Kicauan burung menyambut datangnya sang mentari pagi, silau sinarnya bahkan menerobos masuk melalui celah-celah tirai yang tertiup angin. Sinar silau itu rupanya sudah mengganggu tidur gadis cantik ini. Mata manisnya mengerjap menyesuaikan dengan silau yang sebentar-sebentar datang itu.
"Sudah pagi, " gumamnya.
Kerlingan matanya menoleh pada seseorang di sampingnya yang tertidur sangat pulas dengan posisi tengkurap namun menghadap ke arahnya.
Kavya tersenyum, baru kali ini ia melihat Veer tidur dengan nyenyak dan sangat damai. Tanpa terasa tangannya terulur dan mengusap pipi suaminya itu.
Dan entah keberanian dari mana gadis itu mengecup bibir Veer secepat kilat lalu berdiri mengambil selendangnya dan berjalan ke kamar mandi.
30 menit kemudian Kavya telah selesai dengan ritual mandinya, ia segera mengeringkan rambutnya yang masih basah dan menggerainya seperti biasa.
Senyum Kavya yang semula masih terlihat seketika berubah menjadi pelototan mata disertai mulut sedikit terbuka.
Dari pantulan cermin di hadapannya yang langsung mengarah ke tempat tidur, Veer yang semula tidur nyenyak di sana, kini tempat itu kosong. Hanya menyisakan guling dengan selimut dan bantal. Entah kemana perginya pria itu.
"Kemana dia?" gumam Kavya, matanya masih meneliti seluruh ruangan ini, barangkali Veer tersilap atau sembunyi di balik tirai.
Tapi tidak, Veer benar-benar menghilang dari kamar ini.
"Veer, " panggil Kavya.
Tidak ada sahutan, berarti benar. Veer menghilang lagi seperti kemarin.
"Awas saja kau ya, " Kavya melempar sisir di tangannya dan berlari keluar.
"Veer... Veer... Di mana kau?? Veer... " teriak Kavya sepanjang jalannya menuju ke ruang tamu.
Kavya sudah takut, takut hal kemarin terjadi lagi. Veer menghilang tanpa kabar.
"Veer, " panggilnya lagi.
"Ada apa kau mencariku, Sayang? Kau sudah rindu padaku? Ayolah, kita bahkan baru berpisah setengah jam yang lalu. "
Kavya menoleh mendengar suara itu, suara Veer.
Ternyata Veer tengah memasak di dapur, pria itu terlihat mengedipkan sebelah matanya dengan sebelah tangan menyandar meja dapur.
"Veer, " Kavya berlari menghampiri Veer dan memeluknya.
"Dasar kau, kukira kau menghilang lagi. Tadi masih tidur dan sekarang sudah memasak? Suka sekali ya membuatku khawatir!" omel Kavya, namun tak berniat melepaskan pelukannya.
"Hey, mana mungkin aku akan pergi meninggalkan istriku yang imut dan manis ini."
Veer melepas pelukan Kavya dan mencubiti gemas pipi Kavya, dan berakhir mendapat pukulan dari tangan Kavya.
Puas menyiksa suaminya, Kavya beranjak ke meja makan, duduk dengan bertopang dagu di salah satu kursi di sana. Membiarkan Veer menyelesaikan acara memasaknya dan dia yang akan menjadi jurinya.
Tak lama makanan siap, Veer tidak menghidangkan berbagai makanan di sana. Hanya sandwich dan segelas susu kocok, karena itulah yang bisa Veer buat untuk sarapan mereka.
"Bagaimana masakanku? Enak, kan?" tanya Veer setelah sandwichnya habis.
"Lumayan, " jawab Kavya angkuh.
"Terserah kau saja." Veer mengalah, tahu Kavya sedang kesal. "Kavya, aku ingin mengatakan sesuatu, " lanjutnya.
"Hmm, " balas Kavya.
![](https://img.wattpad.com/cover/204475576-288-k280117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...