Waktu di Swiss menunjukkan pukul 12 malam. Tepat ditengah malam ini, di sebuah ruagan bernuansa putih, seorang gadis tengah tertidur pulas dengan posisi tubuh yang setengah duduk dikursi roda dan kepala yang menyandar ke dada seorang pria.
Detik demi detik, menit demi menit terlalui, pria yang terbaring sakit itu perlahan menggerakkan jemarinya. Berlanjut dengan kelopak matanya yang seperti akan terbuka, lalu dia yang benar-benar sadar.
Hal pertama yang ditangkap oleh indra penglihatannya adalah pemandangan seorang gadis yang tertidur pulas dengan menyandar di dadanya.
Walau menahan sakit, pria itu tetap mengukir senyuman. Digerakkannya sebelah tangannya untuk mengusap lembut rambut gadis itu. Kemudian dipanggilnya dengan suara yang tak kalah lembut untuk membangunkannya.
"Kavya.... Bangun,, ini sudah malam... Tidurlah ditempat yang layak... Kavya..." ucapnya.
Entah tempatnya yang terlalu nyaman atau memang ia yang terlalu lelah, gadis yang tak lain adalah Kavya tersebut tidak mendengar panggilan dari Veer.
Veer tidak menyerah dengan usahanya, ia memang berhenti memanggil Kavya, tapi tangannya tidak berhenti berjalan mengusap puncak kepala Kavya masih dengan senyuman yang sama.
Lama-lama Kavya terusik juga, terbukti dari kepalanya yang bergerak-gerak lalu kelopak matanya yang mendadak terbuka.
Bersamaan dengan itu, matanya melotot, ia lalu bangkit dari posisi tidurnya.
"Veer?" ucapnya dengan mata yang masih melotot, lebih seperti terkejut.
Sedangkan yang disebut hanya tersenyum jahil sambil mengangkat sebelah alisnya menggoda.
"Kau...?" ucap Kavya tertahan.
"Iya, aku. Kenapa?" jawab Veer santai.
"Kau tidak jadi koma? Maksudku, kapan kau sadar?" tanya Kavya.
"Hm, jadi, kau lebih senang jika aku koma? Siapa yang tadi menangis memintaku bangun, dan sekarang saat aku sudah bangun malah menyuruhku pingsan lagi. " kata Veer.
Kavya semakin tidak mengerti, ada apa ini sebenarnya? Kenapa jadi aneh begini?
Veer tersenyum melihat ekspresi bingung di wajah Kavya. Gadis itu benar-benar lucu saat bingung.
"Kau tidak usah bingung begitu. Aku bangun saat kau tidur, dan saat aku membangunkan mu, kau tetap tidak mau bangun. Dan aku juga tidak jadi koma seperti katamu tadi, karena jika aku koma, siapa yang akan mengurus gadis keras kepala sepertimu." Veer kembali tersenyum.
Lain dengan Veer yang tersenyum, Kavya justru menangis lalu memeluk Veer.
"Kavya, ada apa? Kau tidak mau aku bangun? Atau, ada apa, Kavya? Katakan sesuatu, ada apa? " tanya Veer khawatir.
"Ssst, jangan katakan apapun. Aku menangis bukan karena tidak mau kau bangun, aku menangis karena aku senang. Dengan melihatmu tidak sadarkan diri membuatku sesak, Veer. Aku tidak bisa melihat itu lebih lama. Dan saat kau sadar, aku sangat senang, aku bersyukur Tuhan mengabulkan doaku. " jelas Kavya.
Veer menghembuskan nafas lega,
"Dasar para gadis sama saja. Saat sedih mereka menangis, saat senang pun menangis juga? Itulah yang membuat para pria bingung tidak karuan." kata Veer setengah bercanda, dan langsung mendapat hadiah pukulan pelan pada bahunya dari Kavya.***
Veer menjalani masa pemulihannya seminggu ini dirumah sakit, begitupun dengan Kavya. Kakinya juga sudah membaik sekarang. Ia bisa bebas berjalan lagi, tapi tidak dengan berlari-lari seperti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...