13. Kabar Bahagia

310 22 13
                                    


Veer tidak bisa diam, kakinya berjalan kesana kemari membuat orang yang melihatnya bisa pusing mendadak.

"Veer, apa kau tidak bisa diam?" peringat ibunya yang entah ke berapa kali.

Namun Veer tidak menggubris perkataan ibunya, di depan ruang Kavya di periksa, Veer yang entah gugup entah takut melampiaskannya dengan berjalan kesana kemari. Tidak jauh berbeda dengan Kavya kemarin.

Ya, karena yang terdekat adalah klinik, jadi Veer membawa Kavya ke klinik ini.

"Kakak, bisa diam tidak?" kali ini Naina yang menyahut, gadis itu ikut pusing melihat Veer.

"Ibu, Naina, aku takut terjadi sesuatu pada Kavya. Dan kalian tahulah, aku tidak bisa diam saat begini." kata Veer.

"Entah apa yang Kavya makan kemarin sampai membuatnya muntah-muntah begitu, " gumamnya lagi.

"Veer, tenanglah, Kavya akan baik-baik saja. Jangan membuat semua orang panik, lihat itu.." tunjuk ibunya pada pengunjung lain yang semua matanya tertuju pada Veer.

Veer hanya bisa meringis sambil menggaruk tak gatal kepalanya, lalu duduk disamping Naina.

Pintu terbuka, menampilkan seorang dokter keluar dari sana.

"Dengan keluarga bu Kavya?" tanyanya.

Veer, ny. Madhuri, dan Naina langsung berdiri menghampiri dokter itu.

"Aku suaminya, dok. Bagaimana keadaan istriku? Kavya baik-baik saja, kan?" sahut Veer cepat.

Dokter berkaca mata itu tersenyum,
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, pak. Istri anda baik-baik saja-"

"Lalu kenapa tadi pagi muntah-muntah?" sahut Veer sebelum dokter itu menyelesaikan ucapannya.

"Diam dulu, kak, dengarkan dokternya." bisik Naina sambil menarik Veer yang sudah heboh sendiri.

"Itu yang mau saya katakan, tapi anda buru-buru menyahut." ucap dokter.

"Yang dialami bu Kavya adalah yang biasa terjadi pada ibu hamil di minggu-minggu pertama." jelas dokter itu.

Veer terdiam dengan mulut terbuka, terkejut entah syok.

"Kau bilang apa, dok? Jadi..... Kavya hamil?" Veer memastikan.

Dokter itu membalasnya dengan anggukan kepala disertai senyum sumringah.

Veer tak bisa berkata-kata lagi, senyuman lebar menghiasi bibirnya dan raut bahagia benar-benar terlihat menghiasi wajahnya.

"Ibu, aku tidak salah dengar, kan? Aku...aku akan menjadi seorang ayah? Sungguh, bu? Ini sungguh? Bukan mimpi?" pasti Veer mengguncang bahu ibunya mungkin karena terlalu senang.

"Iya, Veer. Kau akan jadi seorang ayah, dan ibu menjadi nenek lagi." balas ibunya.

Veer bergantian memeluk ibunya dan Naina, bahkan sampai mengangkat Naina yang sering ia katai gendut, bulat, dan sebagainya. Tapi semua itu lenyap begitu saja ketika mendengar kabar bahagia ini.

Dokter yang masih berdiri disitu ikut tersenyum bahagia, dan mempersilahkan Veer masuk jika mau. Dan Veer, tentu tidak menolak. Pria itu langsung berlari ke ruangan dimana Kavya berada.

Disana Kavya terbaring lemah, wajahnya tampak pucat tak seperti biasanya.

"Kavya, " panggil Veer sambil berjalan menuju Kavya.

"Veer, ada apa? Dan......aku ada dimana? Apa yang terjadi padaku, Veer?" tanya Kavya, dan bukannya menjawab, Veer malah memegang tangan Kavya dan menciuminya, bukan hanya tangan saja, tapi seluruh wajah Kavya dan berakhir mengecup lama tangannya.

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang