Veer membuka kedua matanya perlahan—mengumpulkan seluruh kesadarannya, entah mengapa kepalanya terasa sangat pusing. Samar-samar ia mendengar seseorang berbisik.
Saat kesadarannya sempurna, Veer melotot tak percaya melihat 2 orang tengah duduk beberapa meter di depannya—mengawasinya.
"Priya? Seenu? Kalian...?"
"Kau sudah sadar, Tuan Veer Malhotra? Bagaimana? Apa yang kau rasakan?" sahut Priya.
"Kalian...." pandangan Veer mengedar ke sekeliling.
Kali ini keterkejutannya bertambah. Kavya terbaring di atas tempat tidur berjarak beberapa meter dari tempatnya saat ini, selanjutnya terdapat box bayi yang sepertinya berisi bayinya. Yang lebih mengejutkan, tidak ada satu alatpun yang menempel di tubuh Kavya, dan ya, dirinya saat ini juga diikat menggunakan tali tambang di sebuah kursi besi.
"Priya, Seenu, apa-apaan ini!"
Wanita dan pria itu---Priya dan Seenu hanya saling tatap mendengar bentakan Veer. Keduanya lalu menatap Veer lagi dengan tatapan mengejek dan kasihan.
Ya, pria itu adalah Seenu, yang ia kenal sebagai rekan detektif Shiv. Dan ini? Dia dan Priya mengikatnya dalam sebuah gudang bersama anak dan istrinya? Apa maksudnya?
"Priya, apa maksudmu dengan semua ini?! Katakan dengan jelas, apa maksudnya semua ini!"
Priya berdiri dari tempatnya duduk, lalu berjalan beberapa langkah ke arah Veer.
"Ssstt, tidak perlu berteriak, aku tidak tuli," bisiknya sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.
Veer berontak, tapi tali tambang itu terlalu kuat mengikatnya, rasanya sulit untuk lepas.
"Kau mau tahu ceritanya, Tuan Veer? Baiklah, akan kuceritakan. Lagipula, jangankan cerita, melihat sinar matahari untuk hari esok saja mustahil bagimu," Priya menjeda ucapannya.
"Kau mengenalku sebagai sahabat istrimu—Kavya. Sebenarnya, aku sahabat yang baik, aku sudah kenal istrimu sejak dulu, duluuu sekali. Persahabatan ini sudah terjalin.....mmm.. bertahun-tahun," lagi-lagi Priya menjeda kalimatnya dan sebagai ganti, senyum licik ia persembahkan.
"Mau tahu kelanjutannya? Atau stop disini?"
"Priya!" bentak Veer.
"Ohoo.. Santai saja, Veer. Tidak ada yang mengejarmu, jadi, tidak usah gugup."
Priya berbalik, berjalan ke sebuah lemari dalam gudang itu.
"Sebenarnya aku bingung harus memulai dari mana, tapi baiklah. Oke, Veer, perkenalkan dia adikku, maksudku adik sepupuku, Seenu Mehta. Jika kau bertanya bagaimana bisa, tentu saja bisa. Ibunya dan ibuku saudara. Sudahlah, jangan membahas itu, kita bahas saja bagaimana kau bisa ada disini, dan kenapa ini terjadi."
"Kau tahu apa itu cinta 'kan, Veer? Iya, tentu saja, kau sangat mencintai sahabatku, maksudku istrimu, " Priya mengambil sebuah plastik hitam dari dalam lemari itu dan duduk lagi di kursinya yang berada persis di sebelah Seenu.
"Bertahun-tahun lamanya aku memendam perasaan dengan mantan kekasih istrimu, Abhi. Aku merasa... aku tidak pantas untuk Abhi yang sempurna. Jadi aku tidak mengatakan perasaanku, aku hanya diam, diam, dan diam. Dan diamku malah berbuah rasa sakit, Abhi mengatakan pada Kavya, dia mencintai Kavya. Ya, aku tahu karena dalam persahabatan kami tidak ada rahasia apapun. Dan kau tahu bagaimana rasanya? Sakit! Hatiku seperti retak mendengar itu, dengan bunyi.. krakk.. sangat sakit." Priya menceritakan itu dengan tatapan kosongnya, seolah melihat lagi ke masa itu. Dengan gerakan tangan yang seolah memperagakan bagaimana retak hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...