Sang mentari mulai menghilang, mengisi belahan dunia lain dengan sinar terangnya. Seperti halnya sinar matahari yang menghilang, sinar kebahagiaan di wajah Kavya yang sudah dipenuhi make up juga menghilang bersamaan dengan sinar matahari.
Setelan lehenga merah sudah melekat indah ditubuhnya. Dan kerudung merah juga sudah terpasang rapi, menutupi wajah cantiknya yang meredup, yang menangis semalaman, dan tanpa henti sampai detik ini.
Kavya membuka kerudung panjang itu, berdiri di depan cermin besar—melihat bayangannya. Tampak cantik sebenarnya, hanya saja air matanya yang tidak mau diajak berkompromi. Terus keluar begitu saja tanpa menunggu persetujuan Kavya.
'Sungguh ini terjadi?' ucap Kavya dalam hati, gadis itu masih belum bisa memercayai apa yang terjadi padanya saat ini.
Jarum jam sudah hampir sampai di angka 7, itu artinya beberapa menit lagi ia akan resmi menjadi istri dari seorang Veer Malhotra.
'Cklek'
Kavya refleks menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka tiba-tiba.
"Kavya, ayo turun, pengeran berkudamu sudah datang. Ayo.." dengan senyum merekah, sepupu Kavya datang untuk menjemput Kavya dan membawanya ke bawah, tempat digelarnya pernikahannya.
Kavya berjalan dengan pandangannya yang terus menunduk, hatinya bergetar, jantungnya berdetak begitu kencang. Kavya ingin kabur, tapi kakinya terasa kaku untuk digerakkan.
"Kavya, kau kenapa?? Ada apa denganmu?" tanya salah satu gadis yang ikut mengiring Kavya.
"Kak, aku tidak bisa, Kak, aku tidak bisa, sungguh.." Kavya terisak, langkah kakinya pun berhenti.
"Aku tahu kau tidak mencintainya, Kavya, tapi aku juga tahu Veer pria yang baik. Tenang saja, seiring waktu kalian pasti akan saling mencintai." Gadis yang Kavya panggil 'kak' itu mencoba memberi pengertian pada Kavya, menenangkannya dengan mengusap pelan pundak Kavya.
"Haruskah?" tanya Kavya pada gadis itu sambil menatap matanya. Gadis itupun mengangguk, lalu menuntun Kavya kembali, dan Kavya pun mau tak mau harus mengikuti.
Kavya sampai. Di sana, terlihat pria berpakaian senada dengannya tengah duduk sembari mengukir senyum memandang Kavya yang bersembunyi di sebalik kerudung. Dialah Veer Malhotra, pria yang dalam hitungan menit kedepan akan resmi menjadi suami Kavya.
Ritual demi ritual dilakukan, saling mengalungkan bunga, hingga mengitari api suci. Kavya dan Veer melakukannya dengan baik.
Dan sampailah pada ritual pemberian sindoor, hati Kavya bergetar, antara ingin menolak, dan tidak percaya bukan Abhi yang memakaikan sindoor di dahinya.
Padahal dalam impiannya, hanya Abhi yang ia inginkan menaruh sindoor di dahinya, memasangkan mangalsutra di lehernya, bahkan mengitari api suci bersamanya. Tapi apa ini? Justru orang lain yang melakukan.
Kavya hanya bisa berdoa dalam hati semoga Veer adalah orang yang baik, yang bisa mengerti dirinya.
Tak lama kemudian selesailah semua ritual pernikahan Veer dan Kavya. Sekarang, keduanya yang semula orang asing resmi menjadi suami istri, untuk selamanya.
Tanpa sadar air mata Kavya menetes. Bukan air mata bahagia, tapi duka. Bagaimana ia akan menghabiskan seumur hidupnya dengan pria yang bahkan hanya ia ketahui namanya?
---
Berbagai ritual dan acara lainnya sudah selesai. Dan sekarang, Kavya dikawal keluar dari rumahnya untuk menuju rumah Veer. Walau berat bagi Kavya, namun ia tetap berjalan menuju ke mobil yang sudah dihias dengan sangat cantik itu. Pergi ke tempat asing, bersama orang-orang asing, tentu berat bagi gadis manapun. Tapi apalah dayanya, Kavya tidak bisa melakukan apapun selain menerima dengan sepenuh hati. Mungkin memang inilah yang terbaik untuknya.
Di antara kerumunan orang yang berdiri di sana, mata Kavya menangkap sosok Abhi, pria yang Kavya cintai, yang kini harus terpisah gara-gara tentangan takdir.
Abhi tampak tersenyum tegar padanya, dan Kavya tidak membalas senyuman itu. Jangankan tersenyum, menangis saja rasanya ia sudah tak mampu. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah hari terakhir baginya bisa melihat Abhi. Jadi dengan kembali menoleh—beralasan memberi senyum pada keluarganya, Kavya menampilkan senyum termanis-nya yang terakhir untuk Abhi.
---
Setelah menjalani berbagai ritual penyambutan, di sinilah Kavya berada, kamar Veer. Kamar Veer yang terletak di lantai tiga ini bisa dibilang sangat luas.
Berbagai hiasan khas pengantin baru memenuhi ruangan itu. Terlihat sangat indah. Hanya saja, untuk pernikahan paksa seperti ini, mau dibawa ke tempat terindah di dunia sekalipun, tetap tidak bisa menghadirkan senyum.
Kavya sebenarnya takut, tidak tidak, lebih tepatnya takut bercampur bingung. Di kamar asing, bersama orang asing, oh Tuhan,, Kavya harus apa?
Kavya bergelut dengan fikirannya sendiri, hanya duduk melamun tanpa bergerak sama sekali dari tempat tidur Veer. Hingga tidak sadar seseorang masuk dan memperhatikannya.
Senyum manis terukir di bibir orang itu melihat Kavya yang bagaikan patung. Orang itu tersenyum dan menghampiri Kavya yang sama sekali tidak sadar dengan kehadiran makhluk lain di kamarnya.
"Kavya," panggilnya.
Kavya terlonjak kaget mendengar ada yang memanggil namanya. Dengan memberanikan diri, ia membuka sedikit kerudungnya untuk melihat siapa yang sudah datang ke kamarnya sekarang ini, tidak tidak, lebih tepatnya kamar Veer Malhotra.
Mata Kavya membulat sempurna melihat siapa yang datang.
"K-kau?" ucapnya sambil menunjuk orang itu.
-----
Publish: 10 Maret 2020
Revisi: 8 Februari 2021Lots of love,
Amanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/204475576-288-k280117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSHKIL PYAAR (End)
Romance----- Sungguh aku tidak percaya, bagaimana aku bisa menikah dengan pria lain jika aku sendiri sudah punya seorang kekasih? Sepenuh hati dan jiwaku hanya untuknya, lalu kenapa hal konyol bernama 'perjodohan' harus datang menghampiriku lalu mengganggu...