Gelak tawa memenuhi ruangan ini. Priya, dia menyetel video yang baru sampai padanya itu berulang kali. Kali ini bukan hanya berhasil, tapi rencananya berhasil besar.
Bayangkan saja, Kavya si wanita baik-baik, mendadak bisa membunuh seseorang demi putrinya. Bagaimana penjahat seperti Priya tidak tertawa puas?
Tapi tidak, Priya tahu Kavya itu cerdik. Meski jelas video yang Kavya kirimkan memperlihatkan Ananya terikat di kursi dengan tali dan mulut tertutup lakban, lalu Kavya mengarahkan pistol ke arah Ananya dan menembaknya tepat di dada Ananya, hingga darah Ananya terlihat merembes kemana-mana-tapi Priya tidak bisa percaya begitu saja. Dia tidak yakin Kavya bisa melakukan ini.
"Jadi, Nona, kita akan serahkan bayi ini?" tanya seorang gadis yang bersamanya.
"Tidak tidak, tidak semudah itu, Siya. Kita tunggu dulu apa yang Kavya lakukan setelah ini." Kata Priya pada gadis tadi, Siya.
Siya manggut-manggut. "Jadi, apa rencana kita setelah ini?"
"Kirim video ini pada keluarga Kavya, setelahnya kau tidak perlu melakukan apapun. Cukup jaga saja bayi itu dengan baik, jangan sampai Kavya mengambilnya darimu." Jelas Priya.
"Jam kunjunganmu sudah habis, ayo masuk lagi ke dalam." Titah seorang polisi yang tiba-tiba datang.
"Dengan senang hati," balas Priya, dan tanpa diseret, dia berjalan masuk sendiri ke dalam sel tahanannya.
"Siya, jangan lupa," pesannya sebelum benar-benar menghilang dari hadapan Siya.
Siya mengangguk kecil sembari tersenyum. Beberapa detik setelahnya ia mengambil ponselnya dan keluar.
---
Kavya membuka gagang pintu di depannya dengan perasaan berkecamuk. Jika ada yang menanyakan Ananya padanya, akan ia jawab apa nanti?
Cklek
Terbukanya pintu membuat jantung Kavya seolah melompat keluar dari tempatnya.
Dari sisi kanan hingga ke kiri, semua orang lengkap ada di dalam sini. Mulai dari ayah dan ibunya hingga suami Sheila yang biasanya jarang ikut berkumpul.
"Ha-hai semuanya," Kavya sedikit terbata mengatakannya.
Tidak ada jawaban, hanya Veer yang berjalan ke arahnya kemudian menuntunnya masuk.
Semua orang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Veer, ada apa ini?" bisiknya pada Veer.
"Duduk saja dulu," jawab Veer tanpa menatapnya sama sekali.
Sekarang perasaan Kavya semakin tidak enak. Apa orang-orang tahu yang terjadi malam tadi? Semoga saja tidak.
Kavya duduk di kursi yang sepertinya khusus disiapkan untuknya. Dan langsung saja, Naina membentangkan laptop di hadapannya tanpa mengucap sepatah katapun.
Kavya membekap mulutnya sendiri begitu video diputar. Video itu... yang ia rekam semalam dan dikirim pada Priya. Dan ini? Video itu telah sampai di tangan keluarganya.
"APA SEMUA INI, KAVYA?!" bentak Ranjeet.
Kavya memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan juga mencari kekuatan untuk mengatakannya.
"Apa masih kurang jelas sampai harus kujelaskan lagi?"
PLAKK!
Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi Kavya, yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Ranjeet.
"Nak, katakan semua ini tidak benar. Kau dan Ananya hanya berakting saja, kan? Iya, kan? Dan mana Ananya? Suruh dia pulang sekarang. Katakan kami sangat merindukannya," Madhuri menyatukan ke dua tangannya, dengan air mata tertahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...