Malam menjelang, namun tidak ada tanda-tanda Veer akan pulang. Entah dimana pria itu berada. Kavya yang statusnya adalah istri Veer sudah sangat bingung tidak karuan, gadis itu berjalan kesana kemari sambil sesekali menggigit telunjuknya karena khawatir, bercampur gelisah, takut, dan lainnya.
Kavya berjalan ke ruang tamu, membuka pintu depan, lalu masuk lagi dan pergi ke dapur, setelahnya berjalan ke lantai atas tempat kamarnya dan Veer, kemudian kembali lagi ke bawah dan begitu seterusnya. Tak terhitung berapa kali saja Kavya naik turun berjalan kesana kemari dari tadi.
"Veer, kau kemana sebenarnya? Telfonku tidak kau angkat, chat dariku pun tidak kau balas. Jangankan kau balas, kau bahkan tidak aktif. Ayolah, Veer, masa kau benar-benar diculik? Apa aku harus menelfon polisi?" Kavya bermonolog. Temannya sejak tadi memang itu, ponsel yang tidak juga lepas dari genggamannya.
Kavya memandang layar ponselnya, sama sekali tidak ada notifikasi balasan chat atau apapun dari Veer.
"Akan kucoba lagi, " Kavya mendekatkan ponsel ke telinganya, berharap manusia di seberang sana mau mengangkat telfonnya.
Dan ya, bukan Veer yang mengangkat, tapi operator. Katanya Veer sedang berada diluar jangkauan.
Tok tok tok..
Mendengar bunyi ketukan di pintu depan, segera saja Kavya hampiri pintu itu dan bergegas membukanya. Bahkan ia sudah bersiap akan memeluk seseorang yang ia duga adalah Veer."Bagaimana, Kavya? Veer sudah ketemu?"
Ternyata orang itu bukan Veer, ya, dia bibi Bharti.
"Belum, bi. Tidak tahu hilang kemana Veer sekarang." jawab Kavya lesu.
"Kau tenang saja dulu, jika sampai besok Veer tidak kembali, kita lapor ke polisi. Biar polisi membantu kita mencari Veer. Dan sekarang, kau tidurlah. Ini sudah malam." kata bibi Bharti.
"Bi, mana mungkin aku bisa tidur. Tidak ada Veer disini, entah sedang dimana Veer sekarang. Ia sudah makan atau belum, ia berada di tempat yang layak atau tidak, atau ia sedang terjebak badai salju. Veer, kemana kau?" isak Kavya.
"Sudahlah, Kavya. Besok Veer pasti akan kembali. Kau tenang saja, jangan terlalu cemas, Veer itu seorang pria, dia juga sudah dewasa." ujar bibi Bharti sambil mengusap punggung Kavya, menenangkan gadis yang hanya menangis atau mondar-mandir tak berguna sejak pagi.
"Iya, Veer seorang pria. Tapi dia baru sembuh, bi. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Aku tidak ingin Veer sakit lagi. Aku tidak mau kehilangan Veer, tidak mau." Kavya semakin terisak.
"Kavya, tenanglah. Yakin Veer-mu baik-baik saja. Kau jangan memikirkan yang tidak-tidak begitu, yakinlah dia baik-baik saja, Kavya." ucap bibi Bharti.
"Aku sangat khawatir, bi, aku-"
Tok tok tok
Kavya dan Bibi Bharti menoleh ke sumber suara, ketukan di pintu utama.
Orang yang mengetuk tidak segera menampakkan dirinya, Kavya hanya dengar seperti sedang melepas sesuatu diluar sana. Apa jangan-jangan, itu Veer?
"Kavya, aku dat-"
Bruk!
Benar saja, Kavya langsung menghambur ke pelukan Veer setelah pria itu menampakkan wujudnya. Kavya memeluk Veer erat sekali, seolah tidak akan pernah melepaskannya lagi.
Veer tentu saja bingung mendapat sambutan tak biasa dari istrinya itu, perlahan Veer membalas pelukan Kavya.
"Kavya, apa ini semua? Ada apa, kenapa kau menangis?" tanya Veer.
Kavya mendadak mendorong tubuh Veer, hingga ia sendiri sedikit terpental.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...