Kavya memejamkan matanya pasrah seiring dengan bergeraknya jari-jari tangan Ananya pada pistol itu. Dan,,Dorrrrrrr!!!!!!
"Tidakkkkk!!"
Kavya terbangun langsung dengan posisi duduk, keringat mengucur deras membasahi tubuhnya, nafasnya terengah-engah seperti habis berlari.
"Kavya, ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Veer yang terbangun gara-gara teriakan Kavya.
"Kavya, ada apa? Katakan sesuatu, kau kenapa?" ulang Veer dengan pertanyaan sama.
Dan Kavya hanya diam saja, nafasnya masih sama, terengah-engah. Pandangannya menunduk, dan keringat juga masih setia membanjiri tubuhnya.
Veer semakin bingung, sebenarnya ada apa dengan istrinya itu?
"Kavya, kau sakit? Ayo kita ke rumah sakit, aku tidak mau terjadi sesuatu padamu dan anak kita." ujar Veer.
Kavya turun dari tempat tidur, berjalan perlahan ke dekat jendela, membuka tirai sedikit dan berdiri disitu dengan menatap ke luar.
Veer mengikutinya, pria itu berdiri tepat di belakang Kavya.
"Ada apa, Kavya? Katakan sesuatu, " Veer menyentuh pundak Kavya, berharap Kavya berbalik dan mengatakan sesuatu padanya.
"Veer,, " Kavya memeluk Veer dan terisak disana.
"Veer, maafkan aku.. Maafkan aku, Veer... Maaf.. Maaf.." isak Kavya dalam pelukan Veer.
"Maaf kenapa, Kavya? Ada apa? Apa yang terjadi?" Veer membalas pelukan Kavya tak lupa dengan berbagai pertanyaannya.
"Maaf, Veer... Maafkan aku.." hanya kata maaf dan maaf yang terus Kavya katakan, pelukannya pada Veer bahkan semakin erat, seperti tidak ingin melepasnya walau hanya sedetik.
"Tolong maafkan aku, Veer.. Dan jangan marah padaku, jangan tinggalkan aku, aku mohon, Veer.. Jangan pernah tinggalkan aku.."
"Kavya, siapa yang mau meninggalkanmu? Tidak ada, aku akan selalu bersamamu, Kavya. Sungguh." ujar Veer sambil melepas pelukannya dan menatap manik mata Kavya, tatapan penuh cinta yang menenangkan.
"Kau janji?" Kavya mengulurkan tangannya.
"Iya, aku janji akan selalu bersamamu, selamanya." Veer menerima uluran tangan Kavya.
"Sekarang,, " Veer merangkul bahu Kavya dan membawanya duduk di sofa, kemudian mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Kavya.
"Minum dan tenangkan dirimu. Setelah itu ceritakan apa yang mengganggumu, aku akan menunggu sampai kau tenang dan mau bercerita, ok?"
Kavya menurut, ia membiarkan isakannya berhenti dan nafasnya teratur.
Setelah air matanya benar-benar menghilang dan dia sudah tenang, Kavya panggil Veer yang sempat ketiduran disebelahnya.
"Veer, " ucapnya.
"Iya, katakan saja, Kavya. Aku tidak akan marah, " Veer memegang tangan Kavya, mencoba menatap matanya.
"A ananya.. Ananya.. "
"Ananya? Ananya kenapa? Kau bermimpi buruk tentang Ananya?"
Kavya menggeleng,
"Bukan, Veer. Tapi.... Abhi.. Abhi kekasih Ananya," jeda beberapa detik.
"Abhi... Abhi adalah.... Abhi.. Abhi adalah mantan kekasihku." ucap Kavya cepat setelah terbata-bata, kedua matanya terpejam tidak berani menatap Veer.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romansa----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...