Seiring dengan hari yang mulai malam, jalanan dalam hutan juga semakin gelap. Dan kedua anak manusia ini masih sibuk mencari jalan keluar."Sekarang bagaimana?" tanya Ayan.
Naina hanya menggeleng lemah, dia tidak tahu harus apa. Ini pertama kali baginya keluar rumah sendiri tanpa ada yang mengantar.
"Naina, kau asli sini, kan? Masa tidak hafal jalan? Memang kau tidak pernah keluar rumah?"
Lagi-lagi Naina menggeleng. Keluarganya tidak pernah mengizinkannya keluar rumah sendiri, jadi Naina tidak tau jalan kemana-mana.
"Ya Tuhan, sekarang bagaimana?" Ayan mengacak rambutnya frustasi.
"Ayan, tolong diamlah. Aku semakin takut kalau kau bicara terus," sebentar lagi genangan bening di pelupuk mata Naina akan terjatuh.
"Bagaimana aku bisa diam, Naina? Ibuku pasti mengkhawatirkanku."
"Lalu ibuku tidak? Ibuku juga pasti mengkhawatirkanku, dan Ayah..... Ayah pasti akan memarahiku.." dan benar saja, genangan bening itu resmi mengalir.
"Naina, tolong jangan menangis ya.. Kita akan cari jalan keluarnya, kita akan pulang. Ku mohon jangan menangis." ujar Ayan.
Naina sesenggukan mengusap air matanya, berdiri dan melanjutkan perjalanan mereka.
"Astaga!" teriak Naina.
"Apa yang ketinggalan?"
"Aku belum mengerjakan tugas dari pak Rahul, bagaimana ini, Ayan? Pak Rahul akan menghukumku besok,"
"Pak Rahul bisa menghukummu kalau kau masuk sekolah," ucap Ayan santai.
Naina terdiam mendengar ucapan Ayan, benar apa yang dikatakannya, jika jalan pulang ke rumah saja tidak ketemu, bagaimana bisa ke sekolah?
***
Veer dan Kavya sampai di depan gerbang sekolah Naina. Sepi. Hanya ada 2 orang penjaga yang mengobrol disitu.
Veer menghampiri keduanya, menunjukkan foto Naina menanyakan apa melihatnya. Kedua penjaga itu mengatakan melihat Naina pulang paling akhir bersama seorang teman lelakinya yang seorang murid baru dari London.
"Murid baru? Dari London? Apa Naina dibawa kabur olehnya? Tapi kak Sheila bilang Naina pamit ke tempat kita. Apa jangan-jangan mereka berdua tersesat?" Veer menduga.
"Ya. Mereka pasti tersesat. Bukankah anak baru itu dari London? Mana dia tau jalan ke tempat kita, Naina juga tidak hafal jalan-jalan disini, kan?" balas Kavya.
"Itu pasti, sekarang ayo kita cari mereka."
Veer dan Kavya berjalan ke arah mobil mereka, tepat saat itu juga berhenti mobil lain tak jauh dari mereka, dan keluarlah seorang wanita dari dalamnya.
"Boss," gumam Veer.
Kavya menoleh,
"Boss?""Itu bossku, Kavya. Dia yang menerimaku bekerja di perusahaannya." jelas Veer.
Kavya mengangguk-angguk mengerti,
"Lalu kenapa dia sekarang kesini? Mau daftar sekolah?"Veer menatap Kavya,
"Apa mungkin,, laki-laki yang membawa kabur Naina adalah... anaknya bossku?""Haan, Veer. Kenapa kita memikirkan itu?"
Kavya dan Veer lalu berlari menghampiri wanita yang tak lain adalah boss Veer itu-yang baru saja selesai bertanya pada penjaga tadi.
"Nyonya Sonakshi," panggil Veer.
"Veer, kau disini? Ada apa?" balasnya sambil menghampiri Veer.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...