rasa cinta dalam hatinya untuk Ananya.
Abhi yakin, suatu saat dia akan benar-benar mencintai Ananya. Dan benar, itu terjadi. Rasa cintanya pada Ananya bukan lagi sebuah pelampiasan atau rasa kasihan, melainkan murni dari dalam hatinya.
Dan seperti yang orang-orang katakan, cinta pertama sangat sulit dilupakan, Abhi juga mengalami hal itu. Dia selama ini berusaha keras melupakan Kavya, hingga akhirnya, hanya tinggal setitik rasa lagi yang harus dia lenyapkan.
Abhi adalah pria yang bertanggung jawab, berprinsip, sangat mudah merasa bersalah dan tidak tega pada orang lain, juga mudah terikat suatu hubungan. Saat ini dia adalah tunangan Ananya, dan meski dalam mimpi sekalipun, Abhi tidak akan merusak hubungannya. Sebaliknya, dia akan berusaha keras mempertahankan hubungan itu dan sepenuhnya mencintai Ananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romantizm----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...