Suasana tegang menyelimuti ruang tunggu di depan ruang operasi. Ayan tengah berjuang bertahan hidup di dalam sana, lalu Sona yang diam mematung di depan pintu dengan tatapan kosong memikirkan kondisi putranya, dan Naina yang tidak sadarkan diri.
Sesuai pelacakan yang dilakukan polisi, Ayan dan Naina ditemukan di tengah hutan, dengan Ayan dalam keadaan pingsan berlumuran darah dan Naina yang menangis histeris di dekatnya.
Seolah lupa tujuan utama—mencari Veer dan Kavya, semua langsung putar balik untuk mengantar Ayan ke rumah sakit.
"Apa yang terjadi?" Tara berlari-lari menghampiri semua orang, ia tidak tahu apa-apa karena baru saja selesai menangani pasien.
"Ayan tertembak." Jawab Ananya.
"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Dan Kavya, sudah ketemu?" tanya Tara bertubi.
Ananya menggeleng lemah, "tidak, justru kakak juga ikut-ikutan hilang setelah bayi mereka."
Ananya menarik nafasnya berat, "benar dugaanmu, Kak, kak Priya pelakunya. Naina dan Ayan tadi melihat sendiri apa yang kak Priya lakukan. Entah apa maksud wanita itu sebenarnya,"
Tara mendengus.
"Benar 'kan kataku? Kenapa semua orang tidak mempercayaiku waktu itu? Andai kalian semua mendengarkanku, ini semua tidak akan terjadi. Kavya, Veer, dan bayi mereka tidak akan pernah hilang. Sudah kubilang aku curiga Priya pelakunya, tapi tidak ada yang mempercayaiku," geram Tara."Masalahnya kak Priya sahabat kalian, mana mungkin kita bisa mencurigainya, kan?" balas Ananya.
"Ya, itu memang benar. Tapi tidak ada yang tahu, sahabat hanyalah statusnya."
"Sudah-sudah, tidak ada gunanya berdebat. Polisi sedang mencari ke tengah hutan. Berdoa saja agar Veer, Kavya dan bayinya selamat, " lerai Abhi.
Semua diam mendengar perkataan Abhi, selanjutnya suasana kembali hening namun tegang.
Pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter wanita keluar dari sana dengan raut wajah tak terbaca.
"Dok, bagaimana keadaan putraku? Dia baik-baik saja, kan? Ayan sudah sadar, kan? Katakan, Dokter, katakan!" sambut Sona dengan berbagai pertanyaan.
"Nyonya, putra Anda sedikit terlambat dibawa kemari. Jadi dia kehilangan banyak darah. Secepatnya kami membutuhkan donor darah untuk Ayan. Golongan darah Ayan termasuk langka, dan persediaan di sini juga sedang tidak ada."
Hal yang paling Sona takutkan terjadi, Ayan membutuhkan donor darah. Golongan darah Ayan hanya sama dengan ayahnya, yang sudah tiada sejak Ayan masih dalam kandungan. Yang menjadi masalah, golongan darah itu sangat langka, sulit mencarinya mendadak seperti ini.
"Dok, akan kubayar berapapun biayanya, tapi tolong selamatkan putraku. Kumohon, Dok.." Sona menyatukan tangannya dengan air mata tak terbendung lagi.
"Kami tidak bisa berbuat banyak... jika darahnya tidak tersedia, Nyonya." Jawab dokter itu.
Sona tidak tahu harus apa. Mau mencari kemana? Sangat sulit menemukan dalam waktu sesingkat ini.
"Apa golongan darah Ayan?" tanya Madhuri tiba-tiba.
"AB negatif."
Madhuri langsung menatap Ananya, dan mengisyaratkan agar Ananya menelfon ayahnya. Hanya Ranjeet yang punya golongan darah sama dengan Ayan. Semoga saja pria itu mau mendonorkannya pada Ayan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...