27. Terjebak

203 22 7
                                        

"Kavya tadi pamit ke toliet, dan Ananya mungkin belum kembali juga dari sana. Veer, aku takut mereka berdua masih terjebak di dalam. Cepat lakukan sesuatu, Veer. Cari mereka!"

Veer dan Abhi langsung berlari masuk ke dalam sana, tidak peduli api yang terus membesar, juga teriakan orang-orang yang meminta mereka untuk tidak masuk. Yang mereka fikirkan dan terpenting saat ini hanyalah istri dan tunangan mereka.

Veer mengutuk dirinya sendiri, kenapa ia begitu bodoh tidak memikirkan Kavya ada dimana. Seharusnya dia cari dulu dimana Kavya, baru keluar bersama-sama.

Abhi pun sama, dia merasa tidak berguna sebagai tunangan Ananya. Baru sebentar saja kenapa sudah lupa pada gadis itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ananya? Si Tuan Putri kesayangan keluarga Malhotra. Bisa bayangkan apa yang akan Ranjeet Malhotra lakukan?

-
-
-

Disisi lain, wanita ini berlari dari satu kamar mandi ke kamar mandi lain. Membuka satu persatu kamar mandi disana, berharap ia segera menemukan sosok yang dicarinya.

"Ananya... Kau dimana?? Ananya..." panggilnya yang tidak kunjung ada sahutan. Entah berada di kamar mandi sebelah mana gadis itu.

Ya, itu Kavya, dia masih berada di lantai 3  mencari Ananya.

Tinggal satu kamar mandi yang belum Kavya buka, Kavya menggedornya sambil berusaha memutar knop pintu.

"Ananya... Kau di dalam? Ananya.." teriak Kavya.

"Siapa kau?" sahut seseorang dari dalam.

"Kavya. Kau Ananya atau bukan?"

"Ada apa mencariku? Pergi sana!" sudah bisa dipastikan, Ananya yang berada di dalamnya.

"Cepat keluar, Ananya! Buka pintunya!"

"Kenapa? Kenapa memaksaku? Memangnya siapa kau?"

Kavya berdecak, apa Ananya tidak tahu saat ini terjadi kebakaran? Api memang belum sampai, secara ini lantai 3, tapi asap sudah mulai banyak yang sampai disini.

"Terjadi kebakaran, Ananya! Kalau kau tidak keluar, kau mau mati di dalam sini, ha?" teriak Kavya, jika tidak langsung diberitahu, maka mereka tidak akan pernah bisa keluar dari sini.

"Ke-kebakaran? Tidak usah bercanda, Kavya. Itu sama sekali tidak lucu!"

"Aku tidak sempat bercanda disaat seperti ini. Cepat buka pintunya dan kita keluar!"

Kavya menggedor pintunya terus menerus tanpa jeda.

"Buka pintunya, kak! Ku mohon.. Jangan mengerjaiku.."

Kavya mengernyit, kenapa jadi Ananya yang meminta dia membuka pintunya, bukankah dia sendiri yang mengunci pintu?

"Kak Kavya, kau masih disana, kan? Buka pintunya, ku mohon..." Ananya terdengar mulai terisak di dalam sana.

"Kau yang menguncinya dari dalam, bagaimana caraku membukanya? Disini tidak ada kuncinya, Ananya." balas Kavya.

"Bagaimana mungkin, aku tidak menguncinya tadi. Coba cari dibawah, mungkin terjatuh!"

Kavya melihat ke bawah, barangkali kunci itu memang terjatuh, dan di dalam sana Ananya pun sama, menoleh kesana sini berharap menemukan benda bernama kunci.

"Tidak ada apapun, Ananya, bagaimana ini?" Kavya panik, Ananya tidak bisa keluar jika kunci itu tidak ketemu, dan jika apinya tidak kunjung padam, maka Ananya tidak akan selamat.

"Pergilah, Kak. Pergi! Tinggalkan saja aku disini, mungkin ini sudah takdirku, tiada dihari pertunanganku." lirih Ananya.

"Apa yang kau katakan, kita akan keluar bersama-sama!" Kavya tidak terima Ananya mengatakan itu.

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang