48. Bekerja Sama

170 17 77
                                    

Sudah 1 jam lebih Tara menjalankan mobil berisi penumpang yang tengah diam-diaman itu tak tentu arah.

Tara sendiri tengah pusing memikirkan tempat yang mungkin aman bagi mereka semua. Kaburnya Priya, artinya kabar buruk bagi mereka.

Abhi menoleh ke samping—tempat Tara menyetir. Dia merasa tak tega melihat itu. Meski ya, Tara tidak bilang dia lelah. Tapi tetap saja, ini malam hari dan Tara seorang perempuan.

"Tara, biar aku yang menyetir, kau istirahat saja." Ucap Abhi.

"Tidak, kau saja yang istirahat. Aku baik-baik saja," tolak Tara.

"Tapi ini sudah hampir pagi, Tara, kau harus istirahat," Abhi sedikit memaksa. Meski dingin dan datar, tapi Abhi paling tidak tegaan, terutama pada perempuan.

"Abhi benar, Tara. Sebaiknya kau istirahat, biar saat Abhi lelah nanti, aku yang menyetir," Veer membenarkan perkataan Abhi.

"Iya, Tara, kau tampak lelah. Sebaiknya kau tidur, biarkan para pria yang menyetir bergantian," tambah Kavya.

Akhirnya Tara pasrah, dia dan Abhi bertukar tempat bergantian menyetir.

"Kita mau kemana?" tanya Veer.

"Entahlah, kita jalan saja kemanapun, yang penting aman dari Priya," jawab Tara.

"Sebaiknya kita ke kantor polisi," usul Siya.

"Hm? Kenapa?"

Siya mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam tas kecil-nya.

"Ini, bukti tentang kejahatan Priya selama ini, mulai dari pembakaran gedung pertunangan Abhi dan Ananya sampai rencana pembunuhan Ananya kemarin, " papar Siya.

"Sebentar," Siya mengambil ponselnya yang bergetar.

"Priya menelfon," ucapnya.

"Halo?"

"....."

"Ya, semua baik-baik saja."

"....."

"Sekarang?"

"...."

"Tentu tentu, dimana?"

"...."

"Baiklah."

"Dia bicara apa?" tanya Veer langsung.

"Priya mengajakku bertemu," jawab Siya.

"Sekarang? Dan kau mengiyakannya?"

Siya mengangguk.
"Sepertinya Priya belum tahu tentang kita, dan dengan menemuinya, Priya mungkin tidak akan curiga," ujarnya.

"Justru itu, aku takut Priya berniat buruk padamu. Begini saja, kita pergi kesana bersama-sama?" usul Tara.

"Tidak. Sangat penting bagi kalian untuk sampai di kantor polisi dan memberitahu polisi keberadaan Priya, aku akan baik-baik saja, aku bisa menjaga diri," yakin Siya.

"Tapi Priya itu penjahat, kau tidak bisa mempercayainya," kata Kavya.

"Memang benar," gumam Siya.

"Oke, sebagian dari kita ke kantor polisi, sebagiannya lagi menemani Siya. Bagaimana?" saran Tara.

"Kau benar. Biar aku yang pergi bersama Siya," putus Kavya.

"Apa-apaan kau ini? Kau mau membahayakan dirimu sendiri?" tegur Veer.

"Kenapa tidak? Ini untuk kita sendiri, Siya saja siap mengorbankan nyawanya membantu kita, kenapa aku tidak bisa ikut dengannya?" protes Kavya.

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang