18. Tanpa Veer

232 23 14
                                    

Veer turun dari mobilnya dengan senyum merekah sembari menenteng tas plastik yang entah berisi apa.

"Kavya pasti akan senang," gumamnya tak sabar bertemu istri tercinta.

Veer berlari agar cepat sampai, dia membayangkan istrinya itu sudah menyambutnya dengan senyuman manis, membuatkan makan malam seperti yang ia minta.

Tok

Tok

Tok

"Kavya ... Kavya ... " panggil Veer setelah ketukannya pada pintu tidak segera dibuka.

"Apa dia sudah tidur? Tidak biasanya, " gumam Veer.

Veer berganti memencet bel, dan tetap sama, Kavya tidak kunjung keluar membuka pintu.

Veer mendadak khawatir, bukankah tadi Kavya ada di rumah sendiri? Lalu ... apa mungkin ayahnya melakukan sesuatu pada Kavya?

"Kavya ... Kavya ... Aku Veer, bukakan pintunya, Kavya ... Kavya ... "

Tetap tidak ada reaksi.

"Tidak dikunci," gumam Veer.

Veer langsung masuk, perasaan khawatir menghinggapinya, takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Kavya.

"Kavya ... Kavya ... Kau di mana? Kavya ... " panggil Veer tanpa henti.

Veer membuka satu per satu ruangan di sana, dan kosong. 

"Kavya .... Kau di mana?" panggil Veer sekali lagi.

Veer meletakan tas plastiknya di meja, lalu masuk ke kamar. Veer membuka lemari pakaian Kavya—kosong, hanya tersisa sedikit pakaian di sana, sisanya entah pergi ke mana.

"Kavya ... " Veer bergegas berlari keluar, mencari Kavya yang entah pergi ke mana.

Veer buru-buru mengunci pintu, ia takut ketinggalan jejak Kavya, mengingat hari sudah malam, tidak baik bagi Kavya berada di luar. Terlebih lagi Kavya saat ini tengah hamil.

"Veer, " Veer merasakan seseorang menepuk pundaknya, tapi bukan tangan Kavya.

"Ayah?" ucap Veer.

"Ada apa? Apa yang kau mau?" tanya Veer dingin.

"Kau pasti mencari wanita itu, kan? Aku tahu dia ada di mana."

"Di mana? Di mana kau sembunyikan istriku, Tuan Ranjeet? Katakan di mana!" desak Veer setengah membentak.

"Jaga bicaramu, Veer. Aku adalah Ayahmu!" peringat Ranjeet.

"Tidak usah banyak bicara, katakan di mana kau bawa istriku?! Katakan!" Veer semakin geram dengan tingkah pria tua di hadapannya ini.

"Tidak ada yang membawanya, wanita itu pergi sendiri bersama kekasihnya, melanjutkan kisah cinta mereka yang tertunda," kata Ranjeet enteng.

"Omong kosong! Katakan di mana Kavya, Ayah! Di mana Kavya!" teriak Veer, tangannya mengepal, wajahnya memerah, mungkin jika itu bukan ayahnya—Veer pasti sudah menghajarnya.

"Sudah kubilang bersama kekasihnya, kau tidak mengerti juga?" balas Ranjeet.

Tidak ada waktu bagi Veer meladeni ayahnya itu. Dia berlari turun dan ingin langsung mencari Kavya.

---

Ananya berdiri di balkon, merasakan semilir sejuk angin malam sembari memandang bintang-bintang di atas langit sana. Mereka bersinar terang, berdampingan satu sama lain, dan tampak damai.

Lalu hidupnya? Baru saja ia merasakan cinta, merasakan kedamaian. Tapi haruskah pergi secepat ini? Ananya berfikir, apa tindakannya pada Abhi adalah benar?

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang